Es dawet 3 in 1 ( kesisa dawet hitamnya ) |
Setelah keluar dari taman pintar kamipun menyusuri jalan kembali melalui titik 0, melalui benteng Vredeberg dan gedung agung yang lagi sibuk mempersiapkan acara untuk upacara penururnan bendera, selanjutnya kami terus berjalan menuju ke arah pasar bringharjo dan menyebrang kearah masjid siti djrizanah untuk melakukan sholat ashar, tetapi di antara teriknya matahari terlihat penjual es dawet 3 in 1, awalnya tidak tahu kirain sama seperti es dawet yang ada di Palembang yang hanya berwarna hijau, tetapi ini juga ada yang berwarna hitam juga sama seperti yang kami lihat di depan benteng Vredeburg.
Ternyata komposisi 3 in 1 itu adalah dawet hitam di campur dengan dawet hijau, setelah di kasih es baru di siram dengan air santan, segar dan nikmat, kalau berdasarkan refrensi yang saya baca bahwa dawet ireng (hitam) ini adalah cendol yang berasal dari daerah Butuh, Purworejo, Jawa Tengah. Kata ireng dari bahasa Jawa berarti hitam. Butiran dawet berwarna hitam, karena diperoleh dari abu bakar jerami yang dicampur dengan air sehingga menghasilkan air berwarna hitam. Air ini kemudian digunakan sebagai pewarna dawet. Dawet ini memiliki keunikan yaitu penyajian dawet yang jumlah dawetnya jauh lebih banyak dibanding kuahnya (santan ditambah air gula). Hal unik lainya, santan biasa diperas langsung dari bungkusan serabut kelapa.
Penjual es dawet 3 in 1 di seberang pasar bringharjo depan masjid biru |
Tapi mungkin saat ini untuk pembuatan warna dari dawet ireng ini tidak lagi menggunakan merang bakar yang lumayan rumit tetapi sudah tergantikan dengan pewarna makanan yang berwarna hitam. Harga pergelas untuk dawet 3 in 1 ini adalah 5 ribu Rupiah cukuplah untuk penghilang dahaga dan pengganjal lapar sementara untuk mengantar kami kembali ke penginapan setelah sholat ashar.
No comments:
Post a Comment