Friday 30 August 2019

Naik Delman Adalah Hadiahnya

"Siapa yang mau naik delman, harus tidur di rumah dulu" Kata bunda kepada keponakan kami Cek Amira yang berasal dari pulau Bangka. 

"Ada kuda ya wanda" Tanya cek Amira
"Ada cek, ada delman' sahut adek.

Pada malam Sabtu tadi cek amira beneran tidur di rumah dengan membawa tas ransel besarnya bersama abinya dan adiknya Afiq.

Sampai di komplek spring hill, kuda delman sudah pada berbaris rapi, baru terlihat satu yang berjalan mengangkut penumpang, selain delman di sini pun terdapat penyewaan mobil-mobilan danbanyak juga para pedagang yang berjualan di sini. Kawasan ini jadi seperti tempat nongkrong keluarga dan anak muda untuk meghabiskan waktu di malam hari.

Amirapun langsung menagih janji, satu delman yang di isi cek amira, afiq, adek, kakak dan abi.

"Wanda, cek naik delman ya?" tanya cek Amira
"Iya..."jawab bunda sambil senyum

Delman tersebut langsung penuh dan siap untuk berangkat, jarak yang hanya 300 meter bolak balik, cukup membuat mereka tersenyum senang. Cukuplah ini untuk menghibur cek amira & afiq yang selama dua bulan setengah ini di tinggal oleh uminya ke kota lain untuk pendidikan.



Wednesday 21 August 2019

32 Jam Jogja Palembang di Dalam Bus Ramayana Part 2

Bakpia yang kemasannya selalu jatuh dari kabin Bus

Setelah kapal sempurna merapat di dermaga pelabuhan Bakauheni Lampung, maka kendaraan yang ada di lambung kapalpun bersiap untuk keluar, kami yang dari tadi sudah bersiap didalam bus dan merasakan kembali sejuk nya ac si pemanah ini.

Setelah keluar dari pintu kapal, si pemanah pun bergerak dengan cepat langsung menuju pintu tol bakauheni, pemandangan dari sisi kiri kanan tol yang berupa hutan, ilalang dan dan permukiaman penduduk.

Di atas kabin selain perlengkapan kami juga ku taruh buah tangan yaitu bakpia dan heran dengan kotak yang satu ini selalu jatuh, kemarin sebelum pulang sempat juga ke industri bakpia dan membeli satu karton yang isinya 10 kotak bakpia isi 20. Sebenarnya kotak ini sudah sering jatuh sejak perjalanan dari terminal jombor berbeda dengan kotak lainnya yang tetap aman dan nyaman di tempatnya.

Saat di Pekalongan salah satu kotak ini hampir menimpa mbak penumpang dengan tujuan Jambi, untung nggak kena telak, "Hancur oleh-oleh ini" gumaku dalam hati, begitu juga di beberapa tempat lain kotaknya harus ku masukan dan kurapikan lagi ke dalam kabin agar tidak jatuh lagi.

Akhirnya saat perjalanan di tol Bakauheni ini kotak tersebut seperti mau meloncat keluar lagi dari kabin atas, akhirnya langsung kuambil kotak tersebut dan ku taruh di bawah kursiku.
"Akhirnya........tidak ada yang membuat repot lagi"kataku merasa menang di dalam hati.

Supir bus setelah keluar tol tidak masuk ke tol teberangi besar, karena informasinya bahwa pada tanggal 17 Agustus 2019 akan di resmikan oleh Presiden RI, Bapak H. Joko Widodo, tetapi kayaknya belum jadi, karena si pemanah sendiri turun mengambil jalur lintas timur.


Sekitar perjalanan kurang dari 2 jam dari pelabuhan Bakauheni, bus pun merapat, ke Rumah Makan Prambanan, di kawasan Teberangi Besar, Kabupaten Lampung Tengah, untuk beristirahat, seperti biasa bus berhenti lumayan lama di rumah makan ini.

Kami yang masih merasa kenyang hanya membeli nasi dan lauknya di dalam bungkus saja, nasi rendang dan nasi ayam bakar menjadi menu santapan kami siang ini, dan rasa yang di sajikan di rumah makan prambanan ini enak dan sesuai dengan lidah kami itupun kami ketahui saat menikmati nasi bungkus tersebut di atas bus.

Bersenda gurau sembari melepas lelah
Rumah makan prambanan ini bukan rumah makan baru, karena dulu pada saat perjalanan ke Jakarta, tempat ini menjadi persinggahan saat melintasi Lampung jika menggunakan kendaraan jalur darat tempat ini merupakan rujukan untuk beristriahat dan menghilangkan haus dan lapar.

Dulu rumah ini sangat terkenal dengan ayam bakarnya dan gudegnya yang khas sekali rasanya, tetapi saat itu rumah makan prambanan ini belum semewah saat ini,  Setelah selesai beristriahan bus pun menajutkan perjalanan kembali menjuju  kota berikutnya, dengan menyusuri jalan lintas timur sumatera yang tidak pernah berubah.

Beristirahat di rumah makan prambanan, Teberangi Besar
Pada pukul 6 sore akhirnya si pemanah sampai di rumah makan Pagi Sore Teluk Gelam, KM 91, Ogan Komeri Ilir, kamipun melakukan kembali kewajiban di masjid yang terletak di samping rumah makan ini, setelah selesai semua kami hanya minum kopi susu hangat, sedangkan kakak & adek memesan es teler.

Tak lama setelah kami menyelesaikan semua, bus pun kembali menunjukan kegagahannya di jalan lintas sumatera ini, hingga agak terhambat saat memasuki kawasan Kayu Agung, si pemana meliukan tubuhnya, di jalan yang sempit dengan beriringan dengan pemanah yang lain.

Sekitar pukul 10 malam sipemanah pun mulai memasuki  gerbang tol Indalaya Palembang, yang artinya tidak lama lagi si pemanah ini akan tiba di pool nya di kawasan KM 12, bus pun terus melaju deras di tol Indralaya, setelah keluar tol bus langsung mengambil kearah kiri dan menembus pekatnya malam di kawasan  jembatan musi 2, tepat pukul 10 malam bus tiba di pool ramayana KM 12.

Dengan aplikasi taxi online yang sudah terbuka siap untuk order tetapi saat bersamaan ada bapak-bapak yang membawa mobil avanza silver menawarkan diri untuk mengantar kami kerumah, dengan harga yang tidak jauh beda dengan aplikasi taxi online, memang sekenario Allah tidak pernah salah.

Sampai Jumpa Di perjalanan Berikutnya
Dhinisa Journey

2,5 Jam di Atas Selat Sunda


Setelah mendapat izin masuk di kapal ferry, sang pemanahpun mulai masuk ke dalam lambung kapal, kamipun turun dan langsung mencari tempat, ternyata di sini hanya ada kursi bukan tempat tidur seperti KMP. Banten yang pernah kami naiki sebelumnya.

Di sini sempat melihat para perenang yang minta di lempar uang koin yang berenang cukup dekat dengan badan kapal, ada beberapa penumpang yang ikut melemparkan koin, ada pula yang hanya menjadi penonton dan memvideokan atraksi anak-anak tersebut.

Akhirnya kamipun naik kembali ke lantai berikutnya yang merupakan ruang ekonomi yang masih kosong, tapi jika di perhatikan ruang ekonomi kapal ini lumayan tertutup, di bandingkan pada saat penyeberangan bulan Februari 2019, kamipun langsung duduk di salah satu kursi, dan mengeluarkan bekal yang kami beli di rumah makan menanti raya tadi, tetapi karena ada penjual popmie di  kapal ini, akhirnya "trio musketeer" minta di beliin popmie dan sekalian ayuk untuk charge hp nya yang sudah lowbat.

Suasana di ruang ekonomi
Ada yang unik saat di kapal ini , salah satu awak kapal yang menyuruh seluruh orang masuk dan menerangkan tentang penggunaan jaket keselamatan secara kocak, membuat banyak penumpang yang terbahak-bahak, ruangan yang tadinya sepi mulai terisi dan ramai.

Tetapi setelah menjelaskan masalah penggunaan jaket keselamatan ini, mereka meneruskan celotehan mereka di mana mereka kerjasama dengan pedagang keliling dalam menawarkan dagangannya, selama 2 jam tersebut ada beberapa dagangan yang mereka tawarkan dari minyak gandapura, peci, buff, salep obat kulit, sampai topi kupluk. Mereka melakukan presentasi dengan cara yang kocak sehingga banyak juga barang dagangan mereka yang laku terjual,termasuk adek yang membeli peci yang di gunakan untuk sekolahnya.

Di buritan kapal sebelum turun ke parkiran bus
Kapal bergerak dengan pasti, deburan ombak terasa sekali-kali menghantam dinding kapal, angin yang meniup kencang di padu dengan sengatan matahari yang mulai menyengat badan, pada saat kapal hampir mendekati pelabuhan bakahuni, Lampung kamipun bergerak ke buritan kapal, sekalian berswa foto di buritan kapal ini.

Adek memakai peci yang di beli di ruangan tadi

Tuesday 20 August 2019

32 Jam Jogja Palembang di Dalam Bus Ramayana Part 1




Dengan ticket seharga 450 ribu perorang, dengan tujuan pool ramayana di kota Palembang yang terletak di kawasan KM 12, tepat pukul 2 siang bus ini merapat ke terminal jombor, kamipun bergegas memasukan barang ke bagasi walaupun kondektur bus meminta sebagian barang di naikan ke atas untuk di masukan ke dalam kabin.

Sempat terjadi sedikit kericuhan saat melihat nomor kursi dengan penumpang yang lain, ternyata yang ngotot yang salah baca ternyata 14 yang menurutnya nomor itu adalah jam keberangkatan bus ramayana tersebut.


Kursi yang lumayan nyaman dan jarak antara kursi juga lumayan jauh di sertai dengan tempat sandaran kaki yang bisa di naik turun kan juga. Fasilitas lain adalah selimut yang di sertakan di tempat duduk yang juga berwarna ungu, termasuk AC yang super dingin dan toilet di belakang bus yang hanya di gunakan untuk pipis.

Pukul 2 siang sesuai dengan jadwal bus mulai berangkat menuju route ke Semarang, setelah tidak lama menjajaki aspal di Magelang, dengan cara mengendarai yang lumayan profesional (Nilai 7/10) bus ini berlari dengan gagah seperti anak panah lepas dari busurnya tetapi tidak berasa bagi kami  penumpang yang ada di dalamnya, saat mencapai muntilan bus ini berhenti sejenak, dan saat melanjutkan perjalanan lagi ternyata kondektur membagikan snack dan kupon untuk makan, dan baru tahu juga kalau di daerah Muntilan ini merupakan kantor pusat dari PO. Ramayana ini.


Setelah melintasi kota Magelang dan kota Salatiga akhirnya sang pemanah ini pun memasuki gerbang tol Bawen, sang pemanah pun semakin melaju dengan deras karena sejak masuk dari salah satu gerbang tol trans Jawa ini sang pemanah mulai bermain di antara tol shingga pada pukul 6.30 sore sang pemanah pun merapat di Rumah Makan Gerbang Elok  di Kecamatan Weleri, Kabupaten Batang Jawa tengah.

Di sini penumpang turun untuk bebersih dan menunaikan sholat Magrib dan Isya (Qshor), sekaligus untuk santap malam dengan menukarkan kupon service makan di rumah makan tersebut, tempat makan di rumah makan ini pun terbagi dua yaitu untuk pembeli umum dan penumpang khusus Ramayana.

Di Rumah makan Gerbang Elok Batang
Adek dan kakak setelah selesai sholat langsung ku ajak makan bersama ku, dengan menu nasi, bihun goreng dan juga semur ayam serta sayur sop cukuplah bagi kami untuk pengganjal perut malam ini, tak lama berselang bunda pun menyusul bersama ayuk dan langsung bergabung bersama kami. Ternyata bus lumayan lama berhenti sekitar 30 menitan jadi makan juga tidak terburu-buru masih banyak waktu untuk melakukan hal lain.

Setelah selesai makan sempat juga saya ngobrol dengan salah satu supir bus Ramayana ini, ternyata dulu ia pernah tinggal di Palembang di kawasan Boster KM 12 hampir 10 tahun saat beliau masih membawa mobil tangki CPO. Dan dari pembicaraan ini baru aku tahu kalau driver bus ini ada 2 dan bergantian setiap per 6 Jam dan ada seorang kondektur yang mendampingi mereka selama perjalanan ini, dan di rumah makan ini ternyata bus ramayana tujuan ke Jambi, yang dari tampilannya lebih baru dari yang kami tumpangi saat ini.


Mobil pun akhirnya melanjutkan perjalanan lagi kali ini sang pemanah melaju dengan sedikit tersendat di kawasan Batang dan Pekalongan, tegal hingga berebes karena memang tidak melalui jalur tol, beberapa kendaraan besar yang juga melalu jalur pantura ini membuat sang pemanah tidak bisa terlalu deras meluncur.

Malam yang semakin pekat menyelimuti bumi, bus pun masih melaju walaupun sekali-kali berhenti untuk mengambil barang dari perwakilan/agen bus ramayana tersebut. Akupun sempat tertidur begitupun anak-anak dan bunda juga sempat tertidur, sebelum tertidur akupun sempat mencharge HP ku di atas kabin bus, tak terasa waktupun berlalu sehingga pada tengah malam bus pun memasuki salah satu rumah makan yang lupa aku namanaya, kami hanya turun untuk buang air kecil dan membelih teh hangat dan kembali kedalam bus untuk melanjutkan istirahat kami, dan benar saja sang pemanah pun memang tidak terlalu lama berhenti di kawasan ini.

Rumah Makan Menanti Raya, Cilegon Banten
Sang pemanah melaju kembali saat melalui tol di kawasn pemalang, menari di atas hitamnya aspal, terus menderu di dalam tidur kami, Pada pukul 5 pagi tak lama setelah kami terbangun bus pun mengarahkan ke arah Rumah Makan Menanti Raya di kecamatan Gerogol kota Cilegon, Banten yang artinya tidak lama lagi sudah mendekati pelabuhan penyebrerangan merak.

Kami pun turun untuk kembali bebersih, melakukan sholat subuh, sama sepeti sebelumnya bus ini berhenti lumayan lama, jadi kami bisa melakukan semua di atas, saat mau sarapan pagi ternyata masih belum banyak makanan yang tersedian dan kondisinya pun sudah dingin, akhirnya kamipun membeli 2 bungkus nasi putih, 1 bungkus nasi ikan dan 1 bungkus nasi rendang yang rencananya mau di makan di kapal tadi dimana telor asin pun dan lunpia masih ada dan layak konsumsi.

Kurang lebih pukul 6 kapal pun bergerak menuju ke pelabuhan penyeberangan merak, walaupun antri agak lama tetapi ferry di dermaga 3 dengan senyum menyambut sang pemanah.

Snack Box yang di bagikan di Muntilan tadi berisi 2 potong kue & 1 gelas air mineral

Setelah 2 Jam Di Terminal Jombor

Gerbang Terminal Jombor
Tepat pukul 12 kamipun check out dari hotel Borobudur, koper, ransel dan barang lainnya langsung kami bawa yang ternyata lumayan berat, dari bunda sampai adek mendapat tugas membawa barang bawaan kami.

Perjalanan ke pool ramayana di terminal jombor ini hanya beberapa menit kami pun sudah tiba, di pool ramayana H2, sesampai di pool tersebut.

"Mas, maaf ya,... untuk nomor tempat duduknya ada perubahan sedikit" jelas mbak penjaga pool ramayana.

"Untuk bangku yang awalnya bersampingan yg nomor 11, 12, berubah menjadi 13, 14 ke bagian belakang no 11 & 12, kalau yang lain nya tetap kursinya " Jelas mbak tersebut lagi.
"Kalau seperti ini nggak apa-apa mbak" kata ku.

Duduk di pool Bus Ramayana
Karena saat itu sudah menunjukan pukul 12 lewat sedangkan keberangkatan masih 2 jam lagi akhirnya kami memutuskan untuk makan siang, awalnya sempat bingung juga tetapi mbak yang jaga pool bus kasih rekomendasi tempat makan yang terletak di ujung bangunan ini.

Di sini menu yang di tawarkan cukup beragam dari ayam goreng, soto, ikan bakar, ikan lele goreng, mie rebus & goreng dan lain sebagainya, kami pun bergantian karena barang yang mau di jaga lumayan banyak.

Bunda yang memesan nasi soto, ayuk memesan nasi ayam goreng sedangkan ayuk dan kakak memesan lele goreng, mereka makan dengan nikmat.

"Yah, ikan lele gorengnya enak, besar lagi"kata kakak
"Bener ya... maknyus" kata adek sambil menirukan gayak pak bondan

Saat menunggun makanan datang
Akhirnya kamipun bergantian, setelah di coba memang ikan lele goreng warung ini memang nikmat, cukuplah untuk pengganjal perut sampai menjelang malam nanti. Warung yang terletak di dalam terminal Jombor ini satu barisan dengan tempat kami memesan ticket bus ramayana di H2.

Tidak terasa pukul 2 sudah makin mendekat, bus dengan warna ungu bergambar pemanah dengan rute Jogja - Jambi , kamipun bersiap untuk kembali.

Lokasi terminal jombor :

Hari Terakhir Di Kota Pelajar


Pagi ini rencana kami mau kembali ke mawar losmen untuk mengambil koper  dan beberapa barang kami yang masih di tinggal di sana, dan ke pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa buah tangan titipan keluarga.

Ayuk & kakak tidak mau ikut, alasan mereka capek jadi mereka tinggal di hotel bersama hp & tablet mereka, awalnya kami ini naik trans jogja yang tempat keberangkatannya ada di terminal jombor, tetapi mengingat waktu kamipun mengurungkan menggunakan trans jogja.

"12 ribu bun, sampai ke pasar bringharjo" saat ku beritahu bunda tarif gojek yang ada di aplikasi
"iya sudah pesen saja 2 gojek" kata bunda

Kami menggunakan gojek bisa lebih cepat dan murah, karena kalau menggunakan mobil gocar atau grabcar tarifnya 36 ribu dan waktunya lebih lama, sehingga pilihan dengan menggunakan gojek ini merupakan alternatif yang termurah dan tercepat.

Bagian dalam pasar bringharjo
Bunda dan adek sudah berangkat terlebih dahulu menggunakan gojek yang sudah kupesan sebelumnya, akhirnya tidak lama berselang gojek yang aku order pun datang, kamipun langsung berangkat, jalan lusur menuju ke kawasan malioboro menjadi pilihan mas gojeknya, tetapi karena ada jalam yang di tutup, akhirnya motor nya berputar arah dan munculnya tepat di simpang empat tugu pal putih.

Akhirnya setelah sampai di dekat hotel mutiara akupun meminta turun ke mas gojeknya, karena kebetulan ada atm yang dekat lokasi tersebut, menyusuri jalan malioboro yang masih sepi, pedagang  kaki lima masih mempersiapkan dagangannya.

Setelah sampai di pasar Bringharjo ternyata bunda masih ada di dalam bangunan pasar untuk membelih beberapa keperluan itupun setelah bunda mengangkat telponku, akupun duduk sendiri sambil memperhatikan para pengamen yang beraksi, Para menjual makanan pun menawarkan makannya sebagai sarapan pagi,... hehehe aku kan sudah sarapan pagi.

Para penjual makanan di depan pasar Bringharjo
Tak lama berselang adek pun muncul di pintu masuk pasar bring harjo,
"Kenapa dek, mana bunda ?tanya ku
"Bunda masih di dalam, adek haus"jawab adek

Akhirnya kami membeli 2 minuman jeruk, yang kami minum di depan salah satu toko yang masih tutup, pengamen yang masih beraksi dengan suara yang serak-serak basah menambah ramai suasana pasar ini. Dan setelah 15 menit kemudian bunda pun selesai berbelanjanya.

Adek & Es Jeruknya
Kamipun ingin langsung menuju ke mawar losmen di kawasan sosrowijayan untuk mengambil barang kami yang masih ada di sana, akhirnya kami memilih naik becak, dengan ongkos sebesar 20 ribu yang bisa mengantar kami ke kawasan sosrowijayan, dimana penarik becaknya harus memutar  melalui jalan Bhayangkara yang juga melihat wilayah pabrik bakpia pathuk di Jalan. Ks Tubun.

Bertiga saat naik becak ke Sosrowijayan
Setelah sampai di kawasan Sosrowijayan akupun langsung ke penginapan untuk check out dan mengambil koper dan beberapa barang yang masih ada di kamar hotel tersebut, dan saat menunggu taxi online kami lihat gudeg mbah lindu yang lagi beres-beres untuk pulang, selama hampir 1 minggu di sini saya lihat yang melayani bukan mbah lindu lagi tetapi mungkin anaknya.

Lapak gudeg mbah lindu lagi beres-beres setelah berjualan
Akhirnya mobil karimun yang sudah kami orderpun datang, setelah kami menaikan seluruh barang kami, kamipun meluncur ke hotel borobudur untuk bersiap-siap kembali ke Palembang. See you next time Yogya..


Sarapan Pagi Di Hari Ke - 8, Hotel Borobudur Yogyakarta


Bangun pagi ini badan lumayan terasa segar, mungkin karena banyak berjalan semalam sehingga menjadikan badan lumayan segar pagi ini, hari ini merupakan hari terakhir kami di kota pelajar ini karena pada pukul 14:00 nanti kami akan kembali ke kota kami, liburannya sudah usai.

Setelah selesai semua mandi pagi, kamipun mulai menuju ke lokasi resto yang ada di hotel ini di bagunan utama di bagian depan, resto mendut itu yang menjadi brand dari hotel ini, kupon kami hanya untuk empat orang sehingga harus di tambah 1 untuk adek seharga 30 ribu untuk sarapan pagi, yang merupakan harga standar untuk kelas hotel melati atau bintang 1 atau 2.


Di sarapan pagi kali ini tersedia nasih putih, ayam goreng crispi, bihun goreng khas sarapan pagi dan tersedia juga roti tawar yang bisa di panggang dengan ulasan selai.

Anak-anak menyantap makanan dengan nikmat di padu dengan teh manis dan kopi, rasa sarapan pagi nya lumayan lah bisa di katakan range 7 dari 10 point, termasuk penyajian juga yang baik dan pelayanan yang ramah, overall good.


Hotel borobudur Yogyakarta ini terletak jalan Magelang KM. 6,3, Sendangadi, Mlati, Mlati Dukuh, Sendangadi, Kec. Mlati, Yogyakarta, tidak beberapa jauh dari terminal jombor, bersebelahan dengan McD dan pos polisi, kami kemarin menginap di sini karena lebih cepat untuk ke terminal jombor karena bus Ramayana yang sudah kami pesan bakal berangkat dari terminal ini pada pukul 2 siang nanti.


Rate yang di tawarkan pun cukup murah dari 170 - 335 ribu per malam, untuk kelas super economy seharga 170 ribu yang di order melalui aplikasi traveloka sudah include breakfast, walaupun terlihat seperti bangunan tua dan kusam tetapi nyaman untuk di tempati. Kamar mandi dengan bak air kecil tetapi air nya lancar tinggal isi saja, perlengkapan mandi standar, dan kamarnya hanya di lengkapi dengan kipas angin.

Dengan harga seperti itu lumayan untuk para backpacker atau wisatawan budget yang mencari penginapan yang murah dan nyaman hotel borobudur ini merupakan salah satu yang saya sarankan untuk menginap terutama di kawasan sleman. Selain itu untuk tempat makan juga banyak di kawasan ini dan beberapa mall juga bisa di kunjungi di kawasan ini sepagai penunjang untuk menginap di sini

Lokasi Hotel Borobudur Yogyakarta : 

Monday 19 August 2019

15 Menit Perjalanan Dari Utara Ke Selatan

Bunda, Ayuk, Kakak & Adek di Pelengkung Wijilan
"Kita jalan yok..... ke pendopo lawas" ajak ku
"Nggak yah capek" kata anak-anak
"Sebentar kok cuma 15 menit" jawabku
"Yang bener yah" kata bunda
"Iya kita coba jalan, dari Alun-Alun kidul ke alun-alun lor" kata ku lagi, sambil menunjukan google mapnya ke bunda.

Kamipun mulai berjalan, jalan yang sepi dan jarang ada orang yang berjalan membuat anak-anak pada menggerutu, terutama adek, melintasi beberapa nama jalan dan lorong berdasarkan google mao yang ada sangat menarik buat ku, tetapi tidak buat keluarga ku.

Di saat melintas di dalam plengkung wijilan
Terlihat, ada jalan pesindenan, jalan gamelan dan banyak yang bisa ku lihat, adek selalu bertanya "yah..berapa menit lagi"..."yah..berapa menit lagi"..., ku jawab santai sambil ku perlihatkan map ku.

"Sabar ya sebentar lagi"jawabku

Di Jalan Wijilan
Jalanan malam ini memang sepi, memasuki kawasan wijilan tanpak juga sebagian toko-toko kuliner juga sudah menyelesaikan tugasnya, deretan warung gudeg masih tampak terang benderang menunggu pelanggan, setelah melewati pelengkung wijilan, kamipun sudah bisa melihat alun-alun lor/selatan yang membentang.

Tanpak parkiran motor yang berjejer di sana, ada penjual nasi goreng, wedang ronde, ada cafe pondok susu dan tepat di sebelahnya adalah pendopo lawas, tetapi saat mau masuk aku pun berfikir.


"kayaknya ketuaan kalau masuk ke sini, karena isi nya tongkrongan anak muda semua"gumaku dalam hati.

Akhirnya akupun mengalihkan tempat kami nongkrong di penjual nasi goreng di tengah anak-anak yang menggerutu.

Pesanan, 5 nasi goreng pun dengan cepat habis, wedang ronde yang di pesanpun hampir bersih, tetapi menurut bunda lebih enak wedang ronde yang di PJL Geser.

Adek tertidur dengan pulas, kakak pun mulai mencari posisi yang enak di lesehan tersebut, akhirnya dari pada menunda lebih lama aplikasi grab harus aku mainkan, saat nya bobo cantik di hotel borobudur malam ini.

Rute perjalanan kami malam ini :

Masangin, Permainan Tradisi Di Alun-Alun Kidul Yogyakarta


Setelah sampai ke terminal jombor pada pukul 5 sore, kamipun langsung melangkahkan kaki lagi ke penginapan borobudur yang letaknya tidak jauh dari terminal jombor, karena di hotel tersebut sudah booking 2 kamar, satu untuk ayuk dan kakak & satu lagi untuk ayah, bunda dan adek.

Kamipun beristirahat, sambil makan malam juga masih berada di dalam kamar, telur asin & lunpia yang kami beli pagi tadi menjadi terasa enak malam ini.

"Mau keluar nggak malam ini, ini malam terakhir kita di Yogya ?" tanyaku setengah hati karena badan ku berasa capek banget
"Terserah ayah, bunda ikut saja"kata bunda

Anak-anak yang sudah mulai rebahan di kasur, dan adek tidur di lantai yang dingin, aku buka lagi itenerary ku, dan kulihat lagi
"Oh iya masangin,... ini yang belum kami mainkan"gumaku dalam hati

Mobil terang di alun-alun kidul Yogyakarta

"Bersiaplah, kita ke alun-alun kidul " kata ku ke bunda

Aplikasi grab langsung kuarahkan untuk ke alun-alun kidul, dimana tidak sampai 5 menit kemudian sang driver telpon kalau sudah di parkiran hotel borobudur.

Driver grab berjalan pelan, jarak tempuh 13 km itu di tempuh dengan waktuk 20 menit-an, itupun beliau harus mencari jalan lain saat pelengkun taman sari di tutup, dan akhirnya kamipun sampai di kawasan alun-alun kidul yang suasananya ramai.

Ada mobil terang yang di gowes, ada permainan tradisional seperti engrang, gasing , dan banyak  juga penjual makanan di kawasan ini. Tetapi yang menarik adalah permainan masangin, dengan sewa tutup mata hanya 5 ribu Rupiah, ayuk pun menyewa 2 buah, dan di mulailah permainan ini. 

Masangin sendiri adalah kegiatan berjala­n melewati antara dua pohon beringin yan­g ada di tengah-tengah alun-alun selatan­ dengan mata tertutup. Walaupun terlihat­ mudah, tetapi tidak semua orang bisa me­lewati tengah-tengah dua pohon beringin ­yang sebenarnya berjarak cukup lebar tersebut.

Berada di antara dua beringin kembar Alkid Yogyakarta
Tradisi Masangin sendiri sudah ada sejak zaman dulu saat Kesultanan Yogyakarta masih Berjaya. Alanya Masangin dilakukan saat tradisi topo bisu yang dilakukan setiap malam 1 suro. Tradisi Topo Bisu dilakukan oleh para prajurit dan abdi dalem dengan mengelilingi benteng tanpa mengucap satu katapun.

Para prajurit dan abdi dalem dengan mengenakan pakaian lengkap adat jawa berbaris rapi. Mereka memulai ritual Topo Bisu dari halaman Keraton menuju pelataran alun-alun lalu melewati kedua beringin kembar tersebut. Hal tersebut diyakain untuk mencari berkah dan meminta perlindungan dari serangan musuh.

Dari situlah mitos Masangin berkembang. Jika kita dapat melintasi dua pohon beringin dengan mata tertutup, maka semua apa yang kita inginkan akan terkabul.
Selain itu, area alun-alun kidul yang cukup lapang ini juga digunakan sebagai pusat latihan dan kegiatan para prajurit Keraton. Para prajurit biasanya mengasah konsentrasi dengan berjalan di tengah antara dua beringin kembar.

Mitos ini semakin kuat dengan adanya kepercayaan bahwa di tengah pohon tersebut terdapat jimat tolak bala untuk mengusir musuh. Konon, ketika tentara koloni melewati tengah pohon, maka kekuatan mereka langsung sirna. Karena itu muncul juga kepercayaan siapapun yang berhasil menyebrangi kedua beringin tersebut, ia mampu menolak bala.

Kami semua pun mencoba permainan ini, memang enak untuk di lihat saat di praktekan susah, untuk melewati 2 beringin itu saja susah, hanya bisa tertawa saat melihat kami melakukan ini, karena tidak bisa tepat untuk melewati beringin tersebut.

Permaina  lain yang ada di alun-alun kidul Yogyakarta
Selain permainan masangin di sini ada juga mobil terang yang terang benderang, dengan tarif 60-75 ribu untuk satu mobil terang lumayan memberikan pengalaman yang menyenangkan, selain itu ada juga permainan tradisional seperti enggrang, bakiak, gasing yang ada di halaman ini dengan bayaran yang sukarela, banyak juga pengunjung di alun-alun kidul ini mencoba permainan tradisional ini.


"Kita beli ubi saja yok yah.." kata bunda
"Dimana ?" tanyaku
"Itu, di pedagang itu" kata bunda

Kulihat ternya penjual kacang, jagung kedele dan ubi yang serba rebus, bukan Jagung bakar yang terkenal di alkid ini, dengan harga ubi yang 3 biji 10 ribu dan jagung rebus manisnya 5 ribu, sambil duduk menunggu anak-anak bermain permainan tradisional, bunda menyantap ubi rebusnya.


Lokasi Alun-Alun Kidul Yogyakarta

Bus Patas, Mie Ayam Bakso & Bak Pao Terminal Sukun


"Kita langsung saja ke terminal sukun pak, mumpung masih siang" kataku ke pak Ratno
"Siap Mas, mau lewat jalan biasa atau via tol saja mas ?" tanya Pak Ratno balik
"Via tol juga boleh pak"kataku singkat

Kalau di lihat dari google map jarak antara Masjid Agung Jawa Tengah dan terminal sukun kurang lebih di tempuh 23 menit via tol, saat memasuki tol Gayamsari yang bertarif 5 ribu itu, mobil melaju kencang.

Akhirnya rasa kantuk datang mendera, dan mungkin di pertengahan jalan akupun tertidur dan saat terbangun kulihat jam di tangan ku menunjukan pukul 13:15, berati tidak lama lagi kami sampai di terminal sukun, dan benar pak di depan terlihat jajaran bis yang berwarna-warni dengan orang yang berteriak-teriak memberi tahu tujuan bis tersebut.


Setelah sampai ku bangunkan anak-anak yang juga sudah pada tidur, setelah semua turun dan mengucapkan terima kasih kepada pak Ratno, kamipun menuju loket bus yang berlogo pemanah dengan warna ungu.

"ke Yogyakarta harganya ticket 50 ribu perorang mas" kata mbak yang jaga di loket bus patas ramayana tersebut. Aku pun membeli 5 ticket bus ini untuk kepulangan kami.

"Mbak, bisa titip barang, mau makan dulu ?" tanyaku
"Silahkan Mas, di taruh saja" kata mbak penjaga loketnya

Kulepaskan ransel yang lumayan berat dan beberapa belanjaan dari Solo ataupun Semarang yang masih di kantong kresek. Ransel yang selama 2 hari ini dengan setia berada di punggung ku terus sebagai tempat perlengkapan kami.

Kondisi dalam bus patas AC Ramayana Semarang - Yogyakarta
Akhirnya kami bergeser sekitar 2 blok  dari tempat pembelian ticket tadi ada warung makan yang menjual bakso, mie ayam dan nasi, saat penjual baksonya bertanya.

"Mau makan apa ?" tanyaku kepada semua

Masih pada bingung, mungkin masih "carlag" saat perjalanan dari Masjid Agung Jawa Tengah  ke terminal sukun ini.

"Saya pesen bakso saja mbak, minumnya es tawar saja" kataku

Akhirnya bunda mulai berbicara, di ikuti lainnya
"Mie ayam 3, bakso 1 dan es teh manis 3, es tawarnya 1 "kata bunda
"Nggih mbak" kata penjual bakso tersebut

Tidak terlalu lama bakso dan mie ayam tersebut sudah tersaji di meja kami, karena memang makan siangnya sudah kesiangan akhirnya bakso dan mie ayam tersebut habis dengan cepat, hanya kakak makannya masih bersisa.

Selesai makan, bersiap-siap ada yang ke toilet umum, ada yang masih minum esnya. Panggilan dari petugas loket agar penumpang bus patas Ramayana ini segera menaiki bus, segera membuat kami bergegas untuk naik, setelah ransel dan beberapa barang yang kumasukan ke bagasi, maka kami pun segera naik ke atas, ternyata untuk bus patas ini untuk memilih tempat duduk bebas alias tanpa nomor tempat duduk.

Bunda & adek duduk berdua di sebelah kanan. kakak & ayuk berdua di sebelah kiri sedangkan ayah sendirian, tepat pukul 14:00 mobil berangkat walaupun penumpang tidak penuh, sekitar 5 menit berjalan dan bus stop lagi , beberapa penumpang naik, dan naik juga para pedagang asongan, salah satunya penjual bak pao.


"Beli yah , bak pao kayaknya enak yah"kata ayuk
"Lah.. kan barusan sudah makan yuk"kata ku
"Untuk cemilan di jalan"katanya lagi
"hhahha..... perut sudah kenyang masih saja minta makan" gerutu ku dalam hati.

Akhirnya kami membeli 3 buah bak pao, 2 yang isi daging ayam dan 1 yang rasa coklat, dengan harga 5 ribu per biji, tetapi setelah di cicip yang rasa ayam justru nggak suka karena manis seperti rasa selai.

Bus terus berjalan, di beberapa terminal bus berhenti sejenak sekedar untuk laporan, sopir bus membawa bus dengan rapi sehingga kami penumpang di dalam ini merasa nyaman dan aman tidak merasa kalau bus tersebut terlalu ngebut atau tidak.

Akan butuh waktu 3 jam untuk akhirnya bus akan sampai ke terminal Jombor, Yogyakarta. Anak-anak dan bunda pun tertidur selama perjalanan, membuat suasana tanpa hening, akupun ikut tertidur, dan saat terbangun kulihat tulisan di papan nama tersebut "Sleman", ternyata lama juga aku dan keluarga tertidur di bus ini, semuanya ku bangunkan karena tidak lama lagi terminal Jombor akan menyambut kami.

Ayah & Ayuk

Lokasi Terminal Sukun :

Masjid Agung Jawa Tengah & Kemegahannya


"Maaf, pak lagi di mana?'Telpon ku ke pak Ratno
"Iya mas, ini baru selesai.."jawabnya

 Kulihat  pak Ratno segera keluar dari warung makan yang ada di depan kelenteng.

"Maaf mas, .." Sambil membuka pintu mobil
"Habis makan ya pak ?"tanyaku
"Iya mas, sebab tadi nggak sempat sarapan pagi" Jawab pak Ratno
"Nggak apa pak..... kita ke masjid agung Jawa Tengah saja" kata ku

Kendaraan pun melaju menuju ke masjid agung Jawa Tengah, sekitar 20 menit berlalu sampailah kami ke pelataran parkir di masjid Agung Jawa Tengah yang terkenal dengan payung seperti di masjid Madinah.


Kamipun langsung ke pelataran masjid yang di hiasi ornamen lengkung berwarna ungu dan payung-payung elektrik yang bisa membuka dan menutup sendiri, tapi saat menuju batas suci alas kaki pun kami buka, tetapi ampun...., panas lantai keramik terkena sinar matahari meresap sampai ke dalam kaki, bisa melepuh kalau berlama-lama di sini.

Para pengunjung pun banyak yang berlari sambil berjinjit mengindari panas, ataupun melalui dari sisi samping masjid yang panasnya terhalang tembok pembatas, inilah kesan kami yang pertama kali ke masjid ini.


"Inilah yah.... panas dunia yang terasa hanya di telapak kaki tetapi sudah pada blingsatan"Kata bunda
"Siksa neraka yang paling ringan adalah batu kerikil dari neraka yang di injak di telapak kaki yang mengakibatkan otaknya mendidih" kata bunda lagi.

Benar juga kata bunda ini, melihat pengunjung yang lari-larian ini seperti menggambarkan ketakutan mahluk nanti saat di padang mahsyar.

Saat di dalam masjid suasana sejuk terasa  seluruh karpet yang di selimuti warna hijau, termasuk langit yang di padu warna coklat pada tiang dan mimbarnya.


Kami menunaikan sholat zuhur di sini dan beristirahat sejenak sebelum kembali ke Yogyakarta via terminal sukun, terdapat juga mushaf Al-Quran Besar di sini yang di tulis tangan oleh Drs. Hayat dari Universitas Sain Alquran Wonosobo Jawa Tengah dengan ukuran 145 X 95 cm.

Damai dan tenang di sini jauh dari kebisingan, sebagian jemaah ada yang teridur di karpet masjid, sebagian lagi ada yang membaca Al-Quran.

Dan akhirnya waktupun terus bergerak kamipun harus meninggalkan masjid ini dengan segala kemgahannya untuk kembali ke Yogyakarta.


Keberadaan bangunan masjid ini tak lepas dari Masjid Besar Kauman Semarang. Pembangunan MAJT berawal dari kembalinya tanah banda (harta) wakaf milik Masjid Besar Kauman Semarang yang telah sekian lama tak tentu rimbanya. Raibnya banda wakaf Masjid Besar Kauman Semarang berawal dari proses tukar guling tanah wakaf Masjid Kauman seluas 119.127 ha yang dikelola oleh BKM (Badan Kesejahteraan Masjid) bentukan Bidang Urusan Agama Depag Jawa Tengah. Dengan alasan tanah itu tidak produktif, oleh BKM tanah itu di tukar guling dengan tanah seluas 250 ha di Demak lewat PT. Sambirejo. Kemudian berpindah tangan ke PT. Tensindo milik Tjipto Siswoyo.

Hasil perjuangan banyak pihak untuk mengembalikan banda wakaf Masjid Besar Kauman Semarang itu ahirnya berbuah manis setelah melalui perjuangan panjang. MAJT sendiri dibangun di atas salah satu petak tanah banda wakaf Masjid Besar Kauman Semarang yang telah kembali tersebut.

Pada tanggal 6 Juni 2001, Gubernur Jawa Tengah membentuk Tim Koordinasi Pembangunan Masjid Agung Jawa Tengah untuk menangani masalah-masalah baik yang mendasar maupun teknis. Berkat niat yang luhur dan silaturahmi yang erat, dalam waktu kerja yang amat singkat keputusan-keputusan pokok sudah dapat ditentukan: status tanah, persetujuan pembiayaan dari APBD oleh DPRD Jawa Tengah, serta pemiilhan lahan tapak dan program ruang.

Kemudian pembangunan masjid tersebut dimulai pada hari Jumat, 6 September 2002 yang ditandai dengan pemasangan tiang pancang perdana yang dilakukan Menteri Agama RI, Prof. Dr. H. Said Agil Husen al-Munawar, KH. MA Sahal Mahfudz dan Gubernur Jawa Tengah, H. Mardiyanto. Pemasangan tiang pancang pertama tersebut juga dihadiri oleh tujuh duta besar dari negara-negara sahabat, yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Kuwait, Mesir, Palestina, dan Abu Dhabi. Dengan demikian mata dan perhatian dunia internasional pun mendukung dibangunnya Masjid Agung Jawa Tengah tersebut.

MAJT diresmikan pada tanggal 14 November 2006 oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono. Masjid dengan luas areal tanah 10 Hektar dan luas bangunan induk untuk salat 7.669 meter persegi secara keseluruhan pembangunan Masjid ini menelan biaya sebesar Rp 198.692.340.000.-.

Meskipun baru diresmikan pada tanggal 14 November 2006, namun masjid ini telah difungsikan untuk ibadah jauh sebelum tanggal tersebut. Masjid megah ini telah digunakan ibadah Salat Jumat untuk pertama kalinya pada tanggal 19 Maret 2004 dengan Khatib Drs. H. M. Chabib Thoha, MA, (Kakanwil Depag Jawa Tengah)".