Sunday 8 December 2019

Kampung Al-Munawar Wisata Sejarah Bernuansa Religi

Lagi banyak kendaraan yang parkir 
Perjalanan kamipun kami lanjutkan menyusuri jalan KH. Azhari tidak terlalu jauh dari komplek Assegaf sampailah kami di perkampungan Arab Al-Munawar, perkampungan yang sudah di kenal sebagai perkampungan wisata bernuansa relig setelah ditetapkan pada 11 Februari 2017 oleh Gubernur Sumatra Selatan saat itu Bapak Alex Noerdin.

Sepanjang perjalanan sebenarnya banyak perkampungan etnis arab yang tersebar sepanjang jalan ini, sebutlah di lorong Haddad yang sekarang menjadi bagian dari jembatan musi IV, atau lorong rakyat, lorong jaya, lorong basayib, Lorong BBC, Lorong Masawa, Lorong Sungai Lumpur, di kawsan 7 ulu ada lorong kenduruan, Lorong tanggo rajo laut. Tetapi berbeda dengan kampung Al-Munawar dan komplek Assegaf lokasi kampung arab lainnya ini merupakan jalan sempit dan susah untuk akses kendaran roda 4, sehingga yang di kembangkan menjadi kampung wisata hanya Al-Munawar..

Bergaya di depan Rumah Batu

Setelah kami masuk ke perkampungan ini adek langsung berlarian walaupun terhalang karena banyaknya mobil yang parkir di halaman perkampungan ini di karenakan adanya acara peringatan maulid nabi di pesantren Ar-Riyad.

Perkampungan Al-Munawar terus berbenah dan di percantik, beberapa penghargaan bertaraf nasional pun di sematkan untuk objek wisata religi ini. Berpose di rumah batu, madrasah Al-Kautsar, rumah darat, rumah darat kembar di lakoni oleh adek karena beliau sudah familiar dengan kawasan ini yang sebelumnya sudah beberapa kali ke sini. 

Rumah kembar Darat Sebelah utara

Kamipun menyusuri jalan yang mengantarkan kami ke dermaga, rindang pohon kenanga mengiasi jalan dan tampak kiri dan kanan jalan warna-warni tembok menghiasi anggun kampung ini, di ujung sudah tampak musolah yang terletak tepat di pinggir sungai musi. 

Kami menuju dermaga, dermaga kampung Al-Munawar yang dibangun tahun 2018 melalui APBD kota Palembang menjadi dermaga wisata percontohan untuk kawasan wisata lainnya, sambil kami menikmati hembusan angin dan guncangan dari ombak kapal yang mengguncang dermaga tersebut, dan dermaga tersebut tidak di perbolehkan untuk tempat berlabuh dan bersanda perahu ketek.

Jembatan Menuju Dermaga

Banyak "kumpe kanyut"nya

Dengan latar belakang musolah Al-Munawar

Cukup lama kami menikmati hembusan angin dan melihat lalu lalang perahu yang melintas di sungai musi, akhirnya kamipun beranjak untuk melanjutkan perjalanan di saat para pemancing yang sabar berikhtiar demi hasil sungai yang di harap dari sang Esa.

No comments:

Post a Comment