Wednesday 14 August 2019

Stasiun Pasar Senen, Sangat Berbeda Dari Yang Dulu

Pintu masuk menuju ruang tunggu kereta di stasiun pasar senen
Taxi blue bird bergerak perlahan menyusuri jalan di Jakarta yang masih sepi, tak lama kemudian mulai memasuki kawasan senin terlihat gedung atrium senin yang megah, pikiran kembali ke 20 tahun yang lalu saat pernah bekerja di kawasan ini tepat di seberang atrium senen, banyak perubahan yang saya lihat, pasar tradisional yang dulu menjadi tempat kami membeli kue tampah, sekarang sudah di rombak menjadi pasar senen yang lebih modern.

Taxi pun mulai memasuki kawasan parkiran stasiun pasar senen, tepat berhenti di drop off area, setelah seluruh barang di turunkan dan di pastikan tidak ada yang tertinggal, kamipun mencari tempat untuk duduk karena untuk menunggu kereta datang lumayan lama, sekarang saja belum pukul 7 pagi.

Kamipun mencari tempat duduk yang tidak berjahuan dengan tempat keberangkatan sehingga bisa menyaksikan orang yang lalu lalang untuk menaiki kereta api ke berbagai tujuan. Aku pun menuju tempat  check in counter untuk mencetak ticket kereta nya, menyusuri teras stasiun yang sudah banyak berubah di banding dengan 19 tahun yang lalu, karena dulu saat masih bekerja di kawasan senen, stasiun ini merupakan salah satu tempat kami nongkrong ataupun tempat makan kami di kawasan kaki lima di luar pagar stasiun , karena stasiun ini tidak jauh dari tempat kos kami.

Perubahan ruang tunggu, ataupun tenant yang terus bertambah begitu juga kondisi pelayanan yang semakin baik, padahal stasiun ini termasuk stasiun tua yang ada di Jakarta. Tetapi walau stasiun tua  perubahan yang ada tetap mempertahankan bentuk klasiknya, terlihat di pintu masuk ke ruang tunggu kereta tetap dengan pintu lengkungnya yang khas, begitu juga beberapa pintu dan jendela yang masih menjadi ciri era kolonial zaman dulu. 

Foto stasiun pasar senen tahun 1924  Sumber : Wikipedia
Jika di lihat dari sejarah nama stasiun kereta api ini berasal dari sebuah pasar  yang hanya di buka pada hari senen yang terletak tidak jauh dari stasiun ini. Pihak kolonial yang mendirikan pasar ini pada tahun 1733 bertujuan agar perekonomian di kawasan senen dan Weltevreden yang saat ini menjadi gambir bisa hidup dan menjadi ramai. Hingga saat kepemimpinan Gubernur Jenderal Van der Parra, Pasar Senen semakin ramai baik dari pedagang pribumi atau enis sehingga pasar ini di buka setiap hari.

Awal mulanya stasiun pasar senen ini  merupakan stasiun yang dioperasikan oleh Bataviasche Oosterspoorweg Maatschappij pada sekitar tahun 1894 sebagai stasiun perhentian kecil yang. Sama seperti yang terjadi pada stasiun gambir setelah pengambil alihan pengelolaan jalur oleh Staatsspoorwegen (SS) pada tahun 1913, maka pada tahun 1916 pembangunan stasiun ini menjadi stasiun besar dengan segala fasilitasnya di lakukan dan selesai pada tanggal 19 Maret 1925.

Lokasi Check in counter di stasiun pasar senen Jakarta
Setelah sampai di lokasi check in counter terdapat 14 PC yang bisa di gunakan oleh penumpang untuk mencetak ticket mereka, kode booking yang sudah kumasukan berganti dengan ticket yang ada di tangan, kembali akupun menyelusuri teras stasiun ini sambil melihat-melihat perubahan yang banyak terjadi di stasiun ini.

"Yah.... jalan yok.... bosen di sini terus "kata ayuk yang dari tadi hanya bermain dengan hp nya
Jam tangan kulirik, pukul 08:00 pagi, " Jalan kemana yuk.... kalau jam segini belum ada yang buka" jawabku
"Kemana... kek, bosen ini yah" jawab ayuk lagi
"Sudah beli makanan saja di mini market yang ada di ujung pintu masuk, sekalian ayuk bisa lihat-lihat suasana stasiun" kataku
" Ikut "kata kakak menyahut.

Mereka berdua segera berjalan menuju mini market yang terletak didekat pintu masuk stasiun ini, tinggal bunda yang masih di dera rasa kantuk dan adek yang dari tadi sibuk bermain dengan tabletnya. Masih kurang lebih 2 jam lagi kami harus menunggu di stasiun ini sampai jadwal pemberangkatan kereta kami tiba, lalu lalang penumpang semakin ramai, dan matahari pun semakin meninggi.

Di ruang tunggu stasiun pasar senen
Lokasi Stasiun Pasar Senen :

No comments:

Post a Comment