KM 0 Yogyakarta, memang menjadi pusat keramaian tetapi saat siang seperti ini siapa yang mau kesini, matahari hangat membakar kulit dan kepala, beberapa wisatawan dari luar dan dalam negeri terlihat melintasi dan berpose di kawasan ini, tidak seperti sore hari yang akan di penuhi dengan para pengunjung hingga larut malam. Km 0 yang merupakan kawasan yang di penuhi oleh bangunan-bangunan lawas ber asitektur kolonial sehingga menjadikan kawasan ini seperti eropanya Yogyakarta.
Perjalanan menuju ke arah keraton, yaitu ke museum sonobudoyo, di halamannya ada beberapa karakter seperti pengawal kraton yang di ekspresikan dengan lucu, dengan bentuk badan besar dan gigi yang tonggos membuatku ingin tertawa sendiri, saat ku kesini kebetulan museum ini lagi tutup istriahat siang. Kemarin saat tahun 2019, adek merengek ingin berfoto di sini tetapi belum kesampaian. Aku sendiri lebih senang menyebut patung-patung ini sebagai karakter jiwa, beragam ekspresi yang di munculkan di patung karakter ini termasuk patung raksasa besar yang keluar dari balik pagar.
Di gigit raksasa |
Setelah selesai di sonobudoyo akupun melanjutkan ke toilet bawah tanah yang kemarin juga tidak sempat kami kunjungi, setelah di resmikan 9 Januari 2018 yang di resmikan langsung oleh Gubernur D.I Yogyakarta, Sultan HB X, menghabiskan anggaran 5,7 M dengan standar internaional, orang akan menyangkan ini adalah terminal subway bawah tanah jika tidak ada lambang toilet perempuan dan laki-laki.
Toilet yang dapat di gunakan secara gratis ini dominan menggunakan kaca, di lengkapi dengan CCTV dan juga AC.
Toilet bawah tanah di KM 0 Yogyakarta |
Biar sopan jadi agak di blur |
Setelah selesai mencoba toilet underground km 0 ini aku pun ingin melanjutkan pejalanan tujuan ku selanjutnya adalah ke Pura Pakualaman yang berjarak sekitar 1,1 kilo meter.
No comments:
Post a Comment