Sunday, 2 February 2020

Si Kecil Manis, 25 Ribu Per 2 Kilo


Selepas dari dermaga jukung 9/10 ulu, kamipun melipir ke area pasar sekedar untuk membeli buah-buahan, karena untuk harga buahan di kawasan pasar 10 ulu sampai ke pasar 7 ulu  ini ternyata bisa lebih murah jika di bandingkan dengan yang ada di pasar lain, mungkin salah satunya karena jarak yang lebih dekat dengan pasar induk jakabaring yang menyebabkan harganya bisa menjadi lebih murah.

Beberapa minggu yang lalu kami sempat menikmati manisnya buah durian yang sedang membanjiri kota ini ( baca : Rinai Hujan & Harumnya Durian Tebing Tinggi 4 Lawang ) yang sampai saat ini pun durian masih banyak terlihat di jajakan oleh pedagang dengan harga yang bervariatif.

Kali membeli duku yang merupakan buahan khas dari Sumatera Selatan, duku Palembang seperti itulah masyarakat mengenal buahan kecil manis yang satu ini, walaupun sebenarnya daerah daerah penghasil buah duku di Sumatera Selatan ada di OKI, OKU, OKU Timur ( Komering dll), Oku Selatan, Muara Enim dan beberapa tempat di Musi Banyuasin. Buah duku yang saat ini sudah tersebar hampir di seluruh nusantara ini, tetapi tetap di akui kalau Sumatera Selatan merupakan daerah penghasil duku terbesar di Indonesia.

"Duku mana kak" tanyaku ke pedagangnya
"Dari ujan mas kak" jawab pedagangnya


Dengan mematok harga 25 ribu untuk  2 kilogram, kamipun dapat menikmati manisnya buahan khas dari propinsi tercinta ini, harga juga di patok sama saat kami membeli duku di kawasan talang kelapa yang ternyata duku tersebut berasal dari daerah Musi Banyuasin yang di jual dengan menggunakan mobil pickup, sedangkan penjual lainnya mengatakan kalau dukunya merupakan kiriman dari propinsi Jambi. 

Saat buah duku sedang "banjir" terkadang harga yang di tawarkan pedagang lebih murah lagi dari 5 ribu rupiah dan paling mahal hanya di harga 10 ribu Rupiah, yang menjadikan masyarakat dari berbagai golongan bisa menikmati buah lokal yang satu ini.

Buah yang membuat kita ketagihan memakannya ini, memang memiliki keunikan tersendiri, jika sudah makan satu ingin satu lagi dan seterusnya, tetapi jika kebanyakan memakan buah ini akan membuat kita sering ke belakang untuk pipis. Adek yang ikut menikmati duku bersama nenek anang dan nenek ino di Plaju masih memilah buah yang sudah di kupas tersebut, biar tidak tergigit bijinya yang pahit katanya.

Mumpung masih terkena "banjir" buah lokal, tinggal di nikmati saja, dengan mengkonsumsi buah lokal kitapun membantu petani dalam kelangsungan hidupnya.

No comments:

Post a Comment