Wednesday, 25 December 2019

Tetirah Sekejap Di Stasiun Baturaja


Kereta api berhenti cukup lama di stasiun ini, stasiun yang tidak asing bagi ku, pada tahun 2012-2013 hampir setiap bulan aku menggunakan kereta api dan turun di stasiun ini karena tuntutan Akupun turun di ikuti oleh kakak, walau tidak terlalu jauh dengan gerbong yang kami naiki, tampak kereta yang akan menuju kota Lampung pun sedang berhenti di stasiun ini.

Walaupun stasiun ini masuk dalam wilayah Ogan Komering Ulu (Oku ), Sumatera Selatan tetapi pengelolaan stasiun yang berada di ketinggian +49 ini termasuk ke Divre IV Tanjungkarang, di kota Baturaja sendiri memiliki 2 stasiun kereta api yaitu stasiun Baturaja yang merupakan stasiun penumpang dan stasiun tiga gajah yang fokus kepada angkutan barang dan letaknya tidak terlalu jauh dari pabrik semen baturaja. Dan di sini juga terdapat kereta yang bisa langsung ke Tanjung Karang yang di berinama "Kuala Stabs"dengan tarif 85-90 di kelas ekonomi dan bisnis.


Baturaja bukan kota yang asing bagi saya, air paoh, hotel Bil, Pengandonan, pasar atas baturaja,  alun-alun taman baturaja, bentor baturaja, semua melintas di memori ku saat ku injakan kaki di stasiun ini. Tapi sekarang semua menjadi sederet kenangan yang terkenang dalam angan.

Peluit panjang kereta api sudah berbunyi para petugas mempersilahkan seluruh penumpang yang turun untuk naik kembali, mungkin suatu saat Baturaja menjadi salah satu destinasi untuk perjalanan kami, dengan taman kota baturaja, goa putri, goa harimau dan sungai ogannya.


Tuesday, 24 December 2019

Kunjungan Keluarga Dari Natar, Silaturahim Yang Tak Terduga


"Yah, kata datuk tadi manggil ihsan bakal datang habis magrib, jangan ke mana-mana dulu" Kata bunda
"Iya, paling tidak masih sempat untuk makan malam dulu bun" Kataku ke bunda

Sambil menenteng box ayam geprek hasil pesanan ujuk, kamipun naik ke lantai 2 untuk makan malam bersama di kamar ayuk dan kakak, sekalian menunggu tamu dari Natar yang bakalann datang.

Mangcik Ihsan seperti itulah kami memanggilnya, merupakan sepupu dari nyai yang awalnya tinggal di kota agung dan akhirnya menetap di kota Natar, Bunda yang pada pernah berangkat dan menginap ke rumah beliau saat acara nikahan anak beliau ( Baca : Keberangkatan Bunda Ke Natar,Lampung : Silaturahmi Keluarga Besar ). Sekitar pukul 8 kurang mereka baru tiba di hotel, karena memang malam ini adalah malam natal yang menyebabkan beberapa titik jalan di kota ini menjadi macet karena adanya misa di gereja-gereja.

Kami pun mengobrol dengan santai, termasuk anaknya yang menikah kemarin penempatannya ada di kota Palembang sebagai salah satu PNS di sana, dan sudah membangun rumah sendiri yang ternyata tidak terlalu jauh dari rumah abi, papa dan ujuk di kawasan talang betutu.


Permohonan maaf pun terangkai karena tidak bisa mampir karena tidak mau merepotkan beliau, padahal kalau menurut mangcik ihsan untuk 30 orang pun rumahnya masih bisa untuk di diami. Awalnya sudah di ingatkan kepada seluruh rombongan jangan sampai kasih tahu kalau kita lagi liburan di Lampung, tapi apa daya masih ketahuan juga.

Lebih dari 2 jam kami bercengkerama di temani dengan kopi hangat dan kue-kue ringan, merangkai kerinduan dengan beragam kata, hati ini merasa bersalah juga mengapa tidak kami sempatkan untuk mampir, bagi manapun keluarga tetaplah keluarga.

Next trip aku sempat bilang ke nyai dan datuk kalau suatu saat kita akan berkeliling mengunjungi keluarga di Lampung ini, baik di Natar dan Kota Agung, mengunjungi keluarga di Lampung untuk menyambung tali silaturahim kembali, karena kami generasi muda saat ini mungkin banyak yang tidak kenal dengan keluarga kalau tidak di pertemukan. 

Bakso Son Haji Sonny, Mie Ayam Acar Dengan Rasa Yang Menggelikan

Mie ayam acar... gimana rasanya ????
Awalnya destinasi kami adalah bakso haji sonny yang terletak di jalan woltermongionsidi, tetapi melihat kondisi anak-anak yang sudah capek dan sudah pada rewel akhirnya, akupun merubah lokasi kulineran kami ke arah yang lebih dekat dengan hotel yaitu bakso son haji sonny enggal cabang ke V, walau tidak ke pusat penjualan bakso haji sonny tetapi cukuplah membuat anak-anak yang sudah di janjikan untuk makan bakso terpenuhi hasratnya.

Taxi online yang kami tumpangipun meluncur ke arak jalan raden intan, saat di dalam perjalanan itulah ada keluarga nyai yang berasal dari natar menelpon, yang intinya mengapa tidak menginap di rumah beliau kalau ke Lampung ini, karena rumah beliau berada di Natar kurang lebih 1 jam dari tanjung karang yang membuat salah satu pertimbangan kami mengapa tidak mampir kesana, tetapi beliau akan datang malam ini ke hotel untuk sekedar silaturahmi dengan keluarga dari Palembang.


kamipun memesan 4 bakso dan 2 mie ayam bakso , serta dilengkap 2 es dawet 2 es jeruk dan 2 es tawar, urusan makanannya cepat keluar dan tersaji di meja tetapi untuk urusan minuman kami harus menunggu agak lama.

Kalau bakso sudah sering mencoba terakhir pun saat menginap di kurnia perdana hoten saat mau pulang ke Palembang,  (Baca : Makan Malam Bersama Bakso Pesanan Kakak), kali ini aku bersama adek mencoba mie ayam, tapi saat datang mie ayam nya bercampur dengan acar timun, adek pun langsung menyerahkan mie ayam tersebut agar acar segera di ambil dari mangkoknya.

Setelah di santap rasa mie ayam ini agak sedikit aneh ada rasa asam acar yang bercampur dengan rasa mie ayam tersebut jadi saat tersentuh lidah rasanya agak sedikit aneh bagiku, wajar saja kalau adek tadi minta acarnya di singkirikan dari mangkuknya.

Beberapa mejapun terisi dengan rombongan kami, untuk warung bakso ini tidak terlalu penuh saat kami kulineran di sini, mie ayam acar ini menjadi rasa tersendiri yang baru kali ini ku cicipi sejak mengenal kuliner yang satu ini. Selesai makan kamipun berjalan kaki untuk sampai ke hotel karena jaraknya kurang lebih hanya 200 meter saja, istirahat yang terpenting setelah perjalanan melelahkan hari ini.  

Bukit Sakura, Wisata Ketinggian Yang Bernuansa Jepang


Tujuan kami berikutnya adalah objek wisata bukit sakura yang terletak kurang lebih 3,5 km dari puncak mas, sama seperti memasuki areal puncak mas yang merupakan jalan kampung dengan di beri papan nama bertuliskan bukit sakura sebagai petunjuk untuk menuju lokasi.

Setiba di gerbang dengan warna merah mencolok kitapun harus membayar ticket sebesar 10 ribu perorang, jalan menuju gerbang masukpun sedikit menanjak di hiasi dengan payung warna-warni menambah eksotik objek wisata ini.

Mulai di bangun sejak 2017 bukit sakura awalnya merupakan perkebunan masyarakat yang di jual ke Bapak Ahmad Sanusi Musa, perlahan akhrinya tempat ini di sulap menjadi tempat wisata walaupun saat ini akses jalan masih di rasakan kecil itu pun merupakan usaha dari pemilik bukit sakura untuk menghidupkan lokasi wisata ini.


Lahan seluas 3.400 meter ini, saat ini banyak terdapat fasilitas yang sudah bisa di gunakan seperti kantin, tempat penyewaan baju kimono ala Jepang, pondokan, kemudian panggung terbuka yang di design untuk pertujukan musik dan seni lainnya, tersedia juga musolah dan toilet, serta karakter jepang sebagai spot selfi kita.

Walaupun tanjakan memasuki bukit sakura ini tidak terlalu tinggi tetapi lumayan membuat badan berkeringat di tambah lagi hari panas dan beratnya ransel yang bertengger di punggungku,
"Semangat mas" kata penjaga ticket yang mengambil ticket berwarna kuning sebagai bukti masuk dengan dialeg jawanya yang khas.
"Kemringetan pak" jawabku
"Ora opo-opo sing penting sehat" jawab bapak itu kembali sembari menepuk pundakku

Saat masuk kami langsung di sambut dengan tulisan bukit sakura dan pohon-pohon bunga sakura yang ada di tempat tersebut, nyai dan datuk tumben-tumben mau berfoto duluan biasanya datuk paling ogah untuk berfoto.


Terlihat juga gambar karekter samurai dan geisah yang ada di depan rumah penyewaan baju kimono, dan balon udara yang seperti di lihat di puncak mas juga ada di sini, selain spot selfie di sini juga terdapat penginapan yang besar dan yang kecil, ketangkasan memanah dengan tarif 20 ribu per 4 kali memanah.

Awalnya kawasan ini bernama bukit batu jati, tetapi saat kita menelusuri jalan perkampungan yang mengarah ke arah objek wisata ini berbau jepang semua, wajar kalau akhirnya masyarakat sekitar meminta untuk merubah nama bukit batu jati menjadi bukit sakura.


Karena kami merupakan rombongan terakhir yang datang di karenakan taxi online yang membawa 2 rombongan sebelumnya sudah terlebih dahulu akhirnya kamipun mencari kegiatan sendiri-sendiri, aku bersama ayuk menyusuri setiap lokasi yang ada di bukit sakura ini dari yang tertinggi sampai turun ke bawah.

Lumayan capek dan panas juga tetapi semua terbayar dengan spot foto yang bagus-bagus, tidak rugi membayar ticket yang hanya 10 ribu jika di bandingkan dengan pengalaman kami di objek wisata ini, hari semakin siang mataharipun semakin menunjukan panasnya akhirnya setelah puas berkeliling dan berfoto kamipun kembali untuk menuju destinasi berikutnya.

Apa kerjaan mu kak di situ...????



Puncak Mas, Wisata Hits Di Ketinggian Kota Lampung


Hari ke 2 kami di kota Lampung kami memiliki hanya 2 tujuan objek wisata yaitu ke puncak mas dan ke bukit sakura, karena bisa di jangkau dengan taxi online maka kami hari berencana untuk mulai keluar dari hotel pukul 8 pagi, setelah selesai sarapan pagi kamipun bersiap.

Tujuan pertama kali adalah puncak mas yang hanya berjarak 5,3 km dari hotel tempat kami menginap, dengan menyusuri jalan di perkampungan dan sedikit menanjak akhirnya kamipun tiba di gerbang masuk objek wisata puncak mas.

Dengan mengkutip ticket seharga 20 ribu perorang tempat ini menyajikan hal yang baru sebagai spot foto yang bisa di temui di kota lampung seperti rumah pohon, balon udara, wahana permainan anak, zip cycle, dan panorama di ketinggian di kota Lampung. Dengan warna-warna yang mencolok wajar jika objek wisata yang satu ini menjadi cepat terkenal melalui dunia maya.

3 Generasi
Dari kincir angin seperti di kota Belanda, sampai tulisan puncak mas yang berwarna putih dan merah pun menjadi sasaran swa foto kami, di sini juga di sediakan kantin dan musolah berbentuk rumah pohon di mana antara musolah laki-laki dan wanita berbeda pohon walaupun berdekatan.

Ternyata setelah membaca informasi dari internet bahwa objek wisata puncak mas, tegal mas dan bukit mas merupakan objek wisata yang di miliki oleh satu orang yaitu Thomas Aziz Riska, atas gagasan dan ide beliaulah membuka objek wisata di dataran tinggi seperti ini, dan bagi pengunjung bahwa objek wisata ini juga masih buka sampai pukul 23:00 atau sebelas malam, justur saat di malam hari cahaya lampu-lampu memberikan nuansa berbedar pada objek wisata ini.



Untuk berfoto di atas balon udara pengunjung akan di kenakan biaya tambahan sebesar 10 ribu per orang sedangkan untuk permainan zip cycle atau sepeda gantungnya di kenakan biaya tambahan sebesar 25 ribu per orang. Kakak pun mencoba untuk berpose di balon udara untuk di foto dengan gaya sepuasnya.

Sedangkan ayuk lebih memilih untuk menaiki rumah pohon walaupun ia sendiri takut tapi mumpung lagi di kota ini kapan lagi menikmati objek wisata yang unik ini, adekpun mengikuti menaiki rumah pohon yang jenisnya juga beragam ada rumah terbalik, ada rumah cinta dan lainnya.

Saat di tawari untuk naik sepeda gantung semua menggelengkan kepala takut kejadian seperti di pambanan akan terulang kembali, dan jika di lihat jarak ke bawah lebih tinggi di bandingkan dengan sepeda gantung di kawasan candi Prambanan.



Panas hari ini tidak menjadi halangan bagi rombongan kami untuk menikmati fasilitas di objek wisata ini, dan jangan takut jika ingin berkjunjung malam hari karena taxi online siap sedia selama 24 jam. Kurang lebih 3 jam an kami berada di sini menikmati panorama dan keindahannya, sebelum pergi ke destinasi selanjutnya mari abadikan dulu kebersamaan ini di tulisan pucak mas.





Monday, 23 December 2019

Menutup Malam Dengan Gurihnya Nasi Uduk Toha


Setelah rombongan berlalu, tiba juga taxi online yang ku pesan,
"Ke nasi uduk toha jalan kartini ...mas " kataku ke driver taxi online nya
"Baik pak" jawabnya juga

Kendaraanpun meluncur ke penjual nasi uduk yang cukup terkenal di kota Lampung ini, dengan menu nasi uduk yang di taburi bawang,  dan sambalnya, untuk lauknya sendiri bisa memesan ayam goreng, tempe tahu, hati empela atau lainnya asal persediaanya masih ada. Bisanya tokonya ini buka sampai subuh tergantung dengan persediaan nasi uduknya.

"Mas.....Nasi uduknya 8, ayam goreng 4, paru 4 dan tahu tempenya masing-masing 2" kata bunda saat memesan langsung saat masuk ke warung nasi uduk ini.


Saat itu suasana warung ini lumayan rame pengunjung, sehingga lumayan lama nasi uduknya baru tiba di meja kami, rasanya nasi uduknya sama seperti dulu, juga ayam gorengnya. Sebenarnya ingin makan nasi uduk mat kribo tetapi aplikasi tidak bisa menunjukan lokasi nya karena informasinya saat ini hanya buka tenda seperti penjual pecel lele.

Ternyata porsi nasi uduk ini ternyata cukup mengenyangkan bagi kami, nasi uduk toha ini ada di tiga tempat di jalan kartini atau tempat kami makan saat ini sebagai pusat, kemudian di jalan antasari dan terakhir di jalan diponogoro, teluk betung utara. Harga perporsinya termasuk murah hanya di kisaran 30 ribuan itupun sudah termasuk minuman diluar dari teh tawar yang di berikan secara gratis.



Berburu Buah Tangan Khas Di Pecinan Kota Lampung


Setelah makan malam dan istirahat setelah wisata pantai, kamipun menuju  ke pusat oleh-oleh di jalan Kakap, teluk betung. dikawasan ini terkenal banyak toko oleh-oleh seperti aneka sari rasa, yen yen, suseno ataupun kopi bola dunia, tetapi yang paling ramai adalah toko aneka sari rasa, seperti malam ini pusat oleh-oleh ini ramai sekali di penuhi para pemburu oleh-oleh.

Sore tadi sepulang dari pantai kamipun menyempatkan diri mampir di pusat oleh-oleh azka jaya tetapi sepertinya masih ada yang kurang menurut penilaian emak-emak. Malam ini setelah bada isya dengan menggunakan taxi onlie kamipun menuju ke lokasi pusat oleh-oleh yang terletak di kawasan teluk betung ini.


Setelah sampai ternyata toko ini sudah banyak di datangi oleh  pengunjung yang hendak membeli oleh-oleh berupa keripik pisang, kopi, lempok dan lain sebagainya, sampai-sampai stock barangpun kehabisan.

Kawasan perniagaan ini bukan merupakan kawasan baru di kota Lampung yang sudah ada sejak abad ke 17, di kenal sebagai pecinan nya Lampung kawasan ini memiliki sejarah yang panjang, tampak klenteng Thay Hin Bio yang didirikan sejak tahun 1850 tepat di seberang toko oleh-oleh aneka sari rasa, dari lokasi inilah penyebaran etnis cina menyebar ke arah pasar pagi, kampung Palembang yang mengarah ke selatan, gudang garam dan gudang lelang lama. Jadi tidak heran kalau melihat bangunan di kawasan ini terlihat klasik dengan mempertahankan tempo dulu.  


Para emak-emak pun akhirnya berbelanja juga walaupun ada beberapa barang yang tidak bisa di dapatkan karena kehabisan, walaupun antrian kasir panjang mengular tetap bersabar untuk membayar, di toko ini menjadi rujukan para artis-artis ibukota yang sedang berkunjung di kota Lampung, hal ini dapat di lihat dengan banyaknya foto-foto artis yang di pajang di salah satu dinding toko ini.


Jika ingin makan durian tidak perlu khawatir tepat di depan toko ini pun ada penjual durian yang menjajakan buah duriannya, dengan dengan harga termurah adalah 100 ribu untuk 4 buah, dan semakin besar buah durian semakin mahal pula harganya.

Sebagian dari anggota rombongan kembali pulang ke hotel sedangkan kami, melanjutkan perjalanan untuk mencari makan malam, rencananya malam ini kami akan merasakan gurihnya nasih uduk toha di jalan RA. Kartini.

Penjual durian yang ada di depan toko aneka sari rasa

Pulau Kecil Itu Bernama Tegal Mas


"Sudah di cari informasinya ?" Tanya ku kepada ujuk
"Sudah kak, untuk nyeberang di kenakan 300 ribu, kalau hanya keliling pulau tegal mas dan pulau pasir timbul  350 ribu, " Jelas ujuk
"Untuk masuk di tegal mas sendiri bayar berapa ?" Tanya ku lagi
"Normalnya 50 ribu kak, tapi bisa di nego saat di pulau" Jawab ujuk.

Akupun berbicara kepada orang tua yang anaknya sedang berenang untuk menyudahi bermain airnya karena kita mau menyebrang ke pulau tegal mas.

Kamipun menuju ke dermaga penyebrangan yang tidak terlalu jauh dari pondokan kami, perahu dengan nomor lambung 29 mengantar kami ke seberang awalnya pelayaran ini tenang tetapi ombak besar dan angin berhembus kencang, menerpa kami di tengah perjalanan, percikan ombak pun menerpa badan  dan muka kami, jerit ketakutan mewarnai perjalanan ini, tetapi penyebrangan ini tidak terlalu lama sekitar 10 menit kamipun tiba di dermaga pulau tegal mas.


Pulau ini pun ramai di kunjungi oleh para pemburu "vitamin sea", sepanjang dermaga bisa terlihat ikan-ikan yang berwarna dan ubur-ubur yang berwarna bening, ada yang sengaja memberi makan hewan-hewan tersebut dengan remahan roti.

Dengan bangunan lombok apung nya  membuat pulau ini di kenal luas, pasir putih yang lembut dan bersih sehingga tidak heran kalau pantai tegal mas ini di penuhi oleh para pemburu deburan ombak. Pantai yang di sebut dengan marita sari ini lebih familiar dengan sebutan pantai tegal mas. Kamipun berkeliling pantai ini, walaupun tidak keseluruhan karena waktu kami hanya 1 jam dan minta di jemput lagi sama pemilik perahu pada jam 3 sore.

Memang pulau ini menunjukan keindahannya walaupun belum 100% di kelola, tetapi kecantikan dan eksotik nya sudah tergurat jelas. Luas keseluruhan pulau tegal mas ini adalah kurang lebih 120 ha, yang di kelola sebagai wisata bahari baru sebesar 45 ha saja.


Kamipun sempat bertemu dengan beberapa teman dari Palembang yang juga berlibur di kawasan ini, terasa damai saat memandang laut lepas yang berwarna hijau di tambah angin yang berhembus membuat mata menjadi berat, di pantai terlihat anak-anak bermain pasir dan air laut, terlihat juga orang yg sedang melakukan snorkeling, malahan ada juga yang duduk rapi dengan aktivitas memancingnya.

Tepat pukul 3 sore pemilik kapal sudah menelpon kami, kami pun kembali ke perahu meninggalkan seluruh kedamaian pulau ini. Pulau yang tidak terlalu jauh dengan dengan kota Bandar Lampung ini memang menjadi salah satu objek wisata andalan di kota ini.

Perahu yang kami tumpangin pun berlayar menuju ke dermaga pantai sari ringgung, ombak dan angin menerpa kami kembali, tapi kali ini tahlil, takbir yang bergema di perahu ini, bukan jeritan ketakutan seperti saat pergi tadi, walau muka dan badan basah oleh air laut semua merupakan kehendakMu.

Bocah Cilik




Pantai Sari Ringgung, Pantai Hits Di Selatan Lampung


"Selanjutnya ke pantai Mutun mas " Kataku kepada mas Wisnu.
"Ini sekedar usul pak, kalau ke Mutun saat ini sudah sepi, tidak menarik seperti dahulu, karena kalau kesiangan ke Sari ringgung bisa penuh" Kata mas Wisnu

Akhirnya dengan berbagai pertimbangan dan rengekan anak-anak yang tidak sabar lagi untuk basah-basahan di pantai, kami pun memutuskan untuk menuju pantai Sari ringgung, karena jarak tidak terlalu jauh dengan muncak Tirtayasa yang hanya berjarak 14 km, setelah memasuki jalan masuk ke areal pantai aura ramainya sudah terasa dengan ramainya parkir mobil yang mayoritas di isi oleh mobil berplat BG, karena sejak tol kayuagung di buka waktu tempuh untuk ke Lampung hanya 3 jam saja.

Dengan ticket seharga 25 ribu per orang dan mobil di kenakan tarif 10 ribu per orang, Kami pun langsung pesisir pantai mencari tempat parkiran dan pondokan yang agak lengang, setelah dapat anak-anak pun langsung turun dari kendaraan, kakak yang sudah tidak sabar lagi langsung menghambur ke arah pantai, anak-anak yang lain pun setelah selesai mengganti pakaian nya juga menyusul kakak yang di di iringi teriakan orang tua mereka.


Dengan fasilitas prosotan dan ayunan yang ada di pantai menambah menarik pantai ini, tetapi pada saat saya akan turun ke pantai banyak pecahan karang yang di injak sehingga akupun mengurungkan niatku untuk berenang di pantai ini . Ternyata bukan kaki ku saja yang terkena pecahan karang, kaki abi pun sempat belah dan bersarah, begitupun tapak kaki kakak dan adek yang banyak goresan luka.

Memang pasir di pantai ini tidak selembut pasir pantai matras pulau Bangka yang sempat kami kunjungi, tetapi hampir mirip dengan pantai berok anyer yang di penuhi dengan cangkang kerang dan karang tetapi di pantai berok anyer sendiri saat melangkah kaki ke pantainya tidak banyak patahan batu karang herannya justru di pantai sari ringgung ini banyak di penuhi dengan patahan karang yang cukup tajam, sehingga bisa melukai kaki. (Baca : Liburan Kepulau Bangka #Part1, Antara Pagoda, Pantai Matras & Tirta Tjipta Pamali  & Ini Pantai Berok Bukan Kambing Berok).


Tetapi walau begitu anak-anak masih banyak bermain air laut walaupun keesokan harinya pada mengeluh luka pada tapak kakinya. Akupun dan beberapa anggota keluarga yang lain hanya terduduk dipondokan di pesisir pantai sambil memperhatikan anak-anak berenang, semilir angin laut yang  berhembus membuat perut menjadi lapar.

Belum jam 11 siang kamipun sudah membuka perbekalan kami nasi bungkus RM begadang 2 yang berisi daging rendang, kamipun makan bareng memang enak nasi bungkus ini terutama rendang nya sesuai dengan harga 30 ribu yang di bandrol per bungkusnya.

Anak-anak pun naik turun ke pantai sambil menyantap makanan, karena bada zuhur rencana kami ingin menyebrang untuk menuju pulau tegal mas.



Muncak Tirtayasa, Melihat Laut Lampung Dari Teropong Laut


Pagi ini tujuan kami untuk perjalanan menuju beberapa objek wisata yaitu ke muncak Tirtayasa, Pantai Mutun dan Pantai Sari Ringgung, memang perjalanan kali ini di dominasi oleh perjalanan ke arah pantai semua. Transportasi pun sudah ku pesan menggunakan MTP Rent  Lampung via traveloka.

Setelah selesai sarapan pagi di lantai 1 hotel ini, kamipun menunggu mobil rental datang. Tak lama duduk di ruang tunggu tidak jauh dari tempat kami sarapan, jam ditangan ku sudah menunjukan lewat dari pukul 7:30 karena janji awal sudah standby di hotel tepat pada pukul 7:30.
"Mas Wisnu, di mana posisinya ?" Tanyaku via telpon.
"Sudah di hotel pak "jawab drivernya
 " Ok mas" Jawab ku

Tak lama kemudian notifikasi WA ku berbunyi yang berisi foto plat ke 3 kendaraan yang kami rental. Akupun langsung ke parkiran untuk melihat plat kendaraan yang sudah di WA ke HP ku, ternyata tidak ada plat yang bernomor seperti itu.

Ayuk & view dari atas muncak tirtayasa
Akhirnya akupun mengirim wa ke drivernya kembali,
"Mas.. Posisi nya di hotel andalas permai atau di hotel andalas ? " Tanya ku 
"Di hotel andalas pak" jawab mas drivernya.
" Coba cek lagi konfirmasi via MTP rent nya mas untuk pick up point nya " kataku lagi

Tidak berselang lama WA pun mendarat kembali ke HP ku,
"Maaf Pak ini salah tempat kami parkir di hotel andalas, kami langsung meluncur ke andalas permai" Jelas dia di WA

Informasi yang saya terima bahwa antara hotel andalas dan hotel andalas permai di miliki oleh pengusaha asli Lampung dimana hotel andalas di kelola oleh sang ayah sedangkan hotel andalas permai di kelola oleh anaknya dan letak hotelnya pun tidak terlalu jauh.

Tak lama berselang 3  kendaraan itu pun datang, kamipun segera naik tujuan kami membeli perbekalan untuk makan siang, rumah makan begadang 2 yang terkenal dengan daging rendang nya menjadi persinggahan kami untuk membeli perbekalan.

Setelah selesai dengan urusan logistik kami pun segera meluncur ke muncak Tirtayasa, tempat wisata yang berjarak kurang lebih 12 km dari rumah makan begadang 2, dengan waktu tempuh kurang lebih 30 menit.


Yang membuat menarik dari perjalanan ini adalah track yang harus di tempuh oleh kendaraan kami bisa di bilang cukup ekstrim,  dengan jalan yang cukup sempit dengan jurang yang cukup dalam di sisi kiri dan sisi kanan, adek dan kakak sempat menjerit saat mobil yang kami tumpangi cukup mempet di pinggir jalan.

Jalan yang masih merupakan jalan perkampungan masyarakat masih tampak bentuk aslinya berbatu, berlobang walaupun sebagian ada yang sudah di aspal, akhirnya kamipun sampai di tempat muncak teropong laut.

"Pak, mau di sini atau yg di atas , viewnya kalau di atas lebih bagus?" Kata mas wisnu.
"Emang ada yang di atas? " Tanya ku lagi
"Ada pak" Jawab mas Wisnu
"Oke kita ke atas lagi mas"jawabku


Akhirnya kami melanjutkan perjalanan lagi, tetapi lebih kurang 10 menitan kami harus putar balik karena sedang ada perbaikan jalan, dan akhirnya kamipun kembali ke muncak teropong laut yang terletak di bawah lagi.

Dengan ticket perorang 5 ribu dan parkir mobil pun 5 ribu, kondisi objek wisata saat ini kami kunjungi sedang sepi hanya kami dan petugas objek wisata ini yang ada di lokasi ini. Akupun baru mengerti mengapa di sebut dengan teropong laut, karena memang view yang di tampilkan di objek wisata adalah keindahan panorama laut, perbukitan, kapal, pulau kecil dan perumahan penduduk yang terlihat dari ketinggian ini. Berbeda dengan teropong kota bukit cindy yang semalam kami kunjungi yang menampilkan view kota lampung.


Sebenarnya lokasi wisata ini tidak terlalu luas tetapi karena di bentuk sedemikian rupa sebagai spot selfie membuat tempat ini seperti luas, ada fasilitas ayunan, musolah, toilet, kantin. Jungkat jangkit. Kami pun swasta foto di beberapa titik spot selfie di lokasi ini, dengan  angin yang berhembus lumayan menyejukan raga, kamipun akhirnya mengakhiri kunjungan kami di objek wisata muncak ini dengan foto bersama yang di iringi rengekan beberapa anak-anak yang ingin berenang di pantai.






Sunday, 22 December 2019

9 Menit Mengenang Memori Masa Lalu


Sebenarnya kota Lampung bukan kota yang asing bagi ku,  karena sejak tahun 1996 aku sudah menjejakkan kaki di kota gajah ini. Bisa di bilang bahwa kota Lampung merupakan kota pertama yang ku injak setelah Palembang, barulah setelah itu menyusul lah kota-kota lainnya seperti Jakarta, Jambi, Bandung Bengkulu dan kota-kota lainnya.

Dahulu biasanya saya menginap di hotel nusa indah yang terletak di jalan raden intan yang memang tidak jauh dari taman gajah, tetapi hotel tersebut sekarang sudah tidak ada lagi entah berubah menjadi bangunan apa. 

Terkadang dahulu sering sekali berjalan kaki memutari kota ini dari raden intan masuk ke jalan S. Parman lanjut ke jalan ke RA Kartini dan kembali lagi ke jalan raden intan , karena saat itu keingin tahuan anak muda yang masih belum banyak mengenal dunia luar.

Begitu juga kuliner dulu nasi uduk mat kribo yang menjadi santapan kami, ayam gorengnya enak bahkan pimpinan tempat saya bekerja dulu, kalau makan di mat kribo pasti beli ayam goreng yang banyak dan di packing untuk di bawa pulang ke Palembang.

Kelebihan menginap di jalan raden intan saat mau kembali ke stasiun kita bisa menggunakan becak, walaupun saat ini tidak terlihat satupun becak yang hilir mudik di jalan ini.

Malam ini keluargaku & nyai sengaja ku ajak berjalan sekalian mengenang memoar ku tempo lalu, Menyusuri jalan ini pada malam seperti ini seperti yang sering ku lakukan dahulu walau sekarang aku pun tidak semuda dulu lagi.

Di depan tugu adipura Lampung

Taman Gajah, Bukan Taman Publik Biasa


Kucari telpon pengemudi taxi online yang kebetulan pernah tinggal di kota Palembang sebagai pegawai PT. Pos Indonesia tersebut.

"Maaf pak, ini tadi yang naik taxi onlie bapak dengan tujuan teropong kota" kataku
"Iya kenapa dek...."jawab bapak di seberang telpon, sambil ku ceritakan masalah kececeran 2 kunci kamar hotel tersebut
"Saya sudah pulang dek.... tapi saya coba cek dahulu.... kalau ada nanti saya kontak lagi"jawab bapak tersebut

Akhirnya taxi online pun datang menjemput kami di depan pintu keluar, tujuan kami selanjutnya adalah taman gajah yang terletak tidak terlalu jauh dari tempat kami menginap, hanya berjalan kaki kurang lebih 10 menit bisa sampai ke tempat ini.

Notifikasi WA kupun berbunyi, 
"ada dek kuncinya 2 buah , jadi mau bagai mana" saat ku baca wa dari bapak tersebut
"Bisa bantu kirim nggak pak pakai gosend ke hotel nanti saya yang bayar" kataku
"Ok dek" balasan dari wa bapak tersebut.


Taxi online yang ku tumpangi pun terus meluncur ke arah taman gajah, sesaat kemudian kendaraan tersebut sudah tiba ke tujuan, malam ini taman gajah lagi ramai karena ada acara Lampung Musiculinary Fest, sehingga tidak heran banyak makanan dan minuman yang di jual di stand-stand yang ada di taman ini, dari es cream sampai sosis jumbo bakar, dari cilok sampai bakso bakar dan beragam makanan lainnya.

Pengunjung yang mendatangi taman ini lumayan ramai, banyak yang membeli minuman kekinian yang membuat adek juga sempat menunjuk-nunjuk minuman tersebut agar bisa di belikan.

Adak dan kakak sempat mencoba bermain scooter electrik dan motoran trail electric berkeliling taman gajah ini.


Sebenarnya tujuan ke sini adalah untuk melihat air mancur menari, tetapi sepertinya harapan itu harus dilupakan karena dengan adanya festival ini air mancur pun tidak hidup, banyak fasilitas yang ada di taman gajah ini, sebagai ruang terbuka hijau selain menyediakan jogging track juga ada arena skater board park, lapangan basket dan wahana permainan anak-anak.

Ingin rasanya berlama-lama di taman ini tetapi malam makin mendekap larut, sedangkan besok kita sudah ada janji bersama para driver untuk wisata ke pantai, kamipun beranjak pulang ke hotel sambil menikmati minuman kekinian.






Tropong Kota Bukit Cindy, "Dago"nya Kota Lampung

Setelah selesai makan malam, sholat serta beberes, kami pun bersiap untuk menuju ke arah objek wisata teropong kota bukit cindy, di mana informasi yang saya dapat dari pengemudi taxi online bahwa terdapat tempat untuk nongkrong sambil menikmati pemandangan kota lampung di waktu malam.

Taxi online pun bergerak mengantar rombongan kami, 3 mobil yang di gunakan untuk mengangkut seluruh rombongan yang ikut, ternyata jalan untuk memasuki lokasi wisata ini cukup menanjak dan sepi, tetapi jarak yang di tempuh tidak terlalu jauh dari tempat kami menginap.

Sesampai di gerbang pintu masuk objek wisata ini petugas ticket sudah menunggu, dengan membayar ticket 10 ribu per orang dewasa sedangkan untuk anak-anak free alias gratis, setelah memasuki pintu masuknya yang sama dengan pintu keluar, banyak tersedia cafe dan tempat duduk yang sejatinya menjadi tempat hangout anak muda.


Kamipun menyelusuri objek wisata ini yang saat ini sedang ada petunjukan musik live sehingga pengunjung malam ini lumayan padat yang mayoritas di isi oleh anak-anak muda, beberapa spot fotopun kami singgahi sekedar untuk ber swa foto bersama.

Melihat suasana seperti ini teringat lokasi wisata di kota Bandung dago, dengan konsep dataran tinggi yang  di sulap menjadi tempat nongkrong dengan fasilitas cafenya dengan panorama kota di waktu malam.

Tempat wisata yang memang lebih ramai di kunjungi saat malam hari ini, menjadikan daya tarik tersendiri, apalagi dengan kemudahan taxi online yang dengan mudah di order dari kawasan ini.


Tidak terlalu lama kami di kawasan ini karena sepertinya kami sudah ketua-an untuk bergabung dengan para anak mudah dengan jenggot yang sudah memutih ini, akhirnya saat  menunggu taxi online dan memeriksa kantong ku baru sadar kalau kunci kamar hotel sudah tidak ada lagi di kantor sepan ku.

"Mungkin tercecer yah.... "kata bunda
"Mungkin suara jatuh tadi ya bun, saat di taxi online tadi" kata ku
"Bisa jadi" kata bunda lagi

Karena saat menuju ke objek wisata ini ada suara jatuh di dalam taxi online, ku pikir dari bagian belakang ternyata kunci kamar yang tidak ada lagi.