Bus yang harus ekstra saat menanjak dan berbelok ke kawasan gunung muria, deru mesin bus terdengar dua kali lebih keras, entah sudah beberapa tanjakan yang di lalap bus ini, hujan yang terus menemai kami dari sebelum memasuki kawasan gunung muria ini semakin turun dengan derasnya.
Akhirnya bus ini pun berhenti di parkiran kawasan gunung muria, hujan yang turun makin deras, membuat sebagian jamaah berfikir ulang untuk turun, sedangkan kami berempat Aku, om Abu dan Azam serta Om Usman langsung turun, untuk menjajal tantangan ojek "adrenalin" ke puncak muria. Dengan membeli jaket hujan seharga 10 ribuan, membuat kami lumayan terlindung dari hujan.
Para tukang ojek muria yang sudah antri walaupun sedang dilanda hujan deras, dengan menggunakan mantelnya mereka pun masih bersedia mengantar peziarah untuk naik ke atas puncak gunung muria, tarif yang di kenakan oleh para tukang ojek ini adalah 15 ribu perorang untuk naik dan 15 ribu lagi jika turun.
Tidak perlu berlama-lama lagi menunggu Om Abu dan azam sudah meluncur terlebih dahulu menggunakan motor Nmax, di susul dengan Om Usman yang menggunakn motor megapro dan terakhir aku yang menggunakan motor megapro juga.
Aspal tampak mengkilat di terpa air hujan, tetapi tukang ojek ini malah tidak mengurangi kecepatannya, saat di tikungan serasa dengkulku dalam hitungan senti akan menyentuh aspal, belokan langsung tanjankan di lalap habis oleh para tukang ojek muria ini, saat di salah satu tanjakan ku lihat motor om Usman berhenti entah apa yang menyebabkannya, memang di perlukan nyali yang kuat dan tangguh untuk naik ojek di sini.
Pangkalan ojek yang terletak di atas gunung muria |
Apalagi di sisi kiri dari jalan yang di lalui oleh ojek muria ini merupakan jurang-jurang yang lumayan dalam, sampai salah perhitungan saja maka nyawa menjadi taruhannya. Tetapi jangan khawatir para ojek muria ini merupakan penduduk setempat yang sudah sangat mengenal jalan di kawasan ini, karena setiap hari mereka berusaha dari hasil ojek motor ini.
Om Abu dan Azam sudah menunggu di atas selanjutnya aku terakhir Om Usman yang berteriak kegirangan karena sudah mengalahkan ketakutannya dengan ketinggian,
Ternyata saat bertemu di tanjakan ojek om Usman tidak mampu menanjak sehingga harus di ganti dengan ojek yang baru.
Aku sendiri menggigil kedinginan karena guyuran hujan dan juga hawa dingin gunung yang berkabut.
Ternyata saat bertemu di tanjakan ojek om Usman tidak mampu menanjak sehingga harus di ganti dengan ojek yang baru.
Aku sendiri menggigil kedinginan karena guyuran hujan dan juga hawa dingin gunung yang berkabut.
Perjuangan belum selesai setelah naik ojek adrenalin, maka kami pun masih harus menapaki tangga untuk mencapai makam, para pedagang menghiasi di kiri kanan tangga, kami pun terus menyusuri setapak demi setapak anak tangga tersebut. sampai akhirnya sampai menuju areal makam sunan gunung muria.
Sesampai di makam ada pengumuman bahwa tidak boleh melakukan pengambilan dokumentasi dalam bentuk apapun, foto atau video, akhirnya tidak ada dokumentasi di makam Sunan Muria. Ustad Jamal yang memimpin ziarah di Sunan Muria ini tidak seluruh orang yang ikut, mungkin karena keterkaitan dengan kondisi.
Sesampai di makam ada pengumuman bahwa tidak boleh melakukan pengambilan dokumentasi dalam bentuk apapun, foto atau video, akhirnya tidak ada dokumentasi di makam Sunan Muria. Ustad Jamal yang memimpin ziarah di Sunan Muria ini tidak seluruh orang yang ikut, mungkin karena keterkaitan dengan kondisi.
Makam Sunan Muria Foto : Kompasiana.com |
No comments:
Post a Comment