Sunday 18 August 2019

Kiyai Slamet, Kerbau Bule Dan 4 Ikat Kangkung


Setelah selesai kunjungan ke Kraton Kasususnan Surakarta maka saya meminta pak Guyub untuk mengarahkan kendaraan yang di kemudikannya ke arah alun-alun kidul Surakarta, sebenernya ingin melakukan foto di pohon beringin kembarnya tetapi berdasarkan informasi yang ku terima kalau semalam ada keramaian pasar malam di alun-alun ini, sehingga alun-alun kidul tampak semerawut.

Tapi akupun teringat itenerary ku mengenai kerbau bule  yang ada di alun-alun kidul ini.
"Pak, ke kandang kiyai Slamet saja " kata ku ke Pak Guyub
"Nggih, Mas

Di alun-alun terlihat ada kubangan untuk kerbau di sisi alun-alun tetapi tidak ada kerbaunya  dan saat memasuki alun-alun kidul kesemerawutan pasar malam terlihat jelas, dan akhirnya kamipun sampai di kandang Kiyai Slamet, saat adek untuk pertama kali lihat kerbau bule ini adekpun langsung komentar,

"Warna kerbau nya seperti warna binatang ****  " Celetuk adek
"Inilah kerbau bule dek, kalau di toraja harganya bisa sampai ratusan juta untuk upacara adat" jelasku
"Kalu di sini merupakan salah satu peliharaan yang di keramatkan di kawasan kraton ini" jelas ku kembali

Entah mengerti atau tidak adek hanya menggangguk-angguk saja,  sebenarnya setelah berfoto-foto kami pun ingin menyudahi kunjungan kami ke kandang kiyai Slamet ini, selain kami ada pula  rombongan lain pula yang  datang menggunaakan andong ikut berfoto di kandang kiyai slamet ini.

Saat mau menaiki mobil, pak Guyub buru-buru mendatangi kami.
"Maaf mas, ini biasanya ... kalau mau berfoto atau kekandang kiyai slamet ini, biasanya harus kasih makan kerbaunya "jelas pak Slamet sambil menunjuk tempat membeli makanan kerbaunya.


Ternyata makakan untuk kerbau ini sudah di siapkan oleh pengurus kerbau kraton ini berupa sayuran kangkung yang sudah di ikat dengan harga dua ribu lima ratus per ikat, setelah memanggil pengurus kamipun membeli 2 ikat kangkung, dan langsung memberikan ke kerbau bule tersebut.

Pertama kali yang datang adalah kerbau betina yang sepertinya lagi bunting, Ayuk, kakak,  Adek serta bunda pun mulai memberikan sayuran kangkung tersebut kepada kerbau-kerbau bule tersebut, ternyata setelah satu di kasih makan maka kerbau-kerbau bule lainya sepertinya mencium makanan enak mereka pun pada keluar dari kandang dan mendekati kami yang sedang memegang sayuran kangkung tersebut.


Ada sekitar 5 kerbau yang mendekati pagar dan kami kasih makan satu persatu, akhirnya sayuran kangkung nya pun habis dengan cepat, kamipun membeli 2 ikat lagi sayur kangkung tersebut untuk di berikan ke kawanan kerbau bule tersebut.

Jujur saja ada rasa geli, senang  dan gembira apa lagi anak-anak yang memang belum pernah memberi makan kerbau merupakan pengalaman yang tidak akan terlupakan,  Maha suci Allah yang telah menciptakan segala mahluk yang ada di atas bumi ini dengan kesempurnaan masing-masing.


Sesampai di mobil saat menuju ke pak Guyub banyak cerita mengenai kerbau bule ini, karena masa kecil beliau di habiskan di kawasan kraton ini, kebetulan rumah orang tua beliau tidak berjauhan dari alun-alun kidul Surakarta ini.

Dari cerita beliau kalau dulu kerbau bule ini tidak di kandang jadi bebas berkeliaran kemanapun mereka suka, terkadang memakan tanaman atau dagangan orang tapi di anggap biasa dan bukan masalah, ada cerita dari pak Guyub mengenai seseorang yang hancur usahanya, padahal usahanya tersebut lumayan besar karena lantaran marah-masah saat kerbau bule memakan tanaman ubi beliau yang siap di panen dan ada juga pedagang sayuran kecil yang menjadi pedagang besar gara-gara dagangannya di makan kerbau ini dan pedagang tersebut diam saja.

Dan katanya lagi  tahun ini tadi kerbau bule ada yang mati, kerbau tersebut di mandikan, di kafankan dan di kuburkan layaknya manusia, setelah kulakukan penelusuran di internet  ternyata benar, salah satu keturunan kiayi slamet yaitu kiyai Joko mati karena sakit pada Januari 2019 yang lalu.

"Tanggal 1 suro nanti mas (1 September 2019), kerbau ini bakal di lepasin (di kirab) yang belakangnya di ikuti oleh pusaka-pusaka kraton... bakal rame, kalau ada waktu bolehlah untuk melihat"Jelas pak Guyub


"Terkait mitos atau pun fakta jika merunut dari sejarah bahwa tradisi Kirab Kebo Bule di Keraton Kasunanan Solo. Tradisi ini bermula ketika Kyai Hasan Besari Tegalsari dari Ponorogo memberikan hadiah sepasang kerbau dengan warna kulit yang khas, yaitu bule (putih agak kemerah-merahan/bule) kepada Sinuhun Paku Buwono II. Kerbau (kebo bule) itu diperuntukkan sebagai cucuk lampah (pengawal) dari sebuah pusaka keraton yang bernama Kyai Slamet saat beliau pulang dari mengungsi di Pondok Tegalsari ketika terjadi pemberontakan pecinan yang membakar Istana Keraton Mataram Islam di Kartasura. 

Sekadar catatan, sampai sekarang pihak keraton tidak pernah bersedia menjelaskan apa bentuk pusaka Kyai Slamet ini. Karena bertugas menjaga dan mengawal pusaka Kyai Slamet, maka masyarakat menjadi salah kaprah menyebut kebo bule ini sebagai pusaka Kebo Kyai Slamet.

Kamipun melucur meninggalkan alun-alun kidul Surakarta untuk melaksanakan sholat zuhur di masjid kraton Surakarta yang tepat di depan pasar klewer.

No comments:

Post a Comment