Sunday 23 February 2020

Makam Sunan Drajat, Hening Dan Damai Memeluku Erat Di Sini


Perjalanan yang bakal kami tempuh sekitar 1, 5 jam untuk menuju lamongan dari Gersik setelah berziarah ke makam Sunan Gersik atau Syech Maulana Malik Ibrahim, hujan yang terus menemani perjalanan kami ini, membuat suasana di dalam bus semakin senyap, banyak para jamaah yang sudah tertidur. 1,5 jam seperti tidak terasa saat kami sudah memasuki parkiran makam Sunan Drajat di Kabupaten Lamongan ini.

Suasana sejuk menerpa kami saat turun dari bus, sepertinya kawasan ini tidak turun hujan tetapi udara malam sangat lah segar, akupun buru-buru ke toilet yang ada di parkiran bus ini, segera untuk bebersih dan mengambil wudhu, lumayan segar terasa badan ku walaupun para jamaah lain sudah pada berjalan terlebih dahulu menuju makam.

Pos jaga dan toilet umum di tempat parkiran bus

jalan menuju ke makam sunan Drajat
Akupun menyusuri jalan, jalan yang lumayan panjang dalam sendirian , hingga bertemu dengan jamaah lainya saat memasuki gerbang makam Sunan Drajat, tidak ada perasaan apa-apa pada diriku, semua terasa biasa saja seperti berziarah ke makam-makam sunan sebelumnya.

Tetapi kesunyian dan hening ini kurasa berbeda, dari tempat lain kulangkahkan kaki ku perlahan, ku lewati gerbang seperti gapura candi  sebagai awal pintu masuk ke makam Sunan Drajat ini, beberapa anak tangga seperti candipun ku tapaki setapak demi setapak. 




Akhirnya setelah ku melepas sandalku sebelum memasuki areal makam, kulangkahkan kaki ku ke pelataran makam aku hanya dapat diam mematung tidak terasa perlahan air mataku mulai mengalir kurasakan kedamaian dan keheningan yang sangat di sini, aku sendiri tidak tahu apa penyebabnya, makam sunan Drajat masih terlihat di depan ku saat memasuki bagian dalam dan bagian kayu nya tersentuh olehku tangisan ku semakin menjadi , ini sempat ku tuliskan di Instagram ku pada saat selesai melakukan ziarah :

" Entah mengapa saat kumelangkahkan kaki ke lantai makam terasa sepi dan hening, ramainya para peziarah kurasa hilang, tinggal ku sendiri bersama makam-makam klasik yang tertinggal.
Air mata ini tumpah saat ku menyentuh kayu bagian dari rumah makam Sunan Drajat, terasa damai dan hening. Berbeda dengan ziarah makam Sunan sebelumnya yang ku anggap ritual baku yang terstruktur.
Kubiarkan air mata ini terus mengalir, dan sesaat kusadari kalau seseorang tengah menepuk bahuku, yang mengembalikan ke alam fana ku kembali. 
Rasa damai itu masih terasa sampai saat tulisan ini kubuat , apakah ini yang di sebut barokah?, entahlah hanya penggengam hati ini yang maha tahu".

Entah beberapa saat aku diam dalam hening, entah terasa sangat mudah untuk masuk kedalam ruang makam sunan Drajat, aku yang harus menunduk saat kedalam ruangan makam, terduduk dan menjadikan tangisku semakin menjadi. Sampai saat berikutnya seseorang menepak bahuku sehingga aku seperti kembali dari alam mimpi.

Entah mengapa sampai terjadi seperti ini akupun tidak menghetahui siapa Sunan Drajat sebelumnya, karena niatku ke sini hanya untuk berziarah. 





Bersama Mangcik Kandar
Saat selesai ziarah akupun terdiam sejenak di makam ini, belum beranjak sekedar merenung kembali, ada apa dengan diri yang penuh dosa dan maksiat ini, aku memang selama ini memang tidak terlalu banyak mempelajari tentang sejarah para sunan terutama wali songo.

Di hati tergelitik untuk mengetahui lebih banyak tentang wali songo sejak kejadian ini, kukirim Al-fatiha kepada sang sunan, aku pun beranjak pulang menuruni beberapa anak tangga, menyusuri jalan keluar makam, terlihat banyak jamaah yang mengambil air dari sumur peninggalan sunan Drajat, terbersit didalam hati kalau aku harus mengambil air tersebut dimana selama ini aku paling malas untuk mengambil air dari makam sunan.

Sebelum air tersebut ku ambil, kuminum terlebih dahulu terasa sejuk dan segar, tidak terasa seperti air sumur biasa, satu botol yang sudah di sediakan pengurus airnya pun sudah ku pegang, semoga menjadi obat bagi semua terutama orang tua ku.

Ajaran Catur Piwulang Yang maknaya aku mengerti setelah aku membaca kisah tentang sunan drajat


Sayang museumnya masih di tutup

No comments:

Post a Comment