Sunday 30 June 2019

Jakabaring Sport City, Tempat Wisata Bernuansa Olahraga


Setelah sekian lama tidak memasuki kawasan jakabaring sport city ini sejak terakhir postingan makan bersama dengan keluarga besar di kawasan dayung, yang awalnya hanya bayar kendaraan saat ini termasuk orangnya juga harus bayar seribu Rupiah per orang di luar dari kendaraan.


Kawasan wisata 6 rumah ibadah di satu tempat

Fasilitas didalam kawasan ini pun banyak berubah seperti adanya bangunan enam tempat ibadah di dalam 1 komplek, dari gereja, pura, masjid, wihara dan kelenteng. Yang banyak menjadi tempat foto yang instagramable adalah pura yang berarsitektur bali, atau di nama lokasi wisata atau beberapa tempat lainnya di kawasan tersebut. Dan kawasan ini sangat bagus untuk mengingatkan kita mengenai tolerasni beragama yang terkadang mulai pudar 

Kami pun memilih di kawasan Jakabaring Shooting Range, Kakak & adek bermain di beberapa permainan yang tersedia di kawasan tersebut. Dengan view danau dan hembusan angin yang lumayan segar, menambah ingin berlama-lama di lokasi ini.


Banyak perubahan mencolok di kawasan ini seperti trotorar di pinggir danau yang sudah di buat semakin baik, ataupun space yang agak mengarah kedanau dengan pagar yang berwarna-warni di mana jadi tempat banyak orang untuk berfoto. Begitu juga fasilitas umum seperti kursi-kursi taman yang semakin banyak dan juga fasilitas permainan anak-anak juga yang menjadi salah satu hiburan bagi pengunjung di sini.

Seperti hari ini Adek lebih tertarik untuk bermain di "Istana Angin" dengan tarif 15 ribu per 30 menit, sedangkan kakak bersepeda sambil menyaksikan fasilitas-fasilitas di kawasan Jakabaring Shooting Range ini.

Sebenarnya masih banyak lokasi di kawasan yang menjadi "icon foto" Untuk di upload ke media sosial sebagai promosi secara tak langsung oleh pengunjung JSC sendiri.






Wednesday 19 June 2019

Traveling Tanpa Kartu Kredit Apakah Bisa ?


Sejak terakhir penutupan kartu kredit pada tahun 2013, maka di mulailah perjalanan hidup ini tanpa kartu kredit, yang sebelumnya sudah hampir 13 tahun bergelut dengan penggunaan kartu kredit. Seperti kartu sakti, setiap ada kesempatan penggunaan pasti menggunakan kartu kredit, mau belanja, bayar makanan, mau traveling dan lain sebagainya, pokoknya saat itu tiada hari tanpa kartu kredit.

Sempat dibilang, "Susah lo, kalau kartu kredit lo sudah di tutup... lebih ribet nantinya" kata teman di tempat kerja saat itu atau teman nongkrong, karena saat itu teman-teman sudah tahu kalau saya merupakan pengguna kartu kredit sejati, bahkan saya pantangan kalau punya 1 kartu, paling tidak 5 atau 6 kartu kredit yang selalu nangkring di dalam dompet.

Saat di tahun 2011 kartu kredit ini menjadi andalan saat kami, saat melakukan perjalanan ke Anyer, Bandung & Jakarta, dimana di saat itu belum banyak tahu kita mengenai cara membuat itenenrary dan budget perjalanan, akibatnya kami terkejut saat menerima billing credit card dengan tagihan angka yang cukup besar.

Dari fasilitas tarik tunai di ATM, Gestun (Gesek Tunai) yang di lakukan di toko-toko, beli barang dan di jual kembali, sudah pernah saya rasakan semua, sehingga saat di tahun 2013 di lakukan penutupan kartu kredit tersebut, awal mulanya masih terasa kaku.

Teringat saat kerusakan handphone saya pun tidak bisa langsung mengganti handphone tersebut padahal yang dulu biasanya langsung gesek dengan menggunakan fasilitas kartu kredit dengan cicilan 12 bulan dan bunga 0%. Begitu juga saat melakukan perjalanan dinas yang dulu bisa di bayar melalu kartu kredit maka untuk pembayaran di alihkan metodenya melalui cash ataupun debit card.

Tetapi dengan seiringnya waktu ketergantungan dengan kartu kredit ini bisa di hilangkan traveling ke pulau Bangka dan ke provinsi Jambi merupakan traveling kami tanpa menggunakan kartu kredit sama sekali di tahun 2013, begitupun saat menjalankan tugas dinas dari kantor.

Saat ini sudah memasuki 6 tahun saya tidak lagi menggunakan kartu kredit, urusan jalan-jalan, dinas, makan, belanja pun masih bisa di lakukan tanpa kartu kredit, tetapi walaupun begitu kita harus tetap pandai-pandai mengatur pengeluaran kita.

Friday 14 June 2019

Allah Menegur Kami Melalui Si Juru Parkir


Malam ini tujuan kita ke @samballalap.pal5 di karenakan lapar sudah menyerang juga untuk perayaan hari yang penting pada bulan ini, karena di bulan juni banyak hal yang merupakan hari bersejarah di kehidupan kami. Kamipun meluncur ke tempat ini sekitar pukul 9 malam dari kawasan pasar kuto, karena sudah cukup malam jalan pun tidak sepadat di sore hari.


Menuju ke lantai dua di lesehan sambil melihat lalu lalang mobil dan LRT yang melintas merupakan kesan tersendiri, adek yang dari tadi bolak-balik main air di wastafel walaupun alasanya cuci tangan, sedangkan masnya menunggu pesanan kami, akhirnya 3 lele kriuk + 2 ayam bakar + 5 ice lemon tea + Pregedel tahu + Tumis Toge menjadi pilihan santapan kami malam ini. Tidak terlalu lama menunggu mas nya datang lagi dengan membawa pesanan kami ternyata lele kriuknya sudah di paket dengan es teh manis ukuran jumbo.

Ternyata harga ini tempat makan ini lumayan murah pecel lele kriuk hanya di kisaran 15 ribu dan ayam bakar 20 ribuan sama seperti yang ada di pasaran seperti di pecel lele kampus dengan lokasi yang cukup repsesentatif dan nyaman, dari rasa pun lumayan menggugah selera kriuk nya lele membuat anak-anak senang memakannya, pelayanan dengan moto tertulis di bajunya "bekerja adalah jihad" membuat mereka bekerja cepat dan sigap juga menjadi kelebihan dari tempat makan disini......bukan endorsement loh, saya nggak di bayar untuk ulasan ini.


Setelah kami menyelesaikan makan dan mau turun ke lantai 1 untuk membayar, bunda pun membongkar-bongkar tasnya untuk mencari kunci motor, kebetulan saat itu kami membawa 2 motor bunda besama ayuk dan adek sedangkan ayah bersama kakak.
"Yah.... kunci motornya tidak ada ...." bisik bunda pelan, kunci motor tersebuta ada gantungannya yang berisi STNK asli dari motor yang di sering di kendarai oleh bunda.
"Coba di cek lagi" kata ku kepada bunda

bunda cek lagi di dalam tas maupun jaketnya tetap tidak ada,
"Kak... coba cek lagi di atas meja tempat kita makan tadi ... kalau-kalu tercecer"kataku ke kakak
"ok yah" jawab kakak, yang langsung bergegas naik lagi ke lantai 2, tak lama berselang
"Tidak ada ya"kata kakak

Akhirnya bunda pun melapor ke salah satu karyawan, akupun bergegas keluar dan kulihat motor bunda masih ada di tempatnya tepat bersebelahan dengan motor yang ku bawa, tapi aku nggak melihat kunci motornya, akhirnya ku beranikan bertanya kepada juru parkirnya,


"Kak, maaf tanya .... ada lihat kunci motor yang ini nggak ?" kataku sambil menunjuka motor bunda
" Ada pak.... tadi ketinggalan di motornya, sebentar pak saya ambilkan"jawab si juru parkir sambil berjalan ke arah kunci motor yang ia gantungkan.
"ini pak" katanya sambil menyerahkan kunci motor yang ada gantungannya seperti dompet
"Alhamdulilah" jawabku
"Sering pak, ada yang ketinggalan kunci motor, handphone bahkan bagus-bagus tapi kami simpan untuk di kembalikan ke pemiliknya" ujar si juru parkir yang badanya langsing

Ku ambil dompetku selembar uang yang dari jumatan tadi yang seharusnya aku masukan ke dalam kotak masjid ku berikan kepada si juru pakrir.

"Besar sekali pak.... belum ada sosok (uang kembalian pak)" Kata si juru parkir.
"Semuanya untuk kakak" Kata ku
"Tidak usah pak ... ini sudah menjadi tugas kami" jawabnya lagi
"Dak apa-apa ini hadiah" kata ku lagi
"Terima kasih kalau begitu pak" jawab si juru parkir

Tidak lama berselang bunda pun keluar setelah selesai melakukan pembayaran sambil di antar karyawan tempat kami melapor tadi, bunda pun berterima kasih kembali kepada si juru parkir tersebut. Sempat terpikir kalau kejadian ini di tempat makan lain mungkin kejadiannya juga berbeda

Selama perjalanan kembali kerumah saya berpirkir uang tersebut seharusnya tadi sudah masuk kedalam kotak masjid saat jumatan yang sempat saya tahan , tetapi ternyata Allah maha adil uang tersebut menjadi milik si juru parkir dengan sekenario sudah di atur olehNya. 

Allah menegur kita melalui apa yang di kehendakinya terkadang teguran itu berupa belaian yang lembut ataupun tamparan yang keras.

Jumat, 14 Juni 2019

Sunday 9 June 2019

Warung Pecel Lele Mas Eko 999, Murah, Meriah & Maknyus


Akhirnya kami tutup hari ini dengan makan bareng di pecel lele mas eko 999, di kawasan kampus lumayan enak dan juga murah, setelah sebelumnya anak-anak kami ajak di permainan anak-anak di lantai 2 Palembang Square, dengan parkirnya yang padat banget sudah hampir 30 menit belum juga dapat parkiran akhirnya parkir di kawasan kolam renang lumban tirta yang hanya di batasi sampai jam 5 sore saja. Semoga kebersamaan ini menjadi semangat bagi kami karena besok yang sudah mulai beraktifitas kembali seperti biasa.

Seperti umumnya warunng pecel lele, warung pecel lele mas eko 999 menyajikan banyak menu khas warung pecel lele, dari ikan lele, ayam, bebek, aneka sea food yang di sajikan dalam bentuk goreng atau panggang . Selain itu ada juga soto, sop dan beberapa olahan jenis sayuran, seperti cap cay, cah kangkung dan beberapa jenis lainnya.


Secara keseluruhan pelayanan lumayan cepat, walaupun kondisi warung sedang ramai sekalipun, kita bisa menunggu sambil memakan kemplang kecil di dalam wadah sebagai pelengkap makan kita.


Untuk rasa masakan sendiri juga tidak kalah bersaing, ikan lele yang di goreng tidak terlalu garing enak di padu dengan sambel yang di kasih kecap manis, ataupun ayam atau bebek goreng yang mememiliki tekstur lembut dan tidak terlalu keras saat menari di dalam mulut.

Untuk cumi goreng tepungnya juga krispi abis, di mana sangat pas antara paduan tepung dan bumbu-bumbu yang terkandung di dalamnya, begitu juga cap cay selain sayuran juga di campur dengan bakso dan sosis yang menggugah selera untuk memakannya.

Untuk minuman pun yang disajikan standar sama seperti di warung makan lain seperti teh & jeruk, kami paling sering memesan soda susu, campuran antara krim kental manis yang bercampur dengan air soda berwarna putih membuat segar kembali badan terutama setelah terkena matahari terik.

Untuk nasi putih atau nasi goreng cukuplah untuk porsi orang dewasa tetapi baik adek dan kakak porsi seperti itu kebanyakan, jadi bisa berbagi dengan yang lain, tapi jangan lupa siapin uang receh kalau mampir ke sini karena pengamen yang menunjukan aksi suaranya juga lumayan banyak.


Secara keseluruhan tempat makan ini kami nilai oke, bagus untuk tempat makan berdua saja ataupun sekeluarga besar, harga yang di patokpun cukup bersaing seperti hari ini dengan makanan dan minuman sebanyak ini kami membayar kurang dari 300 ribu, lumayan murah kan...????

Warung pecel lele mas eko 999 (Kalau di google map di tertulis Kafe Bang Eko 999) ini terletak di : jalan Aerobik bersebelahan dengan DPRD Propinsi Sumatera selatan, buka mulai pukul 5 sore,  untuk parkir sendiri di kawasan ini motor di kenakan 3 ribu dan mobil di kenakan 5 ribu Rupiah yang di bayar di gerbang masuk.





12 Ulu Di Tepian Sungai Musi, Silaturahmi Keluarga


Perjalanan selanjutnya kami menuju ke tempat salah satu keluarga dari datuk  di kawasan 12 Ulu Palembang, yang mana rumah beliau berada tepat di pinggiran sungai musi yang hanya di batasi dengan pagar besi yang di buat oleh pemerintah kota Palembang, dengan tujuan untuk "mempercantik" kawasan tersebut biar tidak terkesan kumuh.

Ayuk dengan Background pondok Pesantren
Sampai di tujuan matahari sedang bersinar tepat di atas kepala, kamipun harus berjalan lagi menuju rumah setelah memarkirkan mobil tidak jauh dari pondok pesanteren tempat ayuk pernah belajar.  

Yang tahun ini merupakan tahun terakhir ayuk mengenyam pendidikan di pondok tersebut, karena sejak di umumkan lulus dari pondok tersebut ayukpun harus meninggalkan pondok tersebut karena melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi.Sejak 3 tahun yang lalu ayuk menimba ilmu agama dan ilmu umumnya di sini, sehingga kamipun sebenarnya tidak heran lagi dengan kawasan ini.

Sesampai di rumah "Bicik" (keluarga datuk yang kami kunjungi), tapi yang namanya anak-anak langsung menuju sungai musi yang kebetulan sedang surut, tanpa kegagahan dari jembatan Ampera dan jembatan musi 4 yang jelas terlihat dari kawasan 12 ulu ini, adek dan sepupunya si luthfi juga langsung menuju ke pagar yang membatasi sungai musi tersebut, terlihat kapal- kapal kayu lagi bersanda. Begitu juga perahu ketek yang lagi bersandar sembari menunggu penumpang.

Adek & Om Luthfi
Tidak terlalu lama kami berdiri di sini karena panasnya yang sudah sangat menyengat, kamipun kembali ke tempat "Bicik", dan alhamdulilah nya minuman sirop dengan es batu ada di rumah beliau, bener-bener obat haus.

Jembatan Musi 4 di shoot dari kawasan 12 ulu

Wisata Ke Taman Publik Pom IX / Taman TVRI Palembang.

Tante & Keponakan
Di lebaran ke H+5 ini keluarga kami menuju ke taman publik POM IX di kawasan kampus di mana banyak fasilitas permainan untuk anak-anak kecil, selain keluarga kami juga ikut adik istri yang kebetulan suaminya lagi ada tugas dari tempat beliau bekerja, hampir 1 jam anak-anak bermain di sini sampai matahari mulai menyengat tinggi, hingga kita menyudahi bermain di taman ini.


Om Ali & Om Luthfi
Om Zaki