Kakak & Adek di salah satu bagian situs warungboto |
Setelah menyelesaikan makan di warung sate kambing & ayam Pak Jogo, kamipun bergerak menuju ke objek wisata situs warungboto yang terletak di Jl. Veteran tepat di pinggi jalan raya, setelah parkir kendaraan kamipun langsung ke lokasi dan saat itu masih sedang dilakukan pemagaran lokasi situs.
Pada awalnya, Situs warungboto atau Pesanggarahan Rejawinangun adalah sebuah pemandian karena di tempat tersebut pada waktu itu ada sebuah umbul atau sumber mata air. Menurut Pengageng Keraton Yogyakarta K.R.T. Jatiningrat, Situs Warungboto adalah petilasan yang mulai dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I dan pembangunannya diteruskan pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono II. Sebelum direnovasi, situs ini hanyalah reruntuhan dan puing bangunan yang kurang terawat. Setelah dilakukan pemugaran dan renovasi oleh BPCB DIY (Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta) yang selesai pada tanggal 23 Desember 2016, bangunan Situs Warungboto kini dapat dinikmati oleh masyarakat Yogyakarta sendiri ataupun wisatawan yang sedang berlibur di Yogyakarta.
Pada awalnya, Situs warungboto atau Pesanggarahan Rejawinangun adalah sebuah pemandian karena di tempat tersebut pada waktu itu ada sebuah umbul atau sumber mata air. Menurut Pengageng Keraton Yogyakarta K.R.T. Jatiningrat, Situs Warungboto adalah petilasan yang mulai dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I dan pembangunannya diteruskan pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono II. Sebelum direnovasi, situs ini hanyalah reruntuhan dan puing bangunan yang kurang terawat. Setelah dilakukan pemugaran dan renovasi oleh BPCB DIY (Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta) yang selesai pada tanggal 23 Desember 2016, bangunan Situs Warungboto kini dapat dinikmati oleh masyarakat Yogyakarta sendiri ataupun wisatawan yang sedang berlibur di Yogyakarta.
Situs Warungboto tahun 1935 yang masih banyak di pakai masyarakt sekitarnya Foto : https://www.idntimes.com |
Situs warungboto sendiri tidak seluas situs taman sari, tetapi memiliki kareteristik unik tersendiri, hampir mirip dengan taman sari, Pengunjung sekedar selfi di sini atau berfoto untuk praweding, saat masuk pun kami tidak di pungut ticket masuk alias masih gratis, tapi jika di bandingkan dengan pengunjung taman sari situs ini masih di bilang sepi.
Disini adek bisa berlari leluasa, naik turun tangga masuk ke dari pintu keluar ke pintu lainnya, juga kakak yang tidak berhenti bermain lari-larian. Adek & Kakak bahkan naik sampai puncak tertinggi di bangunan situs warungboto ini. Ayuk yang di lihat sudah kepanasan, lebih banyak mencari tempat teduh sambil memperhatikan handphone nya.
Di salah satu sudut situs warungboto |
Situs warungboto ini walaupun sudah banyak berbenah tetapi masih perlu banyak di promosikan mungkin karena jaraknya lumayan jauh dari kraton dan anggapan situs ini masih merupakan seoggok batu sehingga membuat masyarakat masih sungkan untuk menuju situs ini.
Situs warungboto |
Ketika memerintah Kasultanan Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono I yang memiliki nama kecil B.R.M. Sujono tersebut lantas membangun keraton dengan berbagai sarana dan prasarana untuk mendukung keberlangsungan eksistensi kekuasaan kerajaannya. Beberapa pembangunan yang dilakukan atas perintah dari Sri Sultan Hamengku Buwono I antara lain pembangunan cepuri (benteng keliling yang berada di dalam keraton) maupun pembangunan baluwarti (benteng keliling yang berada di luar keraton), pembangunan jagang (parit), pembangunan pesanggrahan (taman), serta pembangunan beberapa pemukiman yang diperuntukkan bagi para abdi dalem kasultanan. Adapun beberapa pesanggrahan di Yogyakarta yang dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I antara lain Pesanggrahan Ambarketawang, Pesanggrahan Taman Sari, dan Pesanggrahan Krapyak (tempat berburu). Pembangunan pesanggrahan tidak terlepas dari aspek pertahanan karena letaknya secara tidak langsung memberikan perlindungan kepada keraton. Pesanggrahan Rejawinangun sendiri dibangun pada tahun 1877 ketika Sri Sultan Hamengku Buwono II masih bergelar "putra mahkota".
Sri Sultan Hamengku Buwono II disebut oleh Ricklefs sebagai "raja pembangunan besar" dalam tradisi seorang raja Jawa. Selama periode sebagai putra mahkota (1765-1792), dia sudah mulai membangun beberapa pesanggrahan, yaitu Pesanggrahan Rejawinangun, Pesanggrahan Purworejo, Pesanggrahan Pelem Sewu, dan Pesanggrahan Rejokusumo. Beberapa sumber seperti Tidjschriff voor Nederlandsch Indie yang ditulis oleh J.F. Walrofen van Nes pada tahun 1884, Serat Rerenggan, dan Babad Momana menjelaskan bahwa Pesanggrahan Rejawinangun mulai dibangun sejak tahun 1785, yang merupakan karya putra mahkota dari Gusti Raden Mas Sundara (kelak pada tahun 1792 naik tahta dan memiliki gelar Sri Sultan Hamengku Buwono II).Dalam Babad Momana sendiri disebutkan bahwa angka tahun pembuatan Pesanggrahan Rejawinangun, yaitu 1711 tahun Dal, Kanjeng Gusti awit yasa ing Rejawinangun.
Di dalam Pesanggrahan Rejawinangun terdapat sumber air, yang kemudian juga dibuat menjadi tempat pemandian bagi raja dan keluarganya. Sebagai tempat peristirahatan, pesanggrahan ini juga pernah dikunjungi dan “diinspeksi” oleh seorang pejabat Belanda bernama Jan Greeve pada tanggal 5-15 Agustus 1788. Inspeksi dan kunjungan terhadap sarana dan prasarana sebagai pertahanan tersebut dilakukan bersamaan dengan inspeksi yang dilakukannya terhadap benteng baluwarti keraton. Sampai dengan pertengahan tahun 1935, kolam pemandian Pesanggrahan Rejawinangun masih ramai digunakan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar pesanggrahan, tetapi pesanggrahan ini seperti terlupakan begitu saja setelah Indonesia merdeka, padahal fungsi tempat ini sama dan tidak kalah cantiknya dengan Taman Sari. Hal ini kemungkinan disebabkan karena lokasinya yang agak jauh dari pusat Keraton Yogyakarta.
Selanjutnya kamipun menuju Jalan Masjid Mataram yang masih berada di kawasan kota gede, setelah naik kendaraan di parkiran, mas Wahyupun langsung bergerak menuju ke destinasi selanjutnya.
No comments:
Post a Comment