Bus bergerak menuju kota Tuban dari Lamongan, ku tuliskan seluruh perasaan ku saat di makam Sunan Drajat tadi di Instagram ku, ketenangan yang masih meresap di dalam hati ini, satu jam ke depan makam Sunan Bonang bakal kami ziarahi.
Kurang lebih satu jam akhirnya kamipun sampai di kota "koes plus" ini, bus yang langsung merapatkan di parkiran membuat para jemaah mulai turun satu persatu, kalau di makam Sunan Gersik peziarah bakal di antar jemput oleh mobil izuzu elf dengan harga 8.500 per orang atau di makam Sunan Giri menggunakan ojek atau dokar dengan tarif 5 ribu per orang, berbeda di sini saat mau ke makam Sunan Bonang kami harus menggunakan becak dengan tarif 15 ribu untuk 2 orang, becak yang tidak memiliki kap/tutup atas ini berbaris antri untuk menunggu para peziarah.
Karena badanku yang lumayan besar akupun takut kalau harus bersama om Usman atau Habib Aman bisa, bisa terjungkal ke depan becaknya, akupun menaiki becaknya.
"Ayo ikut... "saat ku tawarkan peziarah yang badannya agak kecil
Dia pun langsung naik ke atas becak
"Dari mana bang ? " tanya peziarah tersebut
"Dari Palembang "jawabku
"Tadi naik bus nomor berapa ?"tanya ku
"Saya dari Medan bang, mau ziarah juga" jawab dia
"Maaf kirain rombongan dari Palembang, kenapa sendirian ?" tanyaku balik
"Tadi belum sempat naik becak, sudah di tinggal teman " jawabnya
Obrolan kami terus berlanjut, jarak yang di tempuh oleh abang becak ini hanya sekitar 1 kilo meter saja, tetapi kecepatan dalam mendayung becak ini luar biasa seperti becak balap, tak lama pun kami sampai di jalan pintu masuk makam.
"Terima kasih bang ya " kata peziarah dari Medan tersebut.
"Sama-sama" jawab ku sambil melihatnya berlalu
Kamipun masih harus berjalan kaki menyelusuri jalan yang di penuhi oleh pedagang walaupun sebagaiannya masih terlihat tutup, gapura putih besar akhirnya menyambut kami dengan tulisan "Masuk Kawasan Sunang Bonang", dan di lanjutkan lagi dengan menyusuri jalan yang sama seperti sebelumnya kalau kanan kiri nya di penuhi oleh pedagang. Sedikit berbelok ke kanan kamipun menemui lagi gapura putih besar seperti yang banyak terdapat pada candi-candi hindu.
Inilah yang menjadi pintu masuk makam Sunan Bonang, kamipun segera memasuki kawasan pemakaman Sunan Bonang, tampak atap rumah kayu yang terbuat dari sirab (potongan kayu kecil) yang merupakan makam Sunan Bonang. Dan kita harus menunduk saat melewati atap tersebut untuk menuju kebagian dalam
Ustadz Jamal langsung memimpin tahlil dan doa-doa, para peziarah laki-laki dan perempuan mengikuti dengan khusuk, akhirnya selesai juga ziarah di makam ini, hari ke 5 sudah kami jalani bersama dengan beragam masalah dan suka duka, tetapi perjalanan ini akan terus berlanjut, tujuan selanjutnya adalah makam sunan Muria di Gunung Muria, Kudus.
No comments:
Post a Comment