Monday 19 August 2019

Kalijaga 409

Stasiun Solo Balapan
Sudah pukul 4:00 pagi, selanjutnya mandi dan membangunkan bunda, gelap masih menyelimuti kota ini, dingin pun masih mencoba merasuk kedalam tulang, Ayuk & kakak yang tidur di kamar sebelahpun sudah saya bangunkan, subuh di kota ini pukul 4:30 menit jadi masih ada waktu untuk bersiap-siap ke stasiun.

Sarapanpun sudah di siapkan bunda, yaitu mie kemasan yang di beli tadi malam di mini market samping hotel ini, adek yang masih teguling di atas tempat tidur walau sudah mandi tapi masih banyak menguap karena masih ngantuk, adek kami haruskan untuk menghabiskan sarapan paginya biar kejadian seperti di candi Borobudur kemarin tidak terulang kembali.

Keberangkatan kereta pagi ini pada pukul 5:20 yang sudah di beli via KAI Accses, termasuk ticket ayuk juga sudah ada,  karena salah satu kendala dalam pemesanan ticket di KAI Access adalah di satu handphone/aplikasi  hanya bisa pesan untuk 4 tikect KA sehingga jika lebih dari 4 harus menggunakan aplikasi dari hp lainnya.

kalijaga 409 unuk tujuan ke Semarang poncol ini merupakan kereta lokal yang berangkat hanya satu kali setiap hari via stasiun Solo Balapan, jadi kalau sampai ketinggalan bisa kacau semuanya, karena ticket kereta ini di bandrol hanya 10 ribu,  sedangkan bus dari terminal tirtonadi ke Semarang bisa sampai 30 ribuan perticket untuk kelas ekonomi belum lagi jadwal yang sudah di susun akan menjadi berantakan.

Setelah bersiap-siap pukul menunjukan 5 tepat, kamipun bergegas untuk check out kamar, sudah di periksa ulang oleh ayuk agar tidak ada barang yang tertinggal, akhirnya setelah meninggalkan hotel kamipun setengah berlari menuju stasiun karena bunyi klakson kereta sudah terdengar, bunda berlari sambil menuntun adek, ayuk lari bersama dengan kakak, sedangkan ayah berlari sambil membawa ransel, udah mirip kayak tentara mau perang.


Dengan ngos-ngosan nggak sampai 5 menit , kamipun sampai di depan pintu check in ticket, petugaspun bingung lihat kami ngos-ngosan seperti itu, sambil melakukan scan dan mencocokan dengan KTP kami, petugas tersebut dengan bingung hanya memperhatikan kami yang berlalu dari hadapannya.

"Kereta kalijaga 409 nya sudah ada atau blm pak ? " tanyaku kepada petugas yang berdiri  tidak jauh dari tempat pemerikasaan ticket.
"Sebentar lagi masuk pak, ini lagi langsir " kata petugasnya

Akhirnya kami masuk langsung ke ruang keberangkatan kereta tanpak kereta kuning "spongebob" parameks yang sedang nangkring di stasiun solo balapan.

Stasiun balapan tempo dulu Foto : sharingdisini.com
Stasiun Solo Balapan termasuk salah satu stasiun besar tertua di Indonesia (setelah Samarang NIS). Pembangunan stasiun ini dilakukan oleh jaringan kereta api masa kolonial NIS pada abad ke-19, yaitu pada masa pemerintahan Mangkunegara IV dan berada di wilayah Kadipaten Praja Mangkunagaran. Stasiun besar di Surakarta untuk wilayah Kasunanan Surakarta dan Staatsspoorwegen adalah Stasiun Solo Jebres. Lokasi yang digunakan adalah tanah lapang tempat pacuan kuda milik Mangkunegaran. Sebagai tukarnya, pihak Mangkunegaran mendapat lahan di Manahan dari Kasunanan untuk dibangun sarana pacuan kuda dan aktivitas keolahragaan lainnya. Peletakan batu pertama berlangsung pada tahun 1864, dimeriahkan dengan upacara yang dihadiri Mangkunegara IV dan mengundang Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Baron van de Beele. Pembangunan selesai dan diresmikan pada tanggal 21 Mei 1873.

Pada tahun 1927, dibangun satu bangunan di selatan stasiun dengan arsitektur yang dipengaruhi oleh budaya Jawa dengan atap tajuk tiga. Hal ini juga sejalan dengan pembangunan jalur ganda Staatsspoorwegen yang sejajar dengan jalur kereta api NIS Solo–Yogyakarta. Konstruksi bangunan stasiun sisi selatan dirancang oleh Herman Thomas Karsten, seorang arsitek kenamaan beraliran Indisch. Stasiun ini merupakan stasiun kereta api kedua di Indonesia yang menggunakan sistem persinyalan elektrik setelah Stasiun Bandung, tepatnya dinyalakan tahun 1972. Sinyal tersebut diproduksi oleh Siemens dan diberi seri DrS60. Namun, sehubungan dengan proyek penyelesaian jalur ganda lintas selatan Jawa, rencananya sistem persinyalan elektrik eksisting tersebut secara bertahap akan segera digantikan dengan sinyal elektrik terbaru produksi PT Len Industri.


Dengan waktu tempuh +\- 2,5 Jam, kamipun berada di rangkaian gerbong ke 7 yang  akan mengantar kami sampai ke stasiun Semarang Tawang, tepat pukul 5:20 sembonyan 35 yang berupa peluit panjang berbunyi kereta api mulai bergerak pelan dan makin lama makin bertambah kecepatannya, untuk KA. Kalijaga 409 ini ticket lokalnya memiliki no tempat duduk berbeda dengan KA Parameks atau lokal Merak yang kita bisa duduk dimanapun, karena ticket ayuk saat pemesannya agak terlambat maka mendapat nomor kursi di gerbong 1 dan kami yang lainya ada di gerbong 7, tapi karena kereta cukup sepi pada hari ini akhirnya ayuk bisa duduk di gerbong yang sama.

Suasana di dalam gerbong Kalijaga 409 yang masih sepi.
Kertapun terus melaju melewati beberapa stasiun, adek dak kakak menghabiskan waktunya  bermain dengan tabletnya secara bergantian, ayuk dan bunda tertidur seperti penumpang lain, saya sendiri bercakap-cakap dengan ibu dan anaknya yang kebetulan juga mau kembali ke kota Semarang setelah ada acara keluarga di Solo.

Setelah melintasi hamparan sawah dan melewati beberapa stasiun kecil akhirnya hampir pukul 8 kereta memasuki Stasiun Semarang Tawang, dan jurnal barupun di mulai kembali.

No comments:

Post a Comment