Salah satu keunggulan saat berjalan ke pasar loak cinde adalah bertemu dengan barang-barang yang tidak kita sangka-sangka, seperti hari ini salah satu buku lawas yang berjudul Jelajah Musi yang merupakan hasil tulisan dari hasil ekspedisi musi oleh Kompas pada tahun 2010 yang masih di dalam segel plastik yang di lengkapi dengan bonus CD dan pembatas buku yang ku beli hanya dengan sepuluh ribu Rupiah saja. Serasa mendapatkan harta karun saat menggali sumur.
Buku yang sepintas berisikan tentang potret keseharian di sepanjang aliran sungai musi dengan segala ke eksotikannya. Dari Rejang Lebong, 4 Lawang, Sekayu, Palembang dan beberapa daerah lainnya yang di aliri oleh sungai dengan rentang 720 kilometer ini.
Kamipun segera berlalu dari pasar loak mencari tempat yang sedikit santai untuk ku dan adek, akhirnya taman TVRI menjadi pilihan kami karena tidak terlalu dari pasar loak cinde, adek yang langsung sibuk dengan berbagai permainan yang ada di taman ini sedangkan akupun mulai tenggelam dalam alinea-alinea si jelajah musi ini, di temani dengan kopi didalam botol yang kami beli di salah satu mini mart yang tidak jauh dari pasar loak yang kami kunjungi tadi.
Lumayan tebal ternyata buku yang ku beli ini, berisi catatan-catatan pendek dari para wartawan yang melakukan jelajah musi, lembar demi lembar mulai bergerak perlahan, adek pun belum beranjak untuk menghentikan bermainnya, lumayan menarik apa yang di paparkan di dalam buku ni.
Matahari yang semakin meninggi, menyorot tajam di antara sela rimbun nya daun-daun di taman ini, sampai adek pun mengejutkan ku, "Yah... jadi nggak untuk lihat kapal ?' tanya adek
"Sudah selesai bermainnya ?" tanyaku kembali.
"Sudah yah.... sudah keringatan" kata adek sambil menunjukan mukanya yang di penuhi keringat.
Kami pun beranjak pergi, ku tutup jelajah musi karena tujuan kami berikutnya adalah kapal-kapal besar yang menjadi sarana transportasi sungai untuk mengangkut barang masuk dan keluar dari kota ini.
No comments:
Post a Comment