Monday 19 August 2019

Kota Lama Semarang, Eropanya Semarang

Ini Bukan Di Eropa Om
Setelah puas di taman sri gunting dan gereja belenduk, maka kami pun berjalan kaki di seputar kawasan kota lama dalam berbagai artikel kawasan ini di sebut sebagai little Netherland yang memang berisi bangunan-bangunan dari zaman kolonial Belanda.

Tetapi saya pribadi lebih senang kalu menyebut kawasan ini sebagai Eropanya Semarang, karana setelah banyak di lakukan perbaikan dan pembenahaan di kawasan ini memang benar-benar berasa di luar negeri.

Sepanjang perjalanan yang kami telusuri di  jalan conbloc dan pagar besi hijau berantai sebagai pembatas jalan, terlihat bangunan-bangunan kuno  dengan arsitektur tempo dulu yang memiliki nilai sejarah tinggi dan tetap terawat hingga kini di kawasan ini.


Secara umum karakter bangunan di wilayah ini mengikuti bangunan-bangunan di benua Eropa sekitar tahun 1700-an. Hal ini bisa dilihat dari detail bangunan yang khas dan ornamen-ornamen yang identik dengan gaya Eropa. Seperti ukuran pintu dan jendela yang luar biasa besar, penggunaan kaca-kaca berwarna, bentuk atap yang unik, sampai adanya ruang bawah tanah. Hal ini tentunya bisa dibilang wajar karena faktanya wilayah ini dibangun saat Belanda datang. Tentunya mereka membawa sebuah konsep dari negara asal mereka untuk dibangun di Semarang yang merupakan tempat baru mereka. 


Kota Lama Semarang (bahasa Jawa: Kutha Lama Semarang) adalah suatu kawasan di Semarang yang menjadi pusat perdagangan pada abad 19-20. Pada masa itu, untuk mengamankan warga dan wilayahnya, maka kawasan itu dibangun benteng, yang dinamai benteng Vijhoek. Dan untuk mempercepat jalur perhubungan antar ketiga pintu gerbang dibenteng itu maka dibuat jalan-jalan perhubungan, dengan jalan utamanya dinamai: Heeren Straat. Saat ini bernama Jl. Let Jen Soeprapto. Salah satu lokasi pintu benteng yang ada sampai saat ini adalah Jembatan Berok, yang disebut De Zuider Por.

Kawasan Kota Lama Semarang disebut juga Outstadt. Luas kawasan ini sekitar 31 hektare. Dilihat dari kondisi geografi, tampak bahwa kawasan ini terpisah dengan daerah sekitarnya, sehingga tampak seperti kota tersendiri dengan julukan "Little Netherland". Kawasan Kota Lama Semarang ini merupakan saksi bisu sejarah Indonesia masa kolonial Belanda lebih dari 2 abad, dan lokasinya berdampingan dengan kawasan ekonomi. Di tempat ini ada sekitar 50 bangunan kuno yang masih berdiri dengan kukuh dan mempunyai sejarah kolonialisme di Semarang. Secara umum karakter bangunan di wilayah ini mengikuti bangunan-bangunan di benua Eropa sekitar tahun 1700-an. Hal ini bisa dilihat dari detail bangunan yang khas dan ornamen-ornamen yang identik dengan gaya Eropa, seperti ukuran pintu dan jendela yang luar biasa besar, penggunaan kaca-kaca berwarna, bentuk atap yang unik, sampai adanya ruang bawah tanah. 

Seperti kota-kota lainnya yang berada di bawah pemerintahan kolonial Belanda, dibangun pula benteng sebagai pusat militer. Benteng ini berbentuk segi lima dan pertama kali dibangun di sisi barat kota lama Semarang saat ini. Benteng ini hanya memiliki satu gerbang di sisi selatannya dan lima menara pengawas. Masing-masing menara diberinama: Zeeland, Amsterdam, Utrecht, Raamsdonk dan Bunschoten. Pemerintah Belanda memindahkan permukiman Cina pada tahun 1731 di dekat permukiman Belanda, untuk memudahkan pengawasan terhadap segala aktivitas orang Cina. Oleh sebab itu, Benteng tidak hanya sebagai pusat militer, tetapi juga sebagai menara pengawas bagi segala aktivitas kegiatan orang Cina. 


Kamipun menapaki jalan yang berbatas besi dengan rantainya dan sekali kali berhenti untuk swafoto,  akhirnya perjalanan kamipun tepat di seberang bank mandiri, kayaknya anak-anak pun sudah kepanasan karena matahari sudah mulai menyengat kulit.


No comments:

Post a Comment