Bukan kali pertama adek ke kampung Kapitan ini sejak berumur 2 tahun pun sudah pernah di ajak bermain ke sini untuk sekedar duduk dan bermain di halamannya. Kali ini kami memasuki kembali objek wisata ini, akupun agak terkejut saat melihat suasana kampung Kapitan ini dengan teman-teman yang tidak terawat, rumput yang memanjang dan terlihat beberapa bagian dari bagian jalan sudah tampak rusak. Walau begitu ada juga penambahan rangkaian huruf yang membentuk tulisan kampung Kapitan yang terletak di samping kiri, atau jika melalui dermaga akan terlihat jelas.
Adek pun duduk di atas pagoda mini di depan rumah Kapitan, berlari dan bersembunyi di rimbunnya tanaman, sehingga sempat membuat aku bolak balik mencari adek. "Adek mau masuk nggak " Tanya ku
"Nggak usah ya ..diluar saja" Jawab adek.
Kami pun sempat membaca sejarah kampung Kapitan yang terpampang jelas di papan tulis besar membuat adek mengangguk-angguk.
Di sinilah terlihat keragaman kehidupan masyarakat yang ada di kota Palembang, perbauran antara etnis tidak pernah menjadi masalah dan konflik di dalam keseharian walaupun banyak terdapat perbedaan, ada etnis cina yang tinggal di lingkugan masyarakat pribumi mereka sama sekali tidak terusik baik untuk menunaikan ibadah agama mereka ataupun ada kegiatan lainya.
Masyarakat etnis tidak pernah terkekang untuk melaksanakan kegiatan dan ibadah keagamaannya, tidak sedikit di Palembang ini kami hidup berdampingan dengan masyarakat yang tidak satu suku, tidak seagama, tidak sedarah tetapi perbedaaan itu justur menjadikan kami sebagai kesatuan yang utuh yang di gaungkan pemerintah sekarang sebagai "toleransi". Karena jika merujuk ke sejarah sejak dari zaman kesultanan Palembang Darusalam keragaman ini selalu terjaga dan di atur agar masyarakat Palembang tidak menyakiti orang lain yang sangat bertentangan dengan agama yang di anut oleh mayoritas penduduk Palembang, apalagi dulu kitab simbur cahaya juga mengatur segala hukum di negeri ini sangat di patuhi oleh masyarakat, karena hukumnya bukan main-main apabila ada yang melanggar.
Dari hari ke hari keragaman di kota ini tetap terjaga apalagi semboyan bhineka tunggal ika juga tidak lepas dari falsafa kehidupan bangsa Indonesa, semoga keragam ini akan terus berlanjut sampai anak cucu nanti.
No comments:
Post a Comment