Thursday, 31 December 2020

Doa Dan Harapan Di Awal Tahun

Sholat magrib berjamaah yang di imami langsung oleh datuk

Semua keluarga berkumpul di rumah datuk, sejadah sudah terbentang karena mau bersama-sama menjalankan sholat magrib berjamaah, saat azan salah satu cucu laki-laki datuk pun mengumandangkan azan dan ada juga yang mengucapkan iqomah.

Sholat pun berjalan dengan lancar walau di bumbuhi dengan celoteh kecil dari mulut sang cucu, lantunan zikir yang keluar dari mulut datuk menjadi irama tersendiri bagi cucu-cucunya, sudah jarang juga kita berkumpul seperti ini untuk melakukan ibadah dan doa bersama karena kesibukan masing-masing.

Pembacaan surah yasin bersama

Setelah selesai berdoa maka kamipun melanjutkan pembacaan surah yasin, aku yang di amanahkan untuk memimpin pembacaan surah yasin ini, baris demi baris ku baca hingga akhir, sebagian cucu-cucu datuk ada yang sudah bisa mengikuti tapi ada juga yang belum. Doa yang kami untaikan pada malam ini semoga kami bisa di beri kesehatan dan keselamatan, dapat terus menjalin silaturahim di antara keluarga dan juga di jauhka dari balak dan musibah.

Setelah selesai di lanjutkan dengan sholat isya maka kamipun langsung santap malam bersama, makanan yang sudah di sediakan nyai malam ini sangat beragam, dari kue-kue, bolu dan lain  sebagainya belum lagi menu utama yaitu pindang tulang khas Palembang yang sangat mengguga selera.


Ternyata tidak itu saja nyai pun membuat sate yang belum di bakar untuk di makan bersama, tetapi dengan sebelum di bakar maka harus menghidupkan bara api terlebih dahulu, ternyata hal ini juga menimbulkan keseruan, mau bakar di tengah malam karena ini tahun baru ???, nggak lah bisa-bisa ketiduran semua para crew cilik.

Kita tidak meniup trompet, tidak membakar kembang api, hanya membakar sate untuk lauk makan kami malam ini, semoga di hari ke depan Allah semakin memberikan barokahnya ke keluarga kami.

Bakar-bakar

Ayuk dan mama lia on action

Sunday, 20 December 2020

Liburan Kita Di Sini Saja, Kolam Renang Karya Muda Talang Jering

Yang penting seru

Berenang, itulah salah satu pilihan untuk akhir tahun ini tidak perlu di kolam renang yang mahal atau mewah sekelas water park tetapi cari saja yang murah meriah tetapi seluru keluarga bisa berkumpul di sana, akhirnya umi menyarankan untuk berenang di kolam renang yang ada di kawasan sako baru tepatnya di daerah talang jering.

Jujur saja baru pertama kali aku mendengar ada kolam renang di sana, karena awalnya kita akan bermain di salah satu waterpark yang tidak jauh dari rumahku tetapi justru setelah di hitung berat di ongkos.

Akhirnya pada hari Minggu kami semua bersiap menuju pemandian ini, sekitar 30 menit akhirnya sampai juga ternyata kolam renang ini awalnya di buat untuk kolam renang pribadi karena kalau dilihat dari bentuknya, tapi lumayan besar hampir sama dengan 2 kali rumah ukuran RSS.

Kolam anak

Dengan tarif 10 ribu perorang yang ingin berenang dan free bagi yang tidak ingin berenang, yang lebih menyenangkan nya lagi, kita bisa membawa makanan ke dalam areal kolam yang penting tetap jaga kebersihan, kolam terdalam di pemandian ini hanya sekitar 2 meter itupun tidak terlalu luas sehingga aman bagi anak-anak, usaha yang di jalankan secara keluarga ini juga memberikan pelayanan sewa ban dan juga menjual makanan dan minuman di area kolam sehingga anak-anak tidak takut untuk kelaparan. Walau tingkat keamanan dari kolam renang ini bisa di bilang lumayan aman, tetapi harus tetap di perhatikan anak-anak yang bernang jangan sampai tenggelam.

Dari mulai pukul 8 pagi kami sekeluarga besar bermain air di sini sampai-sampai datuk pun ikut menceburkan diri di ari dan berenang....( dasar atlet veteran), liburan air di sini lumayan menjadi salah satu rekomendasi bagi yang memiliki low budget ketimbang harus memaksakan diri bermain di waterpark. ....selamat liburan.


Saturday, 19 December 2020

Itinerary Yang Tertunda

Awal rencana nya pada akhir tahun ini kami ingin mengunjungi kota tetangga kembali bersama sama, seperti saat kami sekeluarga besar menuju kota Lampung ( baca : Itinerary Perjalanan Jelajah Wisata Kota Tapis Lampung ), tetapi semua ini bakalan nggak terwujud pada tahun ini karena efek pandemi, dari pada di simpan lebih baik itinerary nya di pajang di sini saja :

Hari Ke 1 :
  • Perjalanan dari rumah menuju stasiun kereta api Via taxi online
  • Kereta Api Serelo Kertapati - Lubuk Linggau
  • Makan Siang di kereta
  • Taxi online dari stasiun Lubuk Linggau menuju Hotel
  • Menginap di hotel malam ke 1
  • Makan malam
  • Acara Bebas
Hari Ke 2 :
  • Menggunakan kendaraan rental dengan tujuan Kebun bunga merasi
  • Air terjun teman
  • Watervang
  • Bukit sulap
  • Wisata tepian bukit sulap
  • Ayo kelingi rafting
  • Kampung warna warni
  • Museum subakoss
  • Masjid as salam
Hari Ke 3 :
  • Dengan Kendaraan Rental Tujuan Lubuk Linggau Bengkulu
  • Pemandian air panas Subhan
  • Danau Bestari Mas
  • Menginap di hotel di Bengkulu
Hari Ke 4 :
  • Dengan Kendaraan Rental Tour The Bengkulu City
  • Rumah Pengasingan Sukarno
  • Rumah Ibu Fatmawati'Benteng Marlbourg
  • Monumen Thomas Parr
  • Danau dendam tak sudah
  • Pantai panjang
  • Malam Pulang ke Palembang via Bus

Sunday, 13 December 2020

TIdak Terasa 40 Hari Sudah Berlalu

Pusara ayah

Hari yang di lalui terasa begitu cepat, hari ini tidak terasa kalau ayah sudah 40 hari meninggalkan kami semua, dengan segala kenangan manis dan pahit yang terukir di jalan hidupnya tinggal menjadi kenangan manis bagi kami.

Semalam peringatan 40 hari ayah pun berlangsung dengan mengundang tetangga dan keluarga, acara sederhana yang sangat berarti bagi kami, paginya kamipun menuju ke makam ayah untuk berziarah, makam ayah yang sudah di pasangi pedapuran / kijing sejak beberapa hari yang lalu.

Doa kami untaikan di sini dari istri, anak, mantu dan cucu berharap agar engkau mendapat tempat yang layak dan terbaik di sisinya.

Keluarga besar Nurdin Syahri

Sunday, 6 December 2020

Kembali Ke Selera Asal

Para pemburu penikmat kuliner

Entah mengapa aku selalu merekomendasikan tempat ini apa bila ingin makan selain makanan di mall, kesan murah meriah dan makanan yang lumayan enak merupakan daya jual tinggi tempat ini, seperti saat ini saat senja menjelang , anak-anak sudah selesai melakukan permainanya, maka perutpun menjadi lapar karena dinginya ac yang mendera.

Karena sejujurnya aku lebih berselera dengan makanan-makanan tradisional rumahan seperti ini di bandikan dengan makanan modern seperti fried chiken, burger, pizza, hot dog atau pun yang lainnya karena menurutku makan di warung pecel lele seperti ini lebih mengenyangkan.


Akhirnya kami sepakat untuk mengulangi lagi makan di tempat ini, Warung Bang Eko yang terletak tepat di seberang mall tempat anak-anak bermain, mumpung warung nya masih sepi jadi lebih cepat untuk order makanan.

Untuk seluruh makanan dan minuman yang sudah kami pesan banyak pada hari ini ternyata kami harus membayar kurang dari 300 ribu saja, .... bagaimana murah bukan.

Advertizernya kemplang sebelum main course datang

Sekian Lama Sejak Pandemi

Ak ucup, Nyai & Ayuk Nisa yang sudah duluan di kambang iwak

Setelah selesai menikmati sarapan pagi Yanto yang terletak di kawasan bukit besar, akhirnya motor kupun ku arahkan ke kawasan kambang iwak yang memang merupakan kawasan wisata olah raga yang selalu di padat pengunjung setiap harinya terutama pada hari minggu seperti ini.

Cukup lama kami dan keluarga tidak lagi mengunjungi tempat wisata sejak pandemi melanda negeri ini, baik tempat wisata di kota ini ataupun di luar kota, padahal akhir tahun ini ada keinginan untuk menelusuri kota terdekat menggunakan kereta yaitu Lubuk Linggau - Curup dan Bengkulu tetapi apa daya pandemi masih belum bisa berlalu.

Umi, ak ucup, nyai dan pempek panggang

Saat tiba di sini nyai, ayuk nisa, umi, ak wafi dan ucup sudah terlebih dahulu ada di sini kami pun ikut bergabung sekedar "tawaf" (keliling kambang iwak), untuk membuang kolestrol dari sarapan pagi tadi, tenyata ujuk dan keluarganya juga akan bergabung di kambang iwak ini, ini pertama kali kami dan keluarga untuk pergi di area keramaian kalau di hitung-hitung sudah hampir setahun.

Begitu juga ke mall, sejak di umumkan nya pandemi sampai saat ini tidak pernah lagi kaki ini memasuki mall padahal banyak mall yang bertebaran di kota ini, tetapi waspada terhadap segala sesuatunya itu penting biar kita bisa tetap sehat selalu.

Di kawasan permainan anak-anak

Adek azam dan ak ucup langsung saja menuju kawasan permainan anak-anak yang di penuhi beragam permainan, ada sewa skuter, tangguk ikan, mewarnai, mandi bola dan beragam lainnya. Sewa skuter itu yang menjadi pilihan adek azam karena memang selain sudah bisa menggunakan sepeda dia juga sudah tidak asing dengan skuter tersebut yang sudah pernah beberapa kali di sewa nya.

Kami hanya menunggu sambil memakan camilan berupa pentol yang di kasih saus pedas sembari meminum es dingin, planing hari ini selain ke kambang iwak kamipun berencana akan mencoba ke mall untuk mengajak anak-anak ke wahana permainan, tetapi sebelumnya itu kami akan kembali terlebih dahulu ke tempat nyai karena badan sudah mulai gerah.

Sekitar pukul 14:00 kamipun berangkat bersama menuju mall yang terletak di jalan POM IX, di mana sebelum pandemi mall ini sering menjadi tujuan anak-anak untuk bermain karena di salah satu wahannya terbilang murah-meriah, dengan bermodal koin seribu rupiah kita bisa melakukan satu permainan yang bisa membuat anak-anak senang.

Akhirnya ngemall juga

Lumayan lama juga kami di mall ini, banyak permainan yang anak-anak mainkan di sini baik yang membuthkan gerak fisik ataupun kemampuan berpikir atau memang untuk senang-senang saja, membuat wajah mereka tersenyum menjadi hati kita gembira tetapi lama di ruang ber ac seperti ini membuat kita lapar.

Nasya & Papanya

Menikmati Sarapan Khas Palembang Di Ujung Bukit

Sarapan Pagi Yanto

Pagi-pagi kami sudah keluar rumah dengan tujuan street kuliner yang berada di kawasan bukit yang cukup ramai di kunjungi oleh pembeli terutama di pagi hari, karena warung kuliner ini pada pukul 9:30 sudah tidak bersisa lagi alias sudah tutup karena dagangan mereka yang sudah banyak terjual.

Pertama kali aku mengetahui tempat ini dari om Rafik saat kami sama-sama menjalankan usaha distro jersey bola yang letaknya tidak jauh dari lokasi sarapan pagi ini, dengan rasa yang lumayan nikmat di bandingkan di tempat lain dan harga yang murah-meriah menjadikan kami ketagihan untuk mencicipi makanan yang ada di sini, dari kue-kue dan gorengan dengan harga 1.000 Rupiah ataupun makanan khas Palembang yang di bandrol dengan harga 6.000 per porsi.

Saat ke sini aku paling menyukai makanan lakso atau burgo dengan harga enam ribu perporsi itupun sudah mendapatkan 2 buah burgo atau lakso yang bisa di kombinasikan dan kuahnya bebas memilih, sedangkan untuk laksan atau celimpungan satu porsi berisi 4 buah dengan harga yang sama, cukup mengenyangkan bukan..???.

Adek Sedang menikmati lakso nya

Ini pertama kali bunda dan adek ku ajak kesini untuk menikmati street kuliner dan suasana yang lain, dengan menempati bekas ruko yang sudah tidak di tunggu dan bentangan meja yang berisi banyak makanan yang mengguga selera, dari kue sus, roti goreng, bolu kojo, donat berbagai jenis, risol, martabak, tidak lupa pempek dan otak-otak dan makanan ke favorit ku yaitu ketan punar / ketan kuning yang di tabur dengan serundeng.

Bunda yang sudah dari awal sudah tertarik dengan makanan laksonya langsung memesan untuk 3 porsi, dengan kuah kuning yang khas dan makanan dari tepung beras yang berbentuk mie memang menggugah selera, di tambah dengan paduan ketan kuning atau kue sus kesukaan adik.

Tempat sarapan pagi yang tidak pernah sepi

Saat membayar harga yang di bayar pun tidak terlalu mahal setara dengan kenikmatan kuliner yang kami dapati, tapi itulah kalau mau ke sini harus pagi-pagi apalagi dari rumah yang berjarak 10 kilo, tepat terletak di tikungan jalan ke arah Sri Jaya Negara dan bersebrangan dengan model H. Dowa yang sudah terkenal itu menjadikan salah satu tempat alternatif nongkrong yang murah meriah, apalagi hari Minggu seperti ini banyak dari anak-anak komunitas bersepeda juga ikut nongkrong di sini sekedar beristirahat atau menikmati sepiring makanan khas Palembang.


Aneka kue dan gorengan

Peta Lokasi Sarapan Pagi Yanto :

Thursday, 5 November 2020

Surga Yang Tersenyum Part.4

SANJUNGAN KESEDIHAN

Almarhum Ayah & Ibu

"Ayah mu itu adalah orang yang hebat, dan pandai bergaul dan tidak ada orang tidak mengetahui itu"kata salah satu teman ayah saat selesai takziah
"Di kampung ini siapa yang tidak mengenal beliau, terutama kalau ada urusan hajatan atau sedekaahan beliau berada di barisan paling depan untuk mengatur distribusi konsumsi biar dapat berjalan dengan lancar" kata salah satu teman sejawat ayah lainnya\
"Tidak bisa di cari lagi yang seperti beliau saat ini" ujarnya lagi

Banyak pujian yang di ceritakan oleh teman -teman beliau menganai perbuatan beliau selama hidup di tempat ayah tinggal, serasa sesak dada ini menahan cairan panas yang seakan tidak terbendung lagi, padahal saat melihat jenazah ayah siang tadi tidak ada rasa sedih yang begitu haru seperti malam ini saat mendengan cerita kebaikan beliau.

Sudah sedari sejak tahun 1970-an beliau tinggal di sana, yang awalnya rumah panggung di atas rawa dengan jalan dari papan jembatan dari papan, tetapi itu tidak membuat beliau menjadi surut dari kehidupan, pandainya beliau bergaul dengan tetangga sehingga memang tidak mengherankan jika banyak yang mengenal beliau walapun jarak itu sudah ku anggap jauh dari rumah tempat ayah tinggal.


Aku mohon permisi kepada teman-teman ayah karena aku juga malu kalau sampai menangis di depan mereka, rasanya ingin ku pecahkan air mata ku tapi masih banyak tamu, akhirnya akupun menuju kamar mandi untuk mengusap mukaku yang sudah di linangi oleh air mata.

Rumah ini kembali terasa sunyi, hanya beberapa orang keluarga dan tetangga masih bercakap-cakap di bawah tenda, kursi-kursi yang di pakai para pentakziah tadipun sudah di rapikan, tidak terasa engkau meninggalkan kami begitu cepat, padahal baru seperti kemarin engkau banyak memberikan petuah bijakmu mengenai kehidupan kepada anakmu ini.

Aku hanya bisa menatap pijar bola lampu yang tergantung di atas tenda, kulepaskan napas panjang....."semoga engkau di surganya Allah".

Surga Yang Tersenyum Part.3

PUSARA

Ibu di pusara adik Tika

"Tidak terlalu jauh kak dari kuburan adik Tika" jelas adik lelakiku
"Kondisinya kering ya ?" tanya ku
"Kering kak.... bagus"jelas adik ku lagi
Berarti sudah tidak ada kendala guma ku dalam hati, kayu untuk kacapuri juga sudah di pesan dan lain-lain juga sudah tersedia semua.

Akupun tegak berdiri sebagai imam sholat jenazah di depan keranda yang berisi jenazah ayahku, takbir ku kumandangkan sebagai kewajibanku kepada orang yang paling ku hormati selama ini, terbayang semasa hidup beliau banyak sekali pengajaran hidup yang ku dapatkan dari beliau, beliau yang tidak pernah marah baik kepada kami anak- anaknya ataupun adik-adik beliau, hal inilah yang menjadi magnet tersendiri bagi beliau, sehingga adik-adik beliau pun sangat kehilangan sosok beliau sebagai kakak ataupun Bapak.

Bagi kami sendiri anak-anak beliau ayah merupakan sosok yang sangat mengayomi, berbeda dengan yang aku rasa sekarang dengan anak-anak ku, tetapi ayah pernah berpesan bahwa jadilah dirimu sendiri jangan jadi ayah karena kita berbeda jaman. Ku akhiri sholat ini dengan salam dan ku lantunkan do'a, semoga doa ini bisa di kabulkan oleh Allah, beberapa patah kata sambutan di sampaikan oleh paman sebagai permintaan maaf atas kesalahandan kehilafan ayah.

Saat ayah bertandang di rumah ayuk 

Sirine mobil ambulance yang membawa jenazah ayah berbunyi nyaring memecah jalan kendaraan lain, jarak yang di tempuh pun tidak terlalu jauh hanya beberapa kilo saja, pada awalnya tetangga-tetangga yang tinggal di seputaran rumah ayah ingin agar ayah di gotong saja kerandanya ke pemakaman sebagai penghormatan terakhir tetapi setelah di pertimbangkan kembali akhirnya kami lebih memilih menggunakan ambulance.

Bacaan tahlil, tahmid dan takbir berkumandang saat keranda menuju ke lubang kuburan yang sudah di persiapkan, rasa miris di dalam hati melihat orang yang tersayang akan di pendam di dalam bumi, tetapi kenyataan tidak bisa di tentang karena semua merupakan takdir nya.

Kondisi tanah makam yang kering membuat pemakaman mudah untuk di lakukan, biasanya di TPU Telaga Swidak ini harus menggunakan kotak karena derasnya air yang masuk ke dalam liang makam, mungkin karena jarak pemakaman ini tidak jauh dari sungai musi menyebabkan hal ini.

Aku dan kakak iparku pun masih terdiam di pusara ayah, adik ku berusaha untuk membersihkan tanah yang menempel di bajunya saat masuk ke dalam makam ayah tadi, tidak terasa hanya kami bertiga yang tertinggal di makam, kendaraan yang kami tumpangi tadi semuanya sudah pada berjalan pulang, akhirnya kamipun melangkah perlahan menuju rumah, karena TPU ini memang tidak terlalu jauh dari rumah tinggal orang tua kami.

Beberapa hari setelah pemakaman ayah... dan tanah itu pun masih merah

Surga Yang Tersenyum Part.2

MENUJU PERISTIRAHATAN TERAKHIR

Sambutan dari paman ku saat acara takziah

"Ayah... sudah tiada, sekarang kewajiban kita untuk melaksanakan pengurusan segalanya sebagia muslim" jelas pamanku
"Apakah ayah meninggalkan wasiat ataupun pesan khusus ?"tanya paman ku
"Tidak ada mang (mang singkatan dari mamang dalam bahasa Palembang = Paman)" jawabku yang di iyakan oleh ibu dan adik-adiku

"Jadi ayah mau di kubur jam berapa ?"tanya paman ku lagi 
"Mamang di Bogor lagi di jalan, Bibi dari lahat juga sudah di jalan begitu juga mamang yang dari Linggau, atau dusun ..menurut kami biar tidak lama menunggu bagai mana jika sehabis bada zuhur ?" jelasku ke pamannku

"Tidak masalah kalau begitu, berarti pukul 9:30 nanti kita mandikan dan kafankan dan sebelum zuhur kita bawa kemasjid untuk di sholatkan" terang pamanku.
"Nanti yang jadi imanya sholat jenazah ya" kata pamanku sambil menepuk bahuku
"Iya mang" jawabku

Aku yang beradu pandang dengan adiku laki-lakiku yang hanya tersenyum, teringat pagi tadi saat bertemu beliau;
"kapan datang dek ?" tanyaku
"Barusan kak.... habis dari Telaga Swidak ( TPU di dekat rumah) pesan makam untuk ayah" jawab adekku
"Jadi berangkat naik pesawat apa pagi tadi ?" tanyaku lagi
"Tidak kak... saat kakak telpon adek sudah ada di Palembang baru sampe semalam, 2 hari dapat firasat tidak enak "jawabnya
"Kirain masih di Dumai" jawabku merasa bodoh

Di masjid tempat ayah di sholatkan

Tenda sudah di pesan, begitu juga pemakaman, perlengkapan untuk kain kafan pun sudah ada, bilal sendiri merupakan pengurus dari persatuan amal kematian yang salah satu pendirinya adalah ayah. Tepat pukul 9:30 kamipun memandikan ayah paman, aku, adiku, keponakan dan kakak iparku menjadi bagian yang memandikan jenazah, badan ayah begitu bersih, tidak ada kotoran yang mengalir, mungkin karena makanan yang di makan sudah tidak banyak lagi, banyak keharuan di sini adek azam dan sepupunya hafiz menangis terisak-isak melihat nenek anang nya di mandikan, begitu juga yang lain saat menyiram kan air untuk terakhir kali di badan nenek.

Saat jenazah di bawa kedalam dan di kafankan terlihat adek azam terus terisak di depan pintu masuk sambil bersandar di kusen melihat kursi yang biasa di duduki oleh nenek anang sambil memakan es krim yang biasanya kami beli saat bertandang ke sana, ku sambut tangan beliau dan ku dudukan dekat jenazah.

Adik-adik kandung ayah

Adik-adik ayah baik dari Kota Bogor, Lahat, Linggau dan Tebing tinggi sudah hadir semua, isak tangis pecah kembali terutama pada saat paman yang dari Bogor melihat jenazah ayah, kupandu untuk membaca surah yasin sebelum jenazah ayah akan di bawa ke masjid untuk di sholatkan untuk terakhir kali.

Doa  yang terlantun juga tidak mengurungkan rinai air mata yang jauth ke pipi, adik perempuanku  sempat di tegur karena beliau menangis dengan keras mungkin wajar karena beliaulah yang paling intens dan paling dekat dengan ayah, yang paling mengajak ayah bermain, setiap pulang mengajar beliau pasti membawakan makanan bagi ayah sehingga ini menjadi pukulan besar bagi adik ku ini.

Sebelum zuhur keranda ayah sudah di berangkat kan ke masjid Al-Mukminin, di mana dimasjid ini beliau pernah menjadi pengurus sebelum beliau sakit, derai air mata  masih mengiringi kepergian ayah, aku harus berjalan tegar karena kedapan masih banyak yang harus di jalani, saat ini yang terpenting adalah menyolatkan dan mengantarkan ayah ke peristirahatannya yang terakhir.

Surga Yang Tersenyum Part.1

HUJAN DI AWAL HARI


"Kak, ayah sudah tiada" saat suara adik perempuanku yang merupakan anak bungsuku menggetarkan telinga ku
"Inalilahiwainailahi rojiun" jawabku sepontan
"Pastiin lagi dek, coba panggil tetangga untuk bantu mengecek keadaan ayah.

Hujan deras yang mendera kota ini sedari tengah malam membuat suasana dingin semakin dingin.
"Sudah... ambil wudhu dulu ... sholatlah dulu ?" kata bunda

Akupun bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan badan dan berwudhu yang tidak lama ada telpon yang berdering yang sudah di angkat bunda, ternyata telpon dari kakak kami. 
"Te, nanti sebentar lagi kami jemput... bersiaplah kita ke tempat Ayah" kata bunda kepada ku saat menerima telpon dari kakak iparku yang memang tinggal tidak jauh dari rumahku.

Ku sujudkan kepala ku dalam-dalam di atas sajadah sambil meminta ampunan atas dosa-dosa ayah dan ibu, tidak terasa bulir panas mulai menetes dari mata ini, berharap semoga ayah khusnul khotimah.

Ibu dan adek perempuanku di bantu oleh para tetangga ternyata sudah beberes rumah dari mengeluarkan kursi dan meja, membentang kasur untuk jenazah ayah dan lain sebagianya, hujan yang kelihatannya tidak kunjung berhenti membuat beberapa titik jalan di kota ini menjadi tergenang.

Adiku sepulang dari kuburan ayah

Saat si kuda membelah malam menerjang aspal yang mengkilat di terpa hujan, akupun menghubungi adik laki-lakiku yang nomor 3 yang saat terakhir aku kontak dengan beliau mengatakan sedang tugas di kota Dumai.
"Assalamualaikum, dek sudah dapat kabar kalau ayah sudah tiada ?' tanya ku kepada dia
"Sudah kak" jawabnya
"Baguslah, kalau mau balik cari penerbangan paling pagi ,,,tidak usah terburu-buru" saranku kepada adik ku tersebut yang ku kira masih di kota Dumai.

Ku perhatikan kakak ipar ku yang fokus mengendarai mobil di tengah lebatnya hujan malam ini yang di iringi syahdu lantunan mahalul qiyam maulid simtud durror, sebentar lagi kami sampai semoga selamat sampai di tujuan. Hujan yang tidak bertanda untuk reda membuat kami sedikit berlari ke rumah ayah, sesampai di rumah sudah banyak tetangga yang berkumpul di sana termasuk paman (adik dari ayah) pun sudah tiba di sana bersama istrinya, ayah sudah di baringkan di atas kasur di ruang tamu, muka bersih nya bertabur senyum.

Pembacaan surah yasin melantun dari rumah ayah, sembari menunggu subuh.. hilang sudah penderitaan mu selama ini, hilang juga sakit yang engkau derita, alam baru yang engkau tuju menjadi kebahagiaan baru bagimu.

Ambulan yang mengantarkan ayah ke peristirahatan terakhirnya

Kutatap lekat-lekat muka ayah  seperti orang tidur biasa sama seperti kemarin-kemarin, ibu kulihat tidak lagi menangis hanya adik perempuanku yang masih terisak, teringat kemari bahwa ayah sudah menunjukan tanda-tanda yang tidak biasa di mana sepulang kerja aku langsung mampir ke rumah ayah untuk melihat kondisi nya.

"Ayah jangan di tinggal lagi bu.... di lihat terus kondisinya" kataku kepada ibu dan adik perempuanku ku yang baru saja pulang dari mengajar.

Memang sudah hampir 3 minggu ini stamina ayah terus menurun hal ini di sebabkan beliau tidak mau makan lagi hanya minum yang melewati tenggorokannya itupun tidak banyak, setiap hari ibu menyuapi makanan tersebut tetapi seperti enggan untuk di telan , apakah beliau sakit gigi atau tenggorokan atau ada hal yang di rasakannya juga tidak tahu karena sudah sulit berkomunikasi dengan beliau.

"Kasih kabar saja dek kalu ada apa-apa dengan ayah " pesan ku kepada adek perempuan ku sebelum aku pamit pulang dari rumah ayah.
"iya kak" jawabnya

Hal ini lah membuatku tidak menyangka kalau kemarin adalah hari terakhir bertemu ayah, sebelum pulang sempat ku cium pipi dan kepalanya, badan yang renta tergolek di atas ranjang tidak bisa banyak bergerak hanya mata dan erangan kata yang tidak terucap yang sempat terdengar dan terlihat. Ada penyesalan menyeryuak di dalam hati, kemarin yang seharusnya merupakan jadwal kami berkunjung ke rumah ayah bersama istri dan anak-anakku tidak bisa terlaksana, tetapi takdir berkata lain apa hendak di kata.

Takziah

Wednesday, 14 October 2020

Mentari Di Penghujung Senja Part.3

RUQIYAH & TIDUR


Tempramen ayah semakin menjadi-jadi, entah di picu dengan hal-hal yang terkadang tidak kita mengerti secara nalar, ada yang memasuki rumah, ada orang lain di dalam kamar, ada anak kecil di kamar mandi, cemburu ke ibu dan lain sebaginya, yang sempat membuat ku bingung dengan segala prilaku ayah.

Bukan aku saja yang di buat bingung, tetapi adik perempuanku dan ibuku justru merasa ketakutan dengan perilaku ayah yang seperti itu, terkadang beliau bermain dengan senjata tajam, atau benda tumpul yang di arahkan ke ibu atau adik perempuanku yang semua itu di lakukan di luar kesadarnya sama sekali, beberapa malam akhirnya aku harus tidur di rumah ayah karena untuk mengendalikan kondisi ayah yang emosinya terus meledak-ledak, senjata tajam dan barang-barang berbahaya ku suruh agar ibu menyimpan rapat-rapat dari jangkauan beliau begitu juga benda-benda lain yang dapat membahayakan juga di simpan. Tetapi saat aku ada di rumah beliau justru bicara dengan ibuku bahwa ayah takut kepada ku karena aku bisa silat, tetapi dia sendiri tidak bisa menjelaskan aku itu siapa.

Yang lucunya lagi kepada Ibu yang merupakan istrinya sendiri, ayah memanggil semaunya terkadang mbak, terkadang mbok, bibi, ataupun bunda , suka-suka beliaulah, begitu juga dengan waktu tidur beliau yang bisanya sebelum sakit tidak terganggu saat ini hanya sebentar sekali beliau bisa tertidur palingan hanya 5-15 menit itupun sudah terbangun lagi, yang biasanya jika sudah terbangun sudah sangat susah untuk tertidur kembali.

Di dalam kondisi ayah yang seperti ini kami pun rembukan untuk membawa beliau ke pengobatan alternatif yaitu di Ruqiyah untuk menjaga kemungkinan kalau ayah terkena ganggunan mahluk halus, karena sedari kecil tidak pernah aku melihat sifat ayah yang menjadi aneh seperti ini.

Tempat ruqiyah di kawasan sekip ujung pun menjadi tujuan kami, bada asar merupakan waktu di masa sesi ruqiyah akan di lakukan, kami sudah datang sebelum ashar sehingga ayah bisa di lakukan bekam dulu untuk membuang darah kotor di dalam tubuhnya, tepat bada asar ruqiyah pun dilakukan ada sekitar 7 peserta termasuk ayah, ada wanita dan juga anak-anak, selang berjarak 5 menit dari pembacaan ayat -ayat ruqiyah kudengan dengkuran halus dari ayah, sedari awal aku yangduduk di atas kepala beliau karena menang posisi ruqiyahnya berbaring di kasur, ternyata setelah ku perhatiakan beliau tertidur, akupun hanya tersenyum sambil menyimak pembacaan ayat ruqiyah terus belanjut.

Saat ruqiyah sudah selesai, ayah belum ku bangunkan, ku temui pe ruquyah ayah tadi, sembari beertanya, 
"Bagaimana pak kondisi ayah saya ?" tanyaku
"Sepertinya bagus pak tidak ada gangguan mungkin hanya kurang istirahat dan kecapekan saja, itu buktinya masih tidur" jawab peruqiyah
"Bukan gangguan mahluk pak ?" tanyaku lagi
"Bukan pak" jawab peruqiyah itu lagi

Perlahan ku bangunkan ayahku, karena tak lama lagi juga tempat ini akan tutup, ayah tampak lumayan segar dengan kondisi dia tertidut tadi walaupun tidak terlalu lama, hari ini sudah di lakukan bekam dan ruqiyah dan hasilnya baik, tetapi mungkin ke depan ada alternatif pengobatan lain juga yang juga tidak salah untuk di jalani demi kesembuhan ayah. 

Taxi yang mengangkut kamipun segera menyusuri macetnya jalan kota ini, senja yang sudah mulai beranjak tidur tampak indah di lihat dari atas jembatan yang merupakan icon kota ini.

Mentari Di Penghujung Senja Part.2

Tidak Mengenali Lagi

Ayah & Ibu saat menunggu antrian film Si Doel 1

"Dokterrrrrr.........." Aku setengah berteriak dari ruang UGD, saat melihat ayah yang menggigil hebat karena panas nya yang tinggi, sehingga bunyi besi ranjang yang di tempati oleh ayahku begitu kuatnya berbunyi.

"Aku mau pulang...aku mau pulang, ada orang yang mau datang ke masjid"Mengigau ayahku yang beberapa nama juga di sebutkan untuk membukakan pintu masjid  .

Aku dan adik perempuanku hanya bisa menggenggam tangan ayah dengan kencang biar beliau tidak berlari keluar, ibu yang kulihat sudah menangis sedari tadi melihat kondisi ayah hanya bisa menangis di bagian kaki ayah, akhirnya dokter dan perawatpun masuk melakukan pengukuran suhu badan terhadap ayahku, ternyata suhu badan ayah lebih dari 40 drajat, dokterpun mengambil tindakan dengan  menyuntikan penurun deman melalui lengan ayah, dan beberapa menit kemudian ayah tidak lagi gelisah dan suhu tubunya pun menjadi normal.

Kejadian seperti ini sudah dua kali ku lihat pertama kali saat ayah awal mengalami kecelakaan pada tahun 2010, panas tinggi, mengiggau dan juga guncangan yang hebat hingga membuat ranjang rumah sakit berbunyi hebat, dan yang kedua adalah yang barusan terjadi.  Memang benturan yang di alaminya saat itu cukup keras hingga helm yang di pakai oleh ayah bisa terbelah dua.

Romadhon tahun ini merupakan romadhon yang teristimewa bagi kami karena, kami harus bergantian merawat ayah di rumah sakit, padahal biasanya kalau romadhon kami banyak bertandang ke rumah ayah terutama cucu-cucu beliau sangat senang karena banyaknya makanan, tetapi berbeda untuk tahun ini.

"Aku mau pulang........Siapa Kau ?" kata ayah sambil bertanya

Aku terkejut karena mengapa sampai ia tidak mengenali ku, berkali-kali di dalam rumah sakit beliau berbuat yang aneh-aneh untung saja kami berada di ruangan yang hanya pasienya ayah seorang sehingga tidak merepotkan orang lain. Dari ingin mencabut selang infus, ingin selalu ke kamar mandi, berjalan bolak balik selasar rumah sakit, tetapi yang paling menyakitkan beliau tidak mengenali kami.

Entah penyakit apa yang sudah menyerang ayah padahal pada saat masuk UGD beliau itu hanya terkena panas tinggi dan susah BAB tetapi mengapa menjadi begini, tanyaku dalam hati sambil mencari jawabannya. Lembaran halaman al-quran yang ku baca melalui smartphone ku pun  tidak di hiraukan oleh ayah dia sibuk dan tenggelam dunianya sendiri dan seperti inilah yang terkadang membuat ibu menangis.

Beberapa hari pun berlalu, hari ini kondisi fisik ayah sudah mulai pulih, suhu tubuh sudah normal begitu juga selera makan pun normal dan tidak ada lagi kesulitan dalam BAB, adik laki-laki ku pun menjemput ayah saat sholat taraweh sedang di langsungkan dengan mobilnya di iringi dengan gerimis yang mulai membasahi bumi,  kami sangat senang dengan kepulangan ayah di rumah walaupun kondisi mental ayah sendiri masih kuanggap belum pulih seperti sedia kalah, tetapi ada yang membuat ibu khawatir lagi karena saat kepulangan ayah itu adalah tiga hari lagi  menjelang adalah hari raya idul fitri, karena lebih fokus ke perawatan ayah di rumah sakit mungkin idul fitri kalai ini tanpa persiapan apa-apa.

Mentari Di Penghujung Senja Part.1

Dimensia Oh Dimensia

Aku dan ayah,.. (Foto terakhir yang di ambil bersama ayahku 14/10/20)

Ini merupakan sedikit tulisan pendek bergaya dhinisa journey tentang edisi ayah yang di posting dalam beberapa bagian, beberapa waktu lalu beliau sudah kembali kepadanya membebaskan segala sakit dan deritanya, kerinduan ini hanya bisa tergores di sini dengan segala kemampuan memahaminya.

------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dia hanya tersenyum pada saat ku suapi es krim yang dari tadi di tunggunya, dari tadi terlihat lirikan matanya yang terus mengikuti kemana gerak es krim di tangannku, sekali-kali ku ajak bercanda walaupun tanpa ada respon tertawa dari beliau.

Dialah ayahku, yang sudah beberapa tahun ini mengalami sakit yang dari pihak dokter sendiri memvonis sebagai dimensia (kepikunan), di mulai pada tahun 2018 penyakit ini mulai menimpa ayah yang ternyata merupakan effek dari kecelakaan yang pernah beliau alami pada tahun 2010 yang lalu, awalnya dokter syaraf mengatakan bahwa syaraf halus ayah yang sudah kena efek benturan  dan temasuk tulang di bagian tangan ayah ada yang retak, itupun berdasarkan hasil dari scan yang di lakukan pihak rumah sakit   

"Dementia atau demensia adalah penyakit yang mengakibatkan penurunan daya ingat dan cara berpikir. Kondisi ini berdampak pada gaya hidup, kemampuan bersosialisasi, hingga aktivitas sehari-hari penderitanya." https://www.alodokter.com/

Sejak saat itulah daya pikir dan daya ingat ayah terus menurun, baik untuk mengingat istrinya atau ibu kami ataupun anak-anaknya apalagi keluarga yang lain, terkadang ingat dan terkadang lupa membuat kami awalnya sangat sedih, seolah-olah beliau adalah orang asing yang baru datang di rumah kami tersebut.

Tetapi seiring berjalan waktu kamipun bisa untuk menyesuaikan diri dengan prilaku baru ayah, dengan telaten ibu yang mengurus ayah karena memang yang tinggal di rumah beliau saat ini adalah ibu dan adik perempuanku yang berprofesi sebagai guru, sedangkan saudaraku yang lain semuanya sudah memiliki rumah sendiri yang letaknya cukup jauh dari rumah orang tua kami sendiri. Aku sendiri sekeluarga paling sedikit seminggu sekali selalu bertandang ke tempat orang tua kami, untuk sekedar bercngkerama tentang beliau ataupun mendengarkan curhat dari ibu kami.

Tetapi seperti itulah ayah, beliau yang dulunya sangat tegas dan tidak macam-macam menjadi tidak berdaya saat sakitnya, aktivitas terakhirnya sebagai pengurus masjid  pun harus di tinggalkan karena ketidak berdayaan beliau, awalnya aku sempat meneteskan air mata saat melihat prilaku ayah untuk pertama kali, kaku, tempramental, tidak mengenali siapa-siap. Beberapa kali mengalami tersesat saat hendak pulang kerumah sehingga membuat kami menjadi khawatir tetapi untunglah ada tetangga yang bertemu dan mengantarkan beliau pulang.

Sehingga akhirnya aktivitas ayah hanya banyak berdiam di rumah saja, kecuali jika ada jadwal kontrol ke dokter ataupun memang sengaja di ajak untuk mengunjungi anak-anaknya, biasanya kami bergantian untuk mengantar ayah tersebut.

"Selamat bu ya...tapi ibu  yang sabar........ karena saat ini ibu mendapatakan bayi besar...." kata dokter  yang menangani pengobatan ayahku setelah di voinis demensia.
Aku sedikit mengerenyitkan kening, "Apa maksudnya dok ?" tanya ku

Akhirnya dokter tersebut menjelaskan mengenai apa dimensia itu dan juga segala perubahan prilaku  yang akan di alami oleh ayah, termasuk fungsi obat yang harus di makan ayah, tetapi ada satuhal yang ku ingat dengan baik perkataan dokter tersebut, 
"Dik, kasus seperti bapak ini tidak akan pernah pulih seperti sedia kalah, beliau pasti akan mengalami penurunan baik dari pola pikir dan juga fisik seperti yang adik lihat saat dilakukan observasi tadi semuanya tidak bisa di lakukan dengan tuntas, obat-obatan yang di berikan hanya sebatas mengurangi dari kadar penyakitnya bukan menghilangkan penyakit, sehingga harus di rawat dengan benar dan butuh ketelatenan sampai akhirnya hari itu tiba".

Akupun sadar bahwa ayah tidak akan bisa lagi kembali seperti semula,  sudah untuk mengenali kami, menyukai kembali makanan anak-anak kecil, ataupun berbuat yang aneh lainnya, tetapi kami bertekad bahwa ayah harus tetap sehat dan segar walaupun dia harus diam di dalam kesunyian.

Sunday, 20 September 2020

Tersesat, Lama Menunggu & Terjebak Macet

Unik & Keren Idenya ... Yang Awalnya ku kira apa...???

Kendaraan kamipun meluncur menyusuri jalan untuk mencari jalan keluar menuju jalan luar kota Jambi, dengan menggunakan google map beberapa kali kami di buat salah arah sehingga kamipun banyak bertanya dengan orang-orang di pinggir jalan.

Cukup lama juga kami mencari arah ke luar kota, yang menurut petunjuk dari orang yang kami tanyai harus melalui Pal 10 atau KM 10, tapi di mana itu jalannya kamipun tidak tau karena tidak tertera di dalam google map, setelah hampir 2 jam kami menyusuri jalan akhirnya kamipun bisa menemukan jalan KM 10 yang ternyata cukup panjang juga.

Kulirik jam tangan ku saat waktu sudah menunjukan pukul 14:30, wajar kalau perut sudah minta di isi ulang, dan kami belum melakukan sholat zuhur, akhirnya kami berhenti di salah satu rumah makan yang terletak di kawasan kota Jambi tetapi sudah berbatasan dengan Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.

Ternyata Toilet ........wkwkwk

Kamipun memasuki salah satu tempat kuliner tepat di pinggir jalan lintas sumatera ini, awalnya terkesan dengan ide kreatif yang di lakukan oleh pengelolah atas toilet mereka yang banyak di tempel banner yang berisi teka-teki humor yang menggelitik hati, di setiap pintu di tempel banner dengan materi humor yang berbeda-beda, shingga kalau di baca satu persatu lumayan banyak dan membuat tersenyum.

Setelah selesai dengan ursan kebelakang dan sholat kami pun mulai bergerak ke depan untuk melakukan pemesanan makanan, tapi di sini sempat membuatku kesal karena lama sekali waktu penyajian makanan yang akhirnya kami hanya bisa bengong dan menguatak- atik andoid kami masing-masing.

Dengan waktu penyajian yang lama seperti ini kami hanya bisa menunggu dan menggerutu, mereka justur menyajikan makanan-makanan kecil dan softdrink dalam kemasan, tetapi kami tidak tertarik sama sekali, beberapa kali bertanya dengan wittres nya jawabannya hanya "maaf, tunggu sebentar pak.. masih di buatkan".

Lama .... sekali ........

Akhirnya makanan pesanan kamipun tiba, rasa sebah di perut pun ikut menyertai saat makanan itu memasuki lambung kami, kami makan pun dengan cepat, lapar yang sudah mendera ini mengalahkan logika sesaat, akhirnya kamipun menyudahi makan kami dan segera berlalu dari rumah makan tersebut agar tidak terlalu kemalaman saat tiba di kota Palembang.

Sepanjang jalan ini kami di temani oleh suara tausiyah salah satu ustaz kondang asli Palembang yang sudah almarhum, entah sudah beberapa kali kami medengarkan tausiya beliau yang bisa membuat kami tertawa dan merenung.

Ahirnya hari sudah menjelang sore kamipun mampir ke salah satu rumah makan yang menjual sate rusa, berbeda dengan saat pergi kami tidak makan di tempat tetapi hanya di bungku saja karena target kami biar bisa melakukan sholat magrib di daerah Betung saja.


Kendaraan kamipun  meluncur deras menuju daerah Betung, saat ku perhatikan adiku membawa mobil, terucap dalam hatiku "ternyata caranya bawa mobil di luar kota lebih baik dari ku". Tapi memang tidak mengherankan karena beliau bekerja di salah satu perusahaan kontraktor di kota ini yang sering sekali di tugaskan di luar kota. Sedangkan aku sendiri lebih banyak manjanya, lebih banyak menggunakan sopir atau kendaraan umum saat perjalanan jauh, wajar kalau skill mengemudi adik ku ini jauh di atas ku.

Saat azan magrib berkumandang kamioun tiba di Masjid al-Muhajirin Betung yang merupakan masjid terbesar yang ada di daerah ini, di sini sangat nyaman untuk beristirahan dan keamanan parkir sangat terjaga,

Kamipun melakukan sholat magrib, sekalian melepas penat dan juga memakan sate rusa yang sudah kami beli tadi, duduk di warung yang terletak di halaman masjid kamipun membuka bungkusan sate tadi, kopi dan teh hangat ikut menyertai santap malam kali ini tidak lupa seekor kucing kampung milik yang punya warung ikut bergabung untuk menikmati satu rusa tersebut.

Kemacetan yang masih sering menghiasi jalur ini....

"Kayaknya jalan di depan macet kak" saat kutunjukan google maps yang berwarna merah 
"Iya...ya" jawab kakaku singkat.
"Bagaimana mau berangkat sekarang atau menunggu ?" Tanya ku ke adik ku yang baru kembali dari toilet.
"tersera" jawabnya juga
"Di depan ada perbaikan jalan.... jadi kalau malam seperti ini jalannya gantian" terang pemilik warung setelah mendengan percakapan kami.

Setelah berberes dan membayar minuman kepada pemilik warung kamipun melanjutkan perjalanan, ternyata benar kata pemilik warung bahwa perbaikan jalan antara perbatasan Betung dan Sumbawa  lumayan macet juga, adik ku yang lumayan capek menyetir dan tidak mau di ganti dari pergi dan pulang ini pun sempat tertidur sebentar di dalam antrian kemacetan ini.

Kendala di jalur ini kemacetan menjadi pemandangan yang tidak asing lagi, baik itu perbaikan jalan, jalan rusak ataupun saat ada kendaraan berbadan besar terbalik , di karenakan sempitnya jalan dan tidak adanya jalan alternatif yang bisa di lalui.

Sampai akhirnya 1,5 jam kami menunggu hingga mobil yang kami kendaraai bisa terbebas dari belenggu macet yang berjarak 2 KM, pukul 22:00 kami tiba di rumah kulihat muka letih adik ku, karena dia sendiri harus kembali ke rumahnya di kawasan Plaju yang paling tidak memakan waktu 1 jam lagi.
"Hati hari dek" sapaku
"Iya Kak"di jawab dengan suara seraknya.

Muaro Jambi dan Segenggam Silahturahim

Di Depan KUA Kecamatan Telanaipura

Hari ini hari yang mendebarkan bagi sepupu kami karena beliau akan melangsungkan pernikahaannya di KUA kecamatan Telanai Pura, Jambi, tetapi karena ketatnya protokol kesehatan yang di terapkan di sini sehingga hanya di persyaratkan berberapa orang saja yang bisa menyaksikan secara langsung acara sakral tersebut.

Aku dan saudara kupun hanya bisa menunggu di luar saja, keluarga paman yang memasuki ruangan pernikahaan di KUA dan keluarga dari mempelai perempuan juga tidak terlalu banyak,  itupun kami mendapatkan informasi bahwa di tempat acara hanya bisa di hadiri kurang lebih oleh 50 orang saja dan itupun di jaga oleh pihak kepolisan, TNI dan Polisi Pamong Praja dan berbatas waktu.

Aku juga sedikit bingung walau masa pandemi seperti ini di kota Palembang sendiri masih ada juga yang mengadakan acara tetapi tetap di atur kehadiran tamu dan undangan tanpa meninggalkan protokol kesehatan yang harus di terapkan, di sini seperti nya strike abis untuk acara pernikahan yang seperti ini .


"Gimana om, setelah selesai acara ini ?" tanya kakaku kepada ku setelah mendapat informasi mengenai jalannya acara yang akan di langsungkan di rumah mempelai perempuan.
"Mau bagaimana lagi kak, paling tidak kita anter sampai ke rumah mempelai permpuan kemudaian baru cabut ?" jawabku yang di susul dengan anggukan adikku.

Akhirnya kamipun melanjutkan renana kami seperti awal, setelah acara pernihakan selesai di lakukan di KUA Telanaipura dan iringan kendaraan pun bergerak ke rumah mempelai permpuan kamipun mohon izin ke para paman dan keluarga untuk menuju ke rumah sepupu di kawasan muaro jambi.

Selamat Menempuh Hidup Baru IOm Ican & Istri

Waktu Tempuh dari kota Jambi ke kawasan Muaro Jambi ini kurang lebih 1,5 jam itupun banyak kemacetan akibat pasar tumpah di pinggir jalan terutama di hari minggu seperti ini, yang paling terkenal dari kawasanan ini adalah candi Muaro Jambi yang pernah kami datangi pada tahun 2012 lalu ( Baca : Candi Muaro Jambi, Jejak peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. ), tetapi kali ini tujuan kami kali ini tidak untuk mengunjungi lagi kawasan candi tersebut walupun adik semapat bertanya apakan kita akan ke sana saat aku bercerita mengenai candi tersebut.

Kendaraan yang kami tumpangi terus menggulung hitamnya aspal, memasuki simpang muaro jambi kami pun mulai menyusuri tempat sepupuku ini, berbekal google maps yang sudah di berikan oleh anaknya, kalau di ingat sudah lama juga kami tidak bertemu, mungkin terakhir kali saat meninggalnya orang tua beliau yang merupakan ayuk dari ayah kami, itupun sudah bebeberapa puluh tahun yang lalu.

Beliau sudah menetap di kawasan Muaro Jambi ini sejak hijrah dari dusun tidak lama setelah mereka menikah, dan barusan ini juga ayuk sepupu ini tertimpa musibah dengan meninggalnya suami tercinta beliau sehingga saat ini beliau tinggal bersama anak-anak nya.

Berapa kali kami salah memasuki jalan karena point google maps yang tidak terlalu akurat, setelah beberapa kali telpon akhirnya kamipun bisa menyusuri jalan kecil yang masih rimbun dan banyak di tumbuhi oleh pohon-pohon hutan, suasana yang bisa di bilang suasana pedesaan yang asri, itupun sebelum sampai kerumahnya kamipun masih harus menunggu sebentar sehingga anak tertua beliau yang menjemput kami di dengan motor kami.
Kami dan keluarga sepupuku di Muaro Jambi
 
Motorpun menjadi pemandu kami dan kami jalan agak memutar karena kebetulan pada hari itu sedang di laksanakan gotong royong perbaikan jalan, dan taklama akhirnya kami sampai di rumah sepupu ini. Rumah dengan suasana yang cukup asri karena masih banyak tanaman dan udara yang masih segar membuat kami menikmati suasana ini, hanya ada beberapa rumah di kawasan ini membuat cukup lengang dan sepi tampak seorang bapak sedang melakukan perbaikan sumurnya, sedang yang lainnya sedang memperbaiki body mobilnya.

Pertemuan ini sudah lama kami rencanakan juga termasuk pesan dari ayah dan ibu agar kalau mempir ke Jambi sempatkan untuk ke tempat sepupu ini, kami banyak bercerita tentang segalanya karena sudah lama tak bersua, keluarga, anak perkerjaan, sekolah dan lainnya, ternyata anak beliau yang pertama ini sudah besar dan sudah bekerja dan sangat mirip dengan bapaknya.

Hampir setengah hari kami bercengkerama di sini untuk menabur silaturahim, segarnya kupasan buah nanas yang di sediakan juga sudah kami habiskan dari tadi, akhirnya kami pun pamit untuk bisa meluncur ke kota Palembang. Semoga segenggam silaturahim ini bisa terus berkesan.

Saturday, 19 September 2020

Masjid Tak Berdinding Itu Di Sebut Masjid Seribu Tiang

Tiang tiang yang menghiasi masjid seribu tiang, Jambi

Azan sudah berkumandang dari majid di kota ini , kamipun bergegas meninggalkan keelokan gentala arasy tujuan kami berikutnya adalah ke masjid Agung Al-Falah atau yang lebih di kenal dengan masjid seribu tiang, kamipun harus memutar balik kembali kendaraan, walau adiku sempat tinggal di kota Jambi karena pekerjaan tetapi karena sudah cukup lama ternyata banyak rute jalan yang sudah terlupa.

Dengan berbekal GPS di android maka kamipun berhasil memasuki kawasan masjid ini, masjid yang di klaim sebagai masjid terbesar di kota ini ternyata minim penerangan lampu terutama di area parkiran, sehingga kita agak sedikit gelap-gelapan.

Kamipun segera menuju ke tempat wudhu yang cukup luas, karena kami sudah tidak bisa ikut berjamaan lagi karena saat tiba sholat jemaah nya sudah selesai tetapi untuk masih ada orang lain yang mengadakan sholat berjamaan sehingga bisa mengikut di sana.

Jika tidak ada bahu untuk bersandar masih ada tiang untuk bersandar .... di sini banyak


Setelah berdoa dan berwirid  kamipun melepas penat sebentar di dalam masjid ini sambil menunggu waktu sholat Isya yang memang tidak akan lama lagi datang. Rasa penasaran yang terselip di hati mengenai jumlah tiang masjid ini menggerakan jari tangan ku untuk menghitung berapa banyak sebenarnya tiang di dalam masjid ini.

Kakak dan adik ku hanya tersenyum melihat kerjaan ku, ternyata setelah ku hitung jumlah tiangnya tidak sampai 300 buah atau tepatnya hanya 288 buah saja, tetapi justru masjid yang minim dinding ini menjadikan tempat yang lumayan adem untuk istriahat sambil bersandar di tiang......hahaha.

Denagn tiang di bagian luar berwarna putih sedangkan di tiang bagian dalam di lapisi dengan tembaga yang membuat tampak lebih artistik dan megah, azan isya tak lama pun berkumandang dan kamipun melebur menjadi bagian jemaah sholat berjamah di masjid ini. Masjid tak berdinding dengan banyak tiang membuat suasana menjadi nyaman tanpa perlu ada pendingin udara.

Ruangan dekat mimbar masjid