Wednesday 14 October 2020

Mentari Di Penghujung Senja Part.2

Tidak Mengenali Lagi

Ayah & Ibu saat menunggu antrian film Si Doel 1

"Dokterrrrrr.........." Aku setengah berteriak dari ruang UGD, saat melihat ayah yang menggigil hebat karena panas nya yang tinggi, sehingga bunyi besi ranjang yang di tempati oleh ayahku begitu kuatnya berbunyi.

"Aku mau pulang...aku mau pulang, ada orang yang mau datang ke masjid"Mengigau ayahku yang beberapa nama juga di sebutkan untuk membukakan pintu masjid  .

Aku dan adik perempuanku hanya bisa menggenggam tangan ayah dengan kencang biar beliau tidak berlari keluar, ibu yang kulihat sudah menangis sedari tadi melihat kondisi ayah hanya bisa menangis di bagian kaki ayah, akhirnya dokter dan perawatpun masuk melakukan pengukuran suhu badan terhadap ayahku, ternyata suhu badan ayah lebih dari 40 drajat, dokterpun mengambil tindakan dengan  menyuntikan penurun deman melalui lengan ayah, dan beberapa menit kemudian ayah tidak lagi gelisah dan suhu tubunya pun menjadi normal.

Kejadian seperti ini sudah dua kali ku lihat pertama kali saat ayah awal mengalami kecelakaan pada tahun 2010, panas tinggi, mengiggau dan juga guncangan yang hebat hingga membuat ranjang rumah sakit berbunyi hebat, dan yang kedua adalah yang barusan terjadi.  Memang benturan yang di alaminya saat itu cukup keras hingga helm yang di pakai oleh ayah bisa terbelah dua.

Romadhon tahun ini merupakan romadhon yang teristimewa bagi kami karena, kami harus bergantian merawat ayah di rumah sakit, padahal biasanya kalau romadhon kami banyak bertandang ke rumah ayah terutama cucu-cucu beliau sangat senang karena banyaknya makanan, tetapi berbeda untuk tahun ini.

"Aku mau pulang........Siapa Kau ?" kata ayah sambil bertanya

Aku terkejut karena mengapa sampai ia tidak mengenali ku, berkali-kali di dalam rumah sakit beliau berbuat yang aneh-aneh untung saja kami berada di ruangan yang hanya pasienya ayah seorang sehingga tidak merepotkan orang lain. Dari ingin mencabut selang infus, ingin selalu ke kamar mandi, berjalan bolak balik selasar rumah sakit, tetapi yang paling menyakitkan beliau tidak mengenali kami.

Entah penyakit apa yang sudah menyerang ayah padahal pada saat masuk UGD beliau itu hanya terkena panas tinggi dan susah BAB tetapi mengapa menjadi begini, tanyaku dalam hati sambil mencari jawabannya. Lembaran halaman al-quran yang ku baca melalui smartphone ku pun  tidak di hiraukan oleh ayah dia sibuk dan tenggelam dunianya sendiri dan seperti inilah yang terkadang membuat ibu menangis.

Beberapa hari pun berlalu, hari ini kondisi fisik ayah sudah mulai pulih, suhu tubuh sudah normal begitu juga selera makan pun normal dan tidak ada lagi kesulitan dalam BAB, adik laki-laki ku pun menjemput ayah saat sholat taraweh sedang di langsungkan dengan mobilnya di iringi dengan gerimis yang mulai membasahi bumi,  kami sangat senang dengan kepulangan ayah di rumah walaupun kondisi mental ayah sendiri masih kuanggap belum pulih seperti sedia kalah, tetapi ada yang membuat ibu khawatir lagi karena saat kepulangan ayah itu adalah tiga hari lagi  menjelang adalah hari raya idul fitri, karena lebih fokus ke perawatan ayah di rumah sakit mungkin idul fitri kalai ini tanpa persiapan apa-apa.

No comments:

Post a Comment