Monday 24 February 2020

Makam Sunan Muria, Penyebar Islam Di Ketinggian Gunung Muria Bagian II

Tangga merupakan sarana naik dan turun dari puncak muria bagi yang tidak menggunakan ojek
Sisi kiri dan kanan di penuhi oleh pedagang
Setelah ziarah selesai kamipun melakukan ritual mandi, mumpung masih di atas gunung muria biar badan makin segar. Kamipun merencanakan pulang dengan menuruni tangga, biar ada suasana yang berbeda.

Air dari gunung ini di gunung ini memang segar, setelah pagi kemarin aku mandi baru kali ini tersentuh air kembali, tak berapa lama akhirnya akupun menyelesaikan mandi ku, sangat segar terasa dari atas tampak gunung muria tertutup kabut.

Buah paritojo yang di percaya bagus untuk kesuburan


Setelah selesai mandi kami pun kembali ke atas untuk mengambil air dari gentong peningalan Sunan Muria, satu drigen kecil ku isi penuh, untuk ku bawa ke Palembang. Kamipun berkeliling sambil melihat dagangan para pedangan yang berjualan di sekitar kawasan gunung muria ini.

Terlihatlah buah tanaman paritojo yang di percaya bisa menyuburkan bagi wanita, untuk bunga yang segar di jual dengan harga 10 ribu tetapi jika sudah di oleh di dalam botol maka hargany akan berubah menjadi 30-35 ribu perbotol. Dan informasi yang saya dapat kalau tanaman ini hanya tumbu di kawasan ini.

Barang-barang pun di sini memang lebih murah jika di bandingkan dengan pedagang di makam sunan yang lainnya, terutama makanan kalau untuk pakaian dan aksesories relatif sama harganya.

Selangkah demi selangkah kami pun mulai tunrun ke bawah, kalau saat pergi kami menggunakan ojek tetapi untuk turun kebawah kali ini kami menuruni melalui tangga, sambil melihat-lihat dagangan yang di gelar oleh para pedagang.


Entah sudah beberapa meter kami melangkah akhirnya langkah ini harus terhenti di salah satu kedai nasi yang menjual nasi pecel yang cukup murah meriah hanya seharga 5 ribu saja, akhirnya kamipun mampir sekaligus sebagai sarapan kami, dan selain menu ini aku dan om Usman memesan kopi Gunung Muria yang merupakan kopi yang di hasilkan dari petani kopi di kawasan gunung ini. Rasa kopinya lumayan enak sudah cukup untuk menghangatkan badan kami di pagi ini.

Setelah selesai dengan segala urusan makanan kamipun, melanjutkan perjalanan turun gunung yang tertunda, selangkah demi selangka kami turuni tangga dengan semangat, bagi kawan-kawan yang berbobot badan ringan mungkin hal ini tidak menjadi kendala, tetapi bagi kami pemilik berat badan 90 kilo ke atas harus berhati-hati.

Selain turunan tangga yang panjang karena hujan tangga ini pun menjadi licin tidak sedikit ada anak-anak yang jatuh ataupun orang tua yang juga terpeleset.

Om Usman .... lagi istirahat sebentar


Akhirnya tangga gunung muria ini bisa kami taklukan, terlihat beberapa orang yang jalan menanjak untuk naik seperti harus mengeluarkan tenaga ekstra biar bisa mencapai puncak, sampai ke bawah sebelum parkiran bus, hujan kembali mengguyur gunung muria dengan deras, kami pun berteduh sesaat tetapi tidak di pungkiri kalau dengan bejalan menuruni tangga tadi membuat badan ku berkeringat kembali, mungkin akan mandi untuk ke dua kalinya di di hari ini.

Terasa segar kembali badan ku ini, setelah mandi untuk ke dua kalinya, azan zuhur sudah menggema menandakan kalau ini sudah tengah hari, tetapi tidak terasa sama sekali oleh ku karena rintik hujan dan matahari yang bersembunyi di balik awan membuat suasana tetap sejuk, setelah sholat zuhur rencananya kami melanjutkan perjalanan ke makam Sunan Kudus.

No comments:

Post a Comment