Monday 19 August 2019

Antara Semarang Tawang & Gereja Belenduk

Sesaat setelah turun dari KA. Kalijaga 409
Akhirnya sampai juga kami di kota Semarang, kota yang terkenal akan banyaknya bangunan berasitektur eropa tempoe doeloe, kamipun turun di teras stasiun Semarang Tawang dambil menelusuri teras dan beberapa kali melakukan swa foto di stasiun ini.

Stasiun semarang tawang yang masih mempertahankan arsitektur kolonialnya
Pada tahun 1911, Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij mulai menyusun masterplan baru terhadap sistem perkeretaapian di jalur kereta api segmen Semarang–Solo–Yogyakarta yang sebelumnya diresmikan pada tahun 1873. Hal ini dikarenakan Stasiun Samarang NIS—stasiun pertama di Indonesia—yang pada enam tahun sebelumnya ditutup, sudah tak memungkinkan lagi dioperasikan sebagai stasiun sentral NIS apabila Semarang dilanda banjir rob. Sebagai akhir masterplan tersebut, NIS mulai membangun stasiun kereta api baru di Tawang, yang mulai dibangun pada tanggal 29 April 1911. Bangunan stasiun ini selesai dan diresmikan pada 1 Juni 1914 dan segera digunakan untuk menggantikan Stasiun Samarang NIS yang selalu terendam air jika Laut Jawa mengalami pasang. Meskipun demikian, pada tahun-tahun selanjutnya stasiun ini hampir selalu terendam air rob sehingga ketinggian stasiun turun menjadi 0 m. Hal ini karena Laut Jawa yang pasang bercampur dengan air hujan dan air limbah yang berasal dari saluran-saluran air di Kota Semarang. Oleh karena itulah, Pemerintah Kota Semarang pada tahun 1998-2000 mendirikan polder berupa kolam raksasa yang dilengkapi dengan pompa. Letaknya persis di depan stasiun ini.

Stasiun Semarang tawang dari samping dengan kubah mirip dengan gereja beledug
kamipun duduk sebentar di ruang keberangkatan, karena bunda dan kakak ingin ke toilet, sambil duduk kami melihat kereta api yang lalu lalang, dan sempat juga melihat keberangkatan satu kereta kereta api di mana petugas berbaris rapi dan menundukan kepala sebagai penghormatan kepada penumpang  dan kereta yang berangkat tersebut.

Di Semarang ini kami telah memesan kendaraan rental via Traveloka pada hari Minggu yang lalu dengan menggunakan ok rent, dimana saat di kereta tadi pak Ratno nama driver yang di tugaskan untuk menjemput kami menginformasikan kalau dia sudah menunggu di pintu kedatangan.

Saat di pintu keluar terlihat bapak-bapak yang sudah berumur dengan name tag tertulis Suratno, dengan menggunakan pakaian setelan berwarna hitam-hitam.

"Pak Ratno ya " Tegurku langsung ke bapak itu
"Iya mas, saya mas" jawab beliau lembut

Sambil saling memperkenalkan diri dan bersalaman beliau langsung mengajak ke kendaraan yang di pakai untuk keliling di kota lumpia ini.
"Ini mau di anter kemana mas nya ?" tanya pak Ratno

Kerjaan kakak sebelum mencapai taman kota
Akhirnya aku paparkan sama seperti yang ku WA ke adminya ok rent , Folder Tawang, Kota Lama Semarang, Gereja Belenduk. Lumpia Gang Lombok, Kelenteng Tek Kay, Lawang Sewu, Bandeng Juwana Jl. Pandanaran , Masjid Agung Semarang, Kelenteng Sam po kong.

Setelah berdiskusi sebentar bersama pak Ratno akhirnya kami sepakat tujuan pertama kami ke kota Lama Semarang, saat keluar dari parkiran terlihat folder tawang berupa waduk besar yang menjadi kolam retensi pengendali banjir di kawasan Semarang Tawang ini, tidak lama kemudian kendaraan pun memasuki parkiran di kawasan taman kota.

Kakak di Taman Kota
"Mas, nanti saya parkir di sini, kalau sudah selesai telpon saja " kata pak Ratno
"Iya pak" Jawabku

Akhirnya kami menyelusuri jalanan di kota lama Semarang, kawasan ini patut di acung jempol karena perubahan atas perbaikan jalan ataupun penambahan fasilitas di kawasan ini, sehingga kawasan ini sangat berbeda dengan dulu saat pernah saya lihat beberapa tahun yang lalau , bisa di bilang benar-benar menjelma menjadi Eropanya Semarang.

Tidak lama kemudian kami pun sampai di taman tepat di samping gereja belenduk yaitu taman Sri Gunting, tempat yang teduh di penuhi dengan bunga-bunga dan pohon-pohon besar yang rindang dan juga sepeda-sepeda hias yang sengaja di pajang seperti di kawasan kota tua Jakarta, dan bagi yang ingin foto di sepeda-sepeda tersebut bisa memasukan uang seikhlasnya ke dalam kotak yang sudah di sediakan.


Bebeberapa kali anak-anak melakuan selfie di sepeda hias tersebut secara berganti-ganti, karena sepeda yang ada di situ ada 4 buah dengan bentuk yang berbeda-beda begitupun di depan gereja belenduk juga ada 2 buah, yang membuat anak-anak mencobanya satu persatu.

Tepat di depan taman sri gunting ini ada juga sepeda & scooter yang tersususn berwarna merah mencolok entah apakah ini bisa di pakai oleh wisatawan secara gratis atau sewa, karena pagi ini  belum ada yang menjaga jadi tidak bisa mendapatkan informasinya.

Di sini juga sudah terlihat banyak bangunan-bangunan bergaya eropa yang masih di manfaatkan oleh pemilik sebagai tempat usaha seperti cafe, kantor ataupun sebagai tempat tinggal. Tepat di sebelah taman ini terdapat gereja belenduk yang terkenal itu yang merupakan salah satu landmark kota Semarang, Berbeda dari bangunan lain di Kota Lama yang pada umumnya tidak memagari jalan dan tidak menonjolkan bentuk, gedung yang bergaya neo-klasik ini justru tampil kontras, dengan bentuknya yang lebih menonjol .

GPIB Immanuel Semarang (populer dengan nama Gereja Blenduk, kadang-kadang dieja Gereja Blendug, dan seringkali dilafazkan sebagai mblendhug) adalah Gereja Kristen tertua di Jawa Tengah yang dibangun oleh masyarakat Belanda yang tinggal di kota itu pada 1753, dengan bentuk oktagonal (persegi delapan). Gereja ini sesungguhnya bernama Gereja GPIB Immanuel, di Jl. Letjend. Suprapto 32. Kubahnya besar, dilapisi perunggu, dan di dalamnya terdapat sebuah orgel Barok. Arsitektur di dalamnya dibuat berdasarkan salib Yunani. Gereja ini direnovasi pada 1894 oleh W. Westmaas dan H.P.A. de Wilde, yang menambahkan kedua menara di depan gedung gereja ini. Nama Blenduk adalah julukan dari masyarakat setempat yang berarti kubah. Gereja ini hingga sekarang masih dipergunakan setiap hari Minggu. Di sekitar gereja ini juga terdapat sejumlah bangunan lain dari masa kolonial Belanda. 



No comments:

Post a Comment