Friday 8 February 2019

Jakcard Monas & Kota Tua, Wisata Beraroma Sejarah



Formasi lengkap saat di monas
Jakcard Monas

Adek berteriak " Tinggi yah.... Tinggi sekali"
Sedangkan kakak justru ketakutan pada saat naik lift ke puncak monas.

Cukup lama saya dengan keluarga tidak berkunjung apalagi ke puncak monas, terakhir 2011 saat itu kakak masih berumur 3 tahun dan Ayuk baru kelas 1 SD. Saat ini Ayuk tidak bisa ikut karena masih belajar di salah satu pondok pesantren di kota Palembang, itulah rasanya ada yg kurang saat membuat jurnal liburan ini. Sedangkan kalau lagi ada urusan pekerjaan di Jakarta juga nggak pernah naik tugu monas.


Bada sholat jumat, kami menuju ke monas Cita-cita Adek untuk naik bajaj terwujud dengan tarif 25 ribu bajaj meluncur ke monas dg 4 penumpang: Adek, bunda kakak dan nyai, krn nggak ada kapasitas bajaj untuk 6 orang.

Angkutan wisata di kawasan monas "Gratis"
"Berangkatlah duluan nanti kami menyusul " Kataku

Akhirnya kami (saya dan datuk) menyusul dengan taxi Bluebird, setelah beberapa menit sampailah ke lokasi pintu masuk depan stasiun Gambir, ternyata sekarang kawasan souvenir, kuliner, permainan anak-anak dan musolah letak nya sudah terpisah.

Ada angkutan gratis yang mengangkut dari pos pemberhentian di lapangan monas sampai ke pintu masuk. Inilah yg tidak ku tahui akhirnya saya dan datuk berjalan mengitari MONAS yg saat itu matahari sedang panas-panas nya. Kami bertemu di pintu masuk dengan keringat yg bercucuran. Sampai di pintu masuk menuju lokasi pembelian ticket sdh bisa mendinginkan tubuh yg tadi panas.

Jakcard
Sistem pembelian sekarang tidak lagi menggunakan uang tunai tetapi sudah bekerjasama dengan bank DKI. Dalam bentuk jakcard yang bukan saja bisa di pakai untuk ke tempat wisata juga terintegrasi dengan modal angkutan di Jakarta. Bunda pun beli untuk 6 ticket ke cawan 4 ribu ke puncak 10 ribu dan untuk anak-anak separuh harga.,

Kartu ini merupakan bentuk elektronifikasi informasi dan transaksi sistem pembayaran. Kartu ini juga mengintegrasikan kartu-kartu yang sudah ada di Jakarta seperti, Kartu Jakarta Pintar dan Kartu Jakarta Sehat.

Jakcard ini tidak hanya bisa digunakan di TMR saja. Melainkan, dapat juga digunakan masuk objek wisata lainnya seperti monumen nasional, museum-museum yang ada di Jakarta termasuk untuk naik bus transjakarta.

Adek menggunakan teropong untuk melihat Jakarta
Tidak sampai 15 menit kita menunggu giliran kita naik ke puncak, Adek yg sangat histeris saat ke puncak monas yg selama ini hanya mendengar cerita dari kakak dan ayuk nya. Setelah beberapa kali swa foto maka kamipun turun untuk melanjutkan perjalanan berikutnya. Ke museum fatahillah atau ke kota tua.



Kota tua Jakarta sejuta sejarah

Formasi di kota tua Jakarta, ada yang aneh dengan ekspresi adek ????
Dulu saat masih bekerja di sini sebulan bisa 3-4 kali, baru sekarang lagi bisa ke kota tua ini. Dari Monas kami bergerak ke museum fatahillah pukul 5 lewat untung driver gocar nyari jalan pintas biar tidak kejebak macet. Pukul 17: 30 lewat kami sampai saat sunset akan menerpa kawasan ini.

Kota Tua Jakarta, daerahnya berbatasan sebelah utara dengan Pasar Ikan, Pelabuhan Sunda Kalapa dan Laut Jawa, sebelah Selatan berbatasan dengan jalan Jembatan Batu dan jalan Asemka, sebelah Barat berbatasan dengan Kali Krukut dan sebelah Timur berbatasan dengan Kali Ciliwung.


Lokasi Kota Tua yang strategis tersebut dulunya pernah menimbulkan perebutan kekuasaan wilayah. Mulai dari Kerajaan Pajajaran, Kerajaan Tarumanegara, Kesultanan Banten, VOC, hingga Jepang dulu turut memperebutkannya. Kota Tua Jakarta dikenal pula dengan sebutan lamanya yaitu “Oud Batavia” atau Batavia lama. Seperti yang kita ketahui bahwa Batavia dulu juga merupakan nama untuk kota Jakarta sekarang. Wilayah Kota Tua yang luasnya sekitar 1,3 km2 ini dulunya sempat disebut sebagai “ Permata Asia” serta “Ratu Dari Timur’’. Wilayah ini merupakan pusat perdagangan yang sangat strategis di Asia, apalagi begitu banyak hasil yang melimpah di tempat ini. Wajar saja, banyak pemimpin yang tidak rela melepaskan kekuasaannya di wilayah ini.

Adek, datuk dan nyai berpose dengan patung karakter
Di kiri kanan kawasan ini masih seperti dahulu saat masih sering kesana tapi lebih cantik karena sudah banyak perbaikan dan renovasi untuk mempercaktik kawasan ini, baik itu museum wayang, cafe batavia, museum seni rupa dan lain sebagainya.

Dan banyak seniman yang unjuk kebolehan di sini dari manusia patung, band, tukang tatto dan lain sebagainya, dan sore saat matahari tenggelam ternyata kawasan ini makin ramai terutama oleh anak-anak muda yang menjadikan kawasan ini menjadi tempat tongkrongannya. Kakak dan Adek azam sempat berfoto dengan beberapa karakter, begitu juga nyai dan Datuk.

Adek yg rewel saat masuk ke kawasan wisata ini karena dari monas sudah tertidur, karena jarak yang tidak terlalu jauh dan tidur kurang nyenyak itu yg menyebalkan ia rewel.Akhirnya setelah di bujuk-bujuk maka maulah di menurut setelah di belikan mainan pelontar. 

Haripun mulai gelap jam di tangan pun sudah menunjukan pukul 19:00, saat taxi online menjemput kami maka petualangan hari ke 6 ini pun berakhir.





4 comments: