Sunday 18 August 2019

Masjid Agung Kraton Surakarta Dengan Segala Ke Eksotikannya

Masjid Agung Kraton Surakarta
Setelah tadi berputar-putar di pasar klewer tadi kaki lumayan pegal, akhirnya kamipun menuju ke masjid agung kraton Surakarta yang terletak di depan pasar klewer, Masjid ini pada tulisannya tersebut Masjid Ageng tetapi karena penyebutan sering di sebut Masjid Agung , Masjid yang dibangun oleh Sunan Pakubuwono III tahun 1763 dan kemudian disempurnakan oleh Sunan Pakubuwana IV yang memerintah tahun 1788-1820, memiliki nilai tersendiri terutama bagi masyakat Solo.

Kamipun kesini untuk melaksanakan sholat zuhur dan sekaligus beristirahat sejenak karena pada saat ini matahari sedang bersinar dengan teriknya. Damai dan tenang terasa di serambi masjid ini, banyak juga pengunjung masjid ini yang beristirahat disini bahkan ada sampai tertidur mungkin karena kelelahan.


Sentuhan air wudhu di bagian depan masjid, membuat raga ini kembali segar, saat melangkah di serambi masjid tampak ke khasan tempo dulu masih tetap di pertahankan sampai saat kini, saat melangkah di di bagian dalampun, sama seperti yang saya lihat di masjid gede mataram, hampir ada kemiripan, mungkin masih sama menggunakan arstektur jawa kuno. 

Setelah selesai melakukan sholat zuhur kami pun, bersantai senjenak melepaskan lelah, duduk di serambi masjid yang berwarna biru dengan lantai yang bercorak tradisional, membuat hilang capek ini.

Gerbang masuk Masjid Agung Kraton Surakarta
Masjid ini merupakan masjid dengan katagori masjid jami', yaitu masjid yang digunakan untuk salat berjamaah dengan ukuran makmum besar (misalnya salat Jumat dan salat Ied). Dengan status sebagai masjid kerajaan, masjid ini juga berfungsi mendukung segala keperluan kerajaan yang terkait dengan keagamaan, seperti Grebeg dan festival Sekaten. Raja (Sunan) Surakarta berfungsi sebagai panatagama (pengatur urusan agama) dan masjid ini menjadi pelaksana dari fungsi ini. Semua pegawai masjid diangkat menjadi abdi dalem kraton, dengan gelar seperti Kanjeng Raden Tumenggung Penghulu Tafsiranom (untuk penghulu) dan Lurah Muadzin untuk juru adzan. Masjid Agung menempati lahan seluas 19.180 meter persegi yang dipisahkan dari lingkungan sekitar dengan tembok pagar keliling setinggi 3,25 meter. Bangunan Masjid Agung Surakarta merupakan bangunan bergaya tajug yang beratap tumpang tiga dan berpuncak mustaka (mahkota). Gaya bangunan tradisional Jawa ini adalah khusus untuk bangunan masjid. Di dalam kompleks Masjid Agung dapat dijumpai berbagai bangunan dengan fungsi kultural khas Jawa-Islam. Juga terdapat maksura, yang merupakan kelengkapan umum bagi masjid kerajaan.

Ruang utama Masjid Agung Surakarta tahun 1910-1930 Foto : Wikipedia
Setelah bunda dan anak-anak selesai kami pun kembali ke arah parkiran pasar Klewer karena mobil pak Guyub terparkir di sana, saat keluar gerbang masjid sempatlah anak-anak membeli es potong yang di jual tepat di pintu gerbang masjid agung Surakarta ini sebagai pengobat panas.


No comments:

Post a Comment