Sunday, 13 October 2019

Kami Dan Pasar Loak Cinde Di Minggu Pagi



Minggu pagi yang cerah ini, dengan matahari yang panas menyengat, aku pun mengarahkan kendaraan ku ke arah pasar loak/barang bekas cinde yang memang ramai saat hari Minggu pagi, pasar dadakan  Minggu pagi yang lebih di kenal oleh masyarakat Palembang sebagai pasar cinde karena terletak di kawasan pasar cinde yang terbentang dari Jalan Karet, jalan AKBP Kemas Kailani (Bioskop Mawar) hingga ke jalan Cinde Welan, begitupun trotoas sepanjang jalan sudirman dari simpang jalan AKB Kemas Kailani sampai ke pasar cinde juga di penuhi pedagang saat Minggu pagi, 

Pasar barang bekas cinde ini hanya beroperasi pada hari Minggu mulai pukul 6 pagi sampai 12 siang, pasar yang sudah sejak tahun 1960-an ini, banyak menyediakan barang-barang baik bekas atapun yang masih baru sekalipun, soal harga bisa di tawar asal cocok sama cocok.

Untuk hari bisa kawasan ini hanya di dapati sebagai tempat penjual spare part motor dan mobil, sebagian menjual hewan hias, dan tempat las serta pembuatan barang-barang pabrikasi, yang juga lebih sepi di bandingkan pada hari Minggu pagi. 


Saat melihat hewan-hewan di pasar loak cinde
Kami pun lumayan sering berkunjung ke pasar loak cinde ini, hanya sekedar untuk cuci mata ataupun mencari barang-barang yang di butuhkan, jika di ajak ke sini adek sendiri lebih senang memperhatikan hewan-hewan seperti burung, ayam kalkun, kucing anggora, hamster, kelinci dan hewan lain sebagainya. Adekpun bisa berlama-lama memperhatikan tingkah laku hewan-hewan di  dalam sangkar tersebut.

BJ yang merupakan singkatan "Burukan Jambi" atau pakaian bekas yang masih layak pakai merupakan barang dagangan yang terkenal di sini, barang-barang bekas yang merupakan import dari Singapura yang masuk ke Indonesia melalui daerah tungkal dan di sebar sampai ke kota ini. 

Jadi tidak heran kalau banyak melihat pedagang BJ di pasar loak Cinde ini dari hamparan sampai toko permanen, dari menjual celana pendek sampai setelan jas yang masih mengkilat.

Sudah hampir mencapai ujung, terlihat crane yang merupakan bagian dari pelaksanaan kostruksi pasar cinde yang baru
Semakin mendekati ke eks pasar cinde yang sudah di bongkar yang rencananya akan di bangun menjadi pasar terintegrasi yang lebih modern, artinya pasar loak ini sudah mendekati ke ujung perjalanan, biasanya kami memesan lupis dan getuk makanan khas yang di siram dengan gula merah, di mana saat membeli kita harus sabar antri karena "pak De" banyak melayani pembeli yang lain. Selain membeli getuk dan lupis terkadang kamipun menyantap kuliner seperti bubur ayam, mie ayam ataupun sate padang yang menjadi jajanan street kuliner di pasar loak ini.

Banyak cerita dan geliat ekonomi di pasar loak cinde ini, barang-barang bekas yang tidak terpakai  menurut kita bisa jadi akan terpakai dan di perlukan untuk orang lain sehingga terjadilah transaksi di pasar ini, pasar yang terletak di pusat kota ini tidak pernah sepi pengunjung yang menjadi salah satu dari urat nadi ekonomi kota ini.

Yang di tandai merah merupakan lokasi pedagang pasar loak cinde pada Minggu Pagi

No comments:

Post a Comment