Saat baru masuk langsung di foto sama pak Sukamto |
Selepas dari parkiran tempat wisata taman sari mas Wahyu mengarakan mobil langsung ke kraton Ngayogakarta dengan waktu tempu kurang lebih 10 menit-an, dan akhirnya kamipun sampai di tempat parkiran yang terletak di depan kantor koramil kraton.
" Mas... kalau mau sholat Jum'at nanti di sana saja"kata mas Wahyu sambil menunjuk masjid yang ada di seberang koramil kraton tersebut.
"Ok mas"jawab ku singkat
Kami langsung masuk ke dalam lokasi kraton, dan langsung menuju loket pembelian ticket.
"untuk berapa orang Pak" Tanya petugas loket
"5 orang" jawabku
"40 ribu, Pak..... oh iya Bapak asalnya dari mana ?" tanya petugas lagi
"Palembang, Pak" jawabku singkat
"Tunggu Sebentar biar nanti di dampingi" kata petugas itu lagi
Masuk kraton melalui pintu gerbang ke 3 |
Akhirnya di panggil melalui pengeras suara, di situlah kami sekeluarga awalnya bertemu dangan pak Sukamto, Pak sukamto menjelaskan bahwa gerbang yang di lewati ini adalah pintu gerbang ke 3, kamipun langsung di perlihatkan tempat-tempat di dalam kraton, mulai dari gamelan kyahi Guntur Madu yang merupakan salah satu alat yang sering di pakai pada acara-acara tertentu saja.
Termasuk penjelasan logo kraton Hamengkubuwono yang memiliki beberapa versi yang di sebut pak Sukamto sebagai HOBO, baik dari Hobo Hamengkubuwono VIII sampai Hobo Hamengkubuwono X, dan beliau juga menjunjukan tempat-tempat di mana sultan saat ini tinggal, tempat para penari beristirahat dan lainnya, penjelasan beliau sangat detil dan terinci, sejujurnya kalau tidak membuka literasi yang berkaitan dengan kraton yogyakarta pasti akan kurang mengerti mengenai penjelasan tersebut.
Dan pada hari itu kebetulan jam sudah menunjukan pukul 11 siang, nampak para abdi dalem membawa makan untuk sultan dan keluarga dengan pakaian khas jawa dan di lengkapi dengan payung kuning.
Selanjutnya kami di arahkan ke museum Hamengkubuwono IX di mana di dalam museum tersebut di perlihatkan barang-barang beliau saat masih kecil, saat remaja, saat dewasa sampai dokumentasi saat beliau meninggalpun ada di museum ini.
Selanjutnya kami di arahkan ke museum Hamengkubuwono IX di mana di dalam museum tersebut di perlihatkan barang-barang beliau saat masih kecil, saat remaja, saat dewasa sampai dokumentasi saat beliau meninggalpun ada di museum ini.
Ayuk & Kakak berpose di bawah lambang Hobo |
kakak banyak tertarik tentang pahlawan nasional yang satu ini, kakak sangat antusias bertanya kepada Pak Sukamto, dengan bijak pak Sukamto pun menjawab pertanyaan dari kakak, sampai secara detail pak Sukamto menjelaskan mengenai barang-barang yang ada di museum tersebut, karena pukul sudah hampir mendekati pukul 12 siang dan sholat jumatan sudah hampir masuk, pak Sukamto pun menyudahi pendampingan di kraton ini.
Kami Sekeluarga dan Pak Sukamto |
Mendengar cerita dari Mas Wahyu mengenai abdi dalem, setelah kami melanjuntukan perjalanan ke kota gede dari ke kraton Yogyakarta ini membuat aku kagum dan bercampur heran ;
"Iya mas, para abdi dalem yang sudah mengabdi selama puluhan tahun di pihak keraton gajinya kecil sekali mas ada yang hanya Rp. 10.000,- per bulan. Sepuluh ribu rupiah per bulan. Yang nilainya sangat kecil dan tiada arti untuk zaman saat ini, apalagi untuk menghidupi keluarganya. Tapi kenyataanya para abdi dalem ini masih bertahan sampai saat ini. Dan banyak anak-anak para abdi dalem ini yang bisa kuliah dan sukses dan menjadi orang sukses, seperti menjadi kepala sekolah, menjadi pimpinan bank, atau menjadi kepala dinas suatu instansi".
Memang benar seperti kata orang bijak jika suatu pintu rezeki tertutup maka akan dibukakan pintu rizki dari jalan lainnya, mungkin para abdi dalem ini dengan jalan mengabdi di kraton yang tidak mendapat materi yang seberapa tapi buah dari pengabdian tersebut dapat menjadi apa yang di cita-citakan oleh anak-anak para abdi dalem walaupun sang bapak sendiri masih setia jadi abdi dalem, tiap pagi ke keraton dengan sepeda ontelnya.
Malu hati ini tertunduk di tempat ini di kenalkan secara dalam mengenai konsep rezeki yang hakiki, Engkau yang maha segalanya ya Robb.
No comments:
Post a Comment