Thursday, 5 November 2020

Surga Yang Tersenyum Part.3

PUSARA

Ibu di pusara adik Tika

"Tidak terlalu jauh kak dari kuburan adik Tika" jelas adik lelakiku
"Kondisinya kering ya ?" tanya ku
"Kering kak.... bagus"jelas adik ku lagi
Berarti sudah tidak ada kendala guma ku dalam hati, kayu untuk kacapuri juga sudah di pesan dan lain-lain juga sudah tersedia semua.

Akupun tegak berdiri sebagai imam sholat jenazah di depan keranda yang berisi jenazah ayahku, takbir ku kumandangkan sebagai kewajibanku kepada orang yang paling ku hormati selama ini, terbayang semasa hidup beliau banyak sekali pengajaran hidup yang ku dapatkan dari beliau, beliau yang tidak pernah marah baik kepada kami anak- anaknya ataupun adik-adik beliau, hal inilah yang menjadi magnet tersendiri bagi beliau, sehingga adik-adik beliau pun sangat kehilangan sosok beliau sebagai kakak ataupun Bapak.

Bagi kami sendiri anak-anak beliau ayah merupakan sosok yang sangat mengayomi, berbeda dengan yang aku rasa sekarang dengan anak-anak ku, tetapi ayah pernah berpesan bahwa jadilah dirimu sendiri jangan jadi ayah karena kita berbeda jaman. Ku akhiri sholat ini dengan salam dan ku lantunkan do'a, semoga doa ini bisa di kabulkan oleh Allah, beberapa patah kata sambutan di sampaikan oleh paman sebagai permintaan maaf atas kesalahandan kehilafan ayah.

Saat ayah bertandang di rumah ayuk 

Sirine mobil ambulance yang membawa jenazah ayah berbunyi nyaring memecah jalan kendaraan lain, jarak yang di tempuh pun tidak terlalu jauh hanya beberapa kilo saja, pada awalnya tetangga-tetangga yang tinggal di seputaran rumah ayah ingin agar ayah di gotong saja kerandanya ke pemakaman sebagai penghormatan terakhir tetapi setelah di pertimbangkan kembali akhirnya kami lebih memilih menggunakan ambulance.

Bacaan tahlil, tahmid dan takbir berkumandang saat keranda menuju ke lubang kuburan yang sudah di persiapkan, rasa miris di dalam hati melihat orang yang tersayang akan di pendam di dalam bumi, tetapi kenyataan tidak bisa di tentang karena semua merupakan takdir nya.

Kondisi tanah makam yang kering membuat pemakaman mudah untuk di lakukan, biasanya di TPU Telaga Swidak ini harus menggunakan kotak karena derasnya air yang masuk ke dalam liang makam, mungkin karena jarak pemakaman ini tidak jauh dari sungai musi menyebabkan hal ini.

Aku dan kakak iparku pun masih terdiam di pusara ayah, adik ku berusaha untuk membersihkan tanah yang menempel di bajunya saat masuk ke dalam makam ayah tadi, tidak terasa hanya kami bertiga yang tertinggal di makam, kendaraan yang kami tumpangi tadi semuanya sudah pada berjalan pulang, akhirnya kamipun melangkah perlahan menuju rumah, karena TPU ini memang tidak terlalu jauh dari rumah tinggal orang tua kami.

Beberapa hari setelah pemakaman ayah... dan tanah itu pun masih merah

No comments:

Post a Comment