Sunday 20 September 2020

Muaro Jambi dan Segenggam Silahturahim

Di Depan KUA Kecamatan Telanaipura

Hari ini hari yang mendebarkan bagi sepupu kami karena beliau akan melangsungkan pernikahaannya di KUA kecamatan Telanai Pura, Jambi, tetapi karena ketatnya protokol kesehatan yang di terapkan di sini sehingga hanya di persyaratkan berberapa orang saja yang bisa menyaksikan secara langsung acara sakral tersebut.

Aku dan saudara kupun hanya bisa menunggu di luar saja, keluarga paman yang memasuki ruangan pernikahaan di KUA dan keluarga dari mempelai perempuan juga tidak terlalu banyak,  itupun kami mendapatkan informasi bahwa di tempat acara hanya bisa di hadiri kurang lebih oleh 50 orang saja dan itupun di jaga oleh pihak kepolisan, TNI dan Polisi Pamong Praja dan berbatas waktu.

Aku juga sedikit bingung walau masa pandemi seperti ini di kota Palembang sendiri masih ada juga yang mengadakan acara tetapi tetap di atur kehadiran tamu dan undangan tanpa meninggalkan protokol kesehatan yang harus di terapkan, di sini seperti nya strike abis untuk acara pernikahan yang seperti ini .


"Gimana om, setelah selesai acara ini ?" tanya kakaku kepada ku setelah mendapat informasi mengenai jalannya acara yang akan di langsungkan di rumah mempelai perempuan.
"Mau bagaimana lagi kak, paling tidak kita anter sampai ke rumah mempelai permpuan kemudaian baru cabut ?" jawabku yang di susul dengan anggukan adikku.

Akhirnya kamipun melanjutkan renana kami seperti awal, setelah acara pernihakan selesai di lakukan di KUA Telanaipura dan iringan kendaraan pun bergerak ke rumah mempelai permpuan kamipun mohon izin ke para paman dan keluarga untuk menuju ke rumah sepupu di kawasan muaro jambi.

Selamat Menempuh Hidup Baru IOm Ican & Istri

Waktu Tempuh dari kota Jambi ke kawasan Muaro Jambi ini kurang lebih 1,5 jam itupun banyak kemacetan akibat pasar tumpah di pinggir jalan terutama di hari minggu seperti ini, yang paling terkenal dari kawasanan ini adalah candi Muaro Jambi yang pernah kami datangi pada tahun 2012 lalu ( Baca : Candi Muaro Jambi, Jejak peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. ), tetapi kali ini tujuan kami kali ini tidak untuk mengunjungi lagi kawasan candi tersebut walupun adik semapat bertanya apakan kita akan ke sana saat aku bercerita mengenai candi tersebut.

Kendaraan yang kami tumpangi terus menggulung hitamnya aspal, memasuki simpang muaro jambi kami pun mulai menyusuri tempat sepupuku ini, berbekal google maps yang sudah di berikan oleh anaknya, kalau di ingat sudah lama juga kami tidak bertemu, mungkin terakhir kali saat meninggalnya orang tua beliau yang merupakan ayuk dari ayah kami, itupun sudah bebeberapa puluh tahun yang lalu.

Beliau sudah menetap di kawasan Muaro Jambi ini sejak hijrah dari dusun tidak lama setelah mereka menikah, dan barusan ini juga ayuk sepupu ini tertimpa musibah dengan meninggalnya suami tercinta beliau sehingga saat ini beliau tinggal bersama anak-anak nya.

Berapa kali kami salah memasuki jalan karena point google maps yang tidak terlalu akurat, setelah beberapa kali telpon akhirnya kamipun bisa menyusuri jalan kecil yang masih rimbun dan banyak di tumbuhi oleh pohon-pohon hutan, suasana yang bisa di bilang suasana pedesaan yang asri, itupun sebelum sampai kerumahnya kamipun masih harus menunggu sebentar sehingga anak tertua beliau yang menjemput kami di dengan motor kami.
Kami dan keluarga sepupuku di Muaro Jambi
 
Motorpun menjadi pemandu kami dan kami jalan agak memutar karena kebetulan pada hari itu sedang di laksanakan gotong royong perbaikan jalan, dan taklama akhirnya kami sampai di rumah sepupu ini. Rumah dengan suasana yang cukup asri karena masih banyak tanaman dan udara yang masih segar membuat kami menikmati suasana ini, hanya ada beberapa rumah di kawasan ini membuat cukup lengang dan sepi tampak seorang bapak sedang melakukan perbaikan sumurnya, sedang yang lainnya sedang memperbaiki body mobilnya.

Pertemuan ini sudah lama kami rencanakan juga termasuk pesan dari ayah dan ibu agar kalau mempir ke Jambi sempatkan untuk ke tempat sepupu ini, kami banyak bercerita tentang segalanya karena sudah lama tak bersua, keluarga, anak perkerjaan, sekolah dan lainnya, ternyata anak beliau yang pertama ini sudah besar dan sudah bekerja dan sangat mirip dengan bapaknya.

Hampir setengah hari kami bercengkerama di sini untuk menabur silaturahim, segarnya kupasan buah nanas yang di sediakan juga sudah kami habiskan dari tadi, akhirnya kami pun pamit untuk bisa meluncur ke kota Palembang. Semoga segenggam silaturahim ini bisa terus berkesan.

No comments:

Post a Comment