SANJUNGAN KESEDIHAN
Almarhum Ayah & Ibu |
"Ayah mu itu adalah orang yang hebat, dan pandai bergaul dan tidak ada orang tidak mengetahui itu"kata salah satu teman ayah saat selesai takziah
"Di kampung ini siapa yang tidak mengenal beliau, terutama kalau ada urusan hajatan atau sedekaahan beliau berada di barisan paling depan untuk mengatur distribusi konsumsi biar dapat berjalan dengan lancar" kata salah satu teman sejawat ayah lainnya\
"Tidak bisa di cari lagi yang seperti beliau saat ini" ujarnya lagi
Banyak pujian yang di ceritakan oleh teman -teman beliau menganai perbuatan beliau selama hidup di tempat ayah tinggal, serasa sesak dada ini menahan cairan panas yang seakan tidak terbendung lagi, padahal saat melihat jenazah ayah siang tadi tidak ada rasa sedih yang begitu haru seperti malam ini saat mendengan cerita kebaikan beliau.
Sudah sedari sejak tahun 1970-an beliau tinggal di sana, yang awalnya rumah panggung di atas rawa dengan jalan dari papan jembatan dari papan, tetapi itu tidak membuat beliau menjadi surut dari kehidupan, pandainya beliau bergaul dengan tetangga sehingga memang tidak mengherankan jika banyak yang mengenal beliau walapun jarak itu sudah ku anggap jauh dari rumah tempat ayah tinggal.
Aku mohon permisi kepada teman-teman ayah karena aku juga malu kalau sampai menangis di depan mereka, rasanya ingin ku pecahkan air mata ku tapi masih banyak tamu, akhirnya akupun menuju kamar mandi untuk mengusap mukaku yang sudah di linangi oleh air mata.
Rumah ini kembali terasa sunyi, hanya beberapa orang keluarga dan tetangga masih bercakap-cakap di bawah tenda, kursi-kursi yang di pakai para pentakziah tadipun sudah di rapikan, tidak terasa engkau meninggalkan kami begitu cepat, padahal baru seperti kemarin engkau banyak memberikan petuah bijakmu mengenai kehidupan kepada anakmu ini.
Aku hanya bisa menatap pijar bola lampu yang tergantung di atas tenda, kulepaskan napas panjang....."semoga engkau di surganya Allah".
No comments:
Post a Comment