Destinasi berikutnya yang kampung wisata heritage kajoetangan yang terletak di Jalan Jend. Basuki Rahmat, perkampungan ini merupakan perkampungan tempat tinggal biasa tetapi karena banyak dari rumah yang ada di sini merupakan peninggalan tempo dulu sehingga di berdayakan oleh masyarakat sekitar menjadi kampung wisata heritage.
"Mas-nya silahkan masuk dari sini... nanti di telpon saja, keluar dari gerbang sini atau yang di ujung sana " kata driver ojek online memberi pengarahan
"Baik mas" jawabku singkat
Dengan membayar tiket seharga 5 ribu, kita akan mendapatkan sticker, post card lawas yang berisi salah satu objek di kampung kajoetangan ini, dan peta petunjuk bagi pengunjung untuk melihat objek yang ada di kampung heritage ini.
Pada saat ke sana, ada beberapa pengunjung yang merupakan pengunjung dari dalam kota dan beberapa dari luar terlihat mencari spot foto yang bagus untuk di jadikan objek selfie.
Kampung yang sudah tertata rapi dengan cat yang juga sudah berwarna warni, mengikuti setiap bangunan klasik di kampung ini, tetapi dengan kurangnya petunjuk di dalam kampung ini bisa membuat pengunjung jadi kebingungan.
Seperti hari ini dengan memegang peta yang lumayan membingungkan tanpa ada pemandu atau guide yang menemani ku membuatku jadi planga-plongo juga. Ku susuri jalan di kampung wisata ini, tetapi kelebihannya kampung ini bersih dan adem dan penduduknya ramah-ramah, setiap pertanyaan yang di ajukan oleh pengunjung pasti di jawab dengan baik.
Di salah satu sudut kampung wisata heritage kajoetangan |
Matahari yang mulai menyengat, membuat badanku berkeringat, banyak objek yang menarik yang di bidik oleh kameraku, tetapi dengan luasnya lokasi perkampungan ini tidak seluruhnya yang dapat aku singgahi.
Karena berdasar kan informasi yang kutahu belakangan bahwa perkampungan wisata ini mencakup 3 RW, wajar saja kalau mau detail saya sarankan untuk mengajak pemandu dari masyarakat setempat agar bisa mendapatkan informasi dan ragam spot foto yang di inginkan di kampung wisata ini.
Siapa yang menyangka kalau lukisan ini di buat di pinggir sungai |
Sebelum mengakhiri perjalanan akupun sempat singgah di salah satu rumah yang di depan rumah tersebut banyak tersusun barang antik dan jadul, setelah ngobrol beberapa saat ternyata pemilik ini merupakan salah satu manajemen dari kampung wisata kajoetangan ini, beliau pun pernah tinggal di Palembang dan bisa berbicara bahasa Palembang.
Barang yang di kumpulkan dari pasar barang bekas baik yang ada di Jawa atau sumatera termasuk pasar loak cinde, di pajang di sini dan juga di perjual belikan. Akupun sempat berfoto di antara tumpukan barang jadul ini sebelum menyelesaikan perjalanan wisata di kampung kajoetangan ini.
Ternyata yang punya rumah dan barang antik ini pernah tinggal di Palembang dan bisa berbahasa Palembang |
Gerbang tempat ku keluar dari kampung wisata kajoetangan |
No comments:
Post a Comment