Tuesday, 25 February 2020

Edisi 9 Jam Di Yogyakarta Bagian 1 : Dari Pasar Kembang ke Titik Km 0


Saat pertama kali turun dari bus jam sudah beranjak menunjukan tengah hari, akupun segera kabur menuju ke rumah makan padang langganan ku di kawasan jalan pasar kembang, dengan menu daging rendang dan sayur ubi rebus menjadi santapanku siang ini, saat tahun 2019 kemaren keluarga ku pun ku ajak makan di rumah makan padang ini  yang mungkin satu-satunya di kawasan pasar kembang ini.

Rasa yang lumayan enak, dan tidak terlalu mahal membuat lidahku menjadi ketagihan, aku makan dengan lahap mengisi kekosongan ruang di dalam perutku, di temani sebotol air mineral dingin dan satu buah kerupuk, makanan ini hanya di bandrol 25 ribu saja. Saat sebelum pulang pun aku menyempatkan lagi untuk kembali makan di sini dan kali ini menunya adalah tunjang, yang sudah sangat lama tidak ku makan.



Perjalanan ku kumulai dari jalan Pasar Kembang, kemarin saat kembali ke sini keluargapun menginap di Sosrowijayan ( baca : Sosrowijayan Kampung Turis Ke 2 Di Yogyakarta ), dimana kemudahan akses yang kupilih hingga saat itu memutuskan untuk menginap disini.


Pertama kali ku telusuri adalah jalan Malioboro yang sudah melegenda tersebut,  banyak para jamaah yang membeli buah tangan dan barang lainnya di kawasan ini. Dengan penawaran yang menarik banyak membuat para pengunjung menjadi berbelanja di sini.

Walaupun matahari terik menyengat, tetapi awan hitam ada yang menggelayu di antranya, akhirnya akupun memasuki salah satu toko jam yang ada di jalan ini untuk menggantikan jamku yang pecah saat akan berziarah ke makam Mbah Kholil Bangkalan.



Akhirnya satu jam sport sudah melingkar di pergelanganku, perjalanan ku pun kulanjutkan menuju masjid biru Siti Djirzanah untuk menunaikan sholat, para tawaran dari pedagang ku abaikan akupun mempercepat langkahku, tak lama berselang akupun akhirnya tiba di depan masjid biru tepat di depan pasar bringharjo.

Kutunaikan sholat ku, dingin udara di ruangan masjid ini menimbulkan rasa enggan untuk meninggalkan masjid ini, tapi perjalanan masih panjang masih banyak tujuan yang akan ku tuju di kota ini.


Pintu Masuk Masjid, Tampak depan pasar Bringharjo
Perjalanan ku lanjutkan, titik pemberhentian ku kali ini adalah di KM 0 , panas sangat terasa menyengat di kulit kepala, satu persatu tempat ku lewati pasar bringharjo, di mana di depanya banyak penjual makanan dan makanan khas kota ini, nasi pecelnya juga tekenal enak.

Selanjutnya perjalanan kulanjutkan menuju depan  jam, jam nya hidup lo ... bukan hanya aksesories, Tugu Ngejaman berada di lokasi strategis yaitu di sisi Jalan Margamulya atau tepat berada di depan Gereja GPIB Margamulya. Tugu jam tersebut didirikan masyarakat Belanda untuk memperingati satu abad kembalinya Pemerintahan Kolonial Belanda dari Pemerintahan Inggris yang pernah berkuasa di Jawa pada awal abad 19 (1811 – 1816).


Depan Pasar Bringharjo

Tugu jam

Selanjutnya perjalanan ku lanjutkan ada gedong agung  atau istana Yogyakarta di mana di depannya juga berdiri tegak benteng vredeburg, hingga akirnya siang ini aku bisa berdiri di KM 0 Yogyakarta, di antara hangatnya sinar matahari yang membakar kulit kepala ku yang tak berambut.


Di deipan gedong Agung

Panasnya........ poll

No comments:

Post a Comment