Keluar dari objek wisata kami langsung di sambut oleh pedagang pasar yang sekarang ini sering di sebut dengan pasar 7 ulu karena memang terletak di kawasan 7 ulu.
"Yah... Makan sate gajah...... Yok" Kata adek sambil menunjuk warung satenya.
Aku sempat tertawa mendengar sate gajah"oh sate wak din.. Sate manis" Mataku
"Iya" Kata adek agak malu
"Nanti saja dek ya.. Kita ajak bunda, kakak dan ayuk dulu... Nggak enak makan berdua saja" Kataku
Sate wak din merupakan salah satu kuliner khas kota ini yang terletak di pasar 7 ulu, tidak jauh dari lokasi wisata kampung kapitan, sate yang biasanya terbuat dari daging ayam ataupun kambing, berbeda dengan sate manis wakdin ini yang terbuat dari daging sapi. Dan untuk sporsinya hanya berisi 5 tusuk sate yang lumyan besar-besar di bandingkan dengan sate pada umumnya.
Pasar 7 ulu yang terbentang dari jalan KH Azhari sampai ke arah jalan Sukarjo Harjo Wardoyo, pada awal mulanya di sebut dengan pasar cak na, mengapa si sebut dengan pasar cak na ?, karena memang yang awalnya di dominasi dari orang orang Komering yang berdagang melalui jalur sungai.
Mereka membawa hasil bumi dan barang lainnya yang di perdagangkan di pasar ini, di pasar inilah masyarakat komering berbaur dengan masyarakat sekitar, masyarakat suku Komering ini sangat khas dalam berbicara, dengan logat yang keras, cepat dan unik menjadikan hal ini cukup melekat di warga sekitar yang menyebut warga komering ini sebagai orang cak na yang pada akhirnya pasar yang banyak pedagang dari suku komering tersebut sering di sebut pasar cak na.
Pasar yang tidak pernah berubah ini sudah beberapa kali mengalami penertiban tetapi tak lama kemudian akan kembali lagi seperti sebelum di tertibkan, walaupun saat ini pasar 7 ulu ini sudah bersih tidak sebecek dahulu. Kalau di bulan Ramadan pasar ini akan di penuhi oleh penjual makanan khas Palembang yang sudah sangat jarang di temui, biasanya kami kesini untuk mencari makana-makan takjil khas Palembang yang sudah jarang terlihat dapat di beli di sini.
No comments:
Post a Comment