Saturday 17 August 2019

Antara Stasiun Tugu & PJL Geser

Adek di depan Lokomotif 

Sabtu, 17 Agustus 2019 ( Hari Ke 5 )
"Ayah, ke stasiun dulu ya.. mau beli ticket kereta ke Solo besok" kataku ke bunda, karena di KAI Access maksimum pembelian hanya untuk 4 orang termasuk pemilik aplikasi, jadi untuk kami berlima ticket kereta tersebut kurang satu.

"Siapa yang mau ikut ayah, kakak atau adek ? ' Tanya bunda
"Adek saja ya" jawab adek karena melihat kakak masih guling-guling di atas tempat tidur

Akhirnya kamipun berjalan menuju pintu masuk selatan stasiun tugu yang ada di  Jl. Pasar Kembang hanya beberapa menit berjalan kaki dari sosrowijayan, sesampai di loket pembelian ticket lokal,

"Mbak.. untuk ticket parameks 252 bisa di beli sekarang ?" tanyaku kepada mbak petugas loketnya
"Maaf pak, ticket lokal ini hanya bisa di beli untuk besok"jawab mbak petugas loket tersebut.
"Jadi harus besok mbak ya ?" tanyaku kembali
"Iya, pak harus besok"Jawab mbak itu
"Okelah mbak kalau seperti itu"jawab ku lagi

Ticket Parameks (Prambanan Ekspress) 252 merupakan ticket tujuan ke solo ,stasiun purwosari dengan jam keberangkatan 7:12 dari pintu selatan stasiun tugu, karena saat baca di internet untuk tanggal 17 Agustus 2019 ticket lokal di gratiskan dengan syarat menunjukan KTP, takutnya termasuk ticket lokal tanggal 18 Agustus, bisa-bisa kehabisan, karena jujur saja saya belum terpikir transportasi alternatif jika ticket KA Paremeks besok habis.

Adek dengan background stastiun tugu Yogyakarta
Mau apa lagi kalau seperti itu, akhirnya akupun mengajak adek keluar, adekpun minta di foto di lokomotif lansiran tahun 1992 tersebut, setelah selesai akhirnya sekalian kurang lengkap rasanya kalau tidak berfoto dari pintu timur stasiun tugu ini, kamipun berjalan ke arah stasiun tugu tapi saat melewati PJL Geser, benda itu bergerak sambil sirine yang berbunyi menandakan kereta yang mau lewat.

Ternyata setelah membaca artikel tentang PJL geser ini ternyata PJL Geser ini merupakan satu- satunya di Indonesia, palang perlintasan KA ini memang sengaja dibuat sistem geser. Selain menambah nilai estetika Jalan Malioboro, ada filosofi yang melatari penggunaan palang pintu geser itu. Pintu perlintasan KA itu yang dianggap tepat berada di sumbu imajiner atau garis lurus yang menghubungkan Gunung Merapi-Tugu Pal Putih-Keraton Yogyakarta hingga Pantai Parangtritis. Palang pintu ini dibuat bergeser demi menghormati Keraton Yogyakarta. 

Sehinga tidak heran banyak kendaraan bermotor yang mematikan mesinnya dan mendorong saat melintas di sini, karena seharusnya jalur motor sendiri yang berasal dari arah Jalan Mangkubumi menuju Jalan Malioboro harus melalui Jalan Kleringan lalu melintas di Jembatan Kewek dan memutar ke arah tempat parkir Abu Bakar Ali masuk ke Jalan Malioboro. 

Adek pun sempat menyaksikan saat PJL gesernya bergerak dan sempat menaikinya bersama satu anak kecil lainnya.


No comments:

Post a Comment