Saturday 22 February 2020

Sate Madura Yang Tidak Ada Maduranya, Dan Pisau 3 Sepuluh Ribu


Karena ada sedikit waktu luang aku pun mencoba makanan yang ada di parkiran bus, sekalian sebagai mengganjal perut sebelum melanjutkan perjalanan berikutnya, yang kucoba kali ini adalah sate, sate yang terkenal yang bukan hanya di Indonesia saja tetapi sudah mendunia, dan salah satu yang terkenal adalah sate madura.

Tetapi hal tersebut berbalik 180 derajat saat aku mencoba makanan sate di pulau Madura langsung, yang biasanya di gerobaknya ada tulisan sate Madura  seperti biasa yang aku temui di kota Palembang, tetapi hal itu tidak terlihat hanya tertulis sate ayam dan sate kambing.



Sempat aku tanya ke pedagangnya langsung mengapa tidak ada tulisan "Madura" nya, mereka berkata  sambil guyon "Makan satenya kan langsung di sini, (pulau Madura).. jadi nggak perlu di tulis lagi". 

Dengan memasang tarif 15 ribu untuk sate ayam dan 25 ribu untuk sate kambing, lumayan untuk mengganjal perut ini sampai sarapan pagi nanti, tidak sedikit yang mengantri untuk menikmati kuliner khas ini, jemaah dari Bandung, Indramayu dan Jakarta pun ikut menikmati kelezatan makanan berbumbu kacang ini. Walaupun jemaah banyak berdatangan ke kawasan ini tetapi gerobak sate yang tersebar di area parkiran bus ini lumayan cukup banyak sehingga tidak perlu mengantri panjang untuk menikmati kuliner yang satu ini.


Selain penjual sate, pedagang yang banyak dan menarik perhatian adalah penjual senjata tajam dan sejenisnya yang merupakan hasil kerajinan dari penduduk setempat, dari pisau, celurit, arit, parang sampai samurai pun tersedia di pedagang ini. Mereka menggunakan gerobak dan meja yang di buat sedemikian rupa biar bisa memperlihatkan hasil  dagangan mereka.

Banyak jemaah yang membeli pisau dapur yang di patok dengan harga 3 buah 10 ribu, tetapi ada juga yang membeli senjata khas pulau Madura yaitu celurit yang di hargai 100-150 ribu tergantung jenis. Aku pun hanya melihat-lihat saja sudah terlalu banyak koleksi senjata ku, celurit saja di dapat dari Madura tahun 1999 sampai sekarang masih ada dan sering ku bawa saat berlatih silat.

Kali ini aku hanya membeli pakaian khas madura kaos yang berwarna merah putih yang di sebut Pesa'an, tetapi ini ku beli untuk adek satu setel baju dan celana yang ku bayar seharga 40 ribu saja. Koordinator bus pun sudah memerintahkan kami naik untuk menuju tujuan kami selanjutnya yaitu makam Sunan Ampel di Surabaya.


No comments:

Post a Comment