Sunday 6 October 2019

Guratan Tua Si Pampasan Perang.

Palembang Heritage Half Day Tour Sesion 2 -  Pipinya dek....
Setelah melintasi rumah sakit AK. Gani & Kawasan Museum SMB II di mana tepat di bagian belakang Museum SMB II ini terdapat area kuliner yang di sebut "De burry Cafe Museum", kami pun berjalan lurus saja sehingga icon kota yang sangat terkenal yaitu "Jembatan Ampera" Sudah bisa terlihat dari tempat kami berdiri.

Masyarakat Palembang sendiri sering menyebut jembatan ini sebagai "proyek", hal ini terkait saat pembangunan jembatan ini baik di seberang ulu maupun di seberang ilir terdapat papan plang yang bertuliskan " Proyek Musi", sehingga saat ini masyarakat Palembang terutama yang tua-tua lebih mengenal jembatan Ampera ini sebagai proyek. Dan yang juga tidak di lupakan oleh masyarakat yaitu pemadaman listrik dalam kurun waktu 3 tahun, di karenakan besarnya listrik yang di perlukan untuk pembangunan proyek jembatan Ampera tersebut sehingga berimbas ke listrik masyarakat yang sering mengalami mati lampu. 
Adek menaiki tangga untuk ke atas jembatan Ampera
Gagasan mengenai pembangunan jembatan yang menghubungkan wilayah Seberang Ilir dan Seberang Ulu tersebut sebenarnya sudah muncul sejak zaman Belanda, tepatnya di tahun 1906 pada masa Gemeente. Gagasan tersebut kembali mencuat pada tahun 1924, saat Palembang dipimpin Cocq De Ville. Meski dilakukan banyak usaha untuk mencapainya, niat pembangunan jembatan tersebut tidak pernah terealisasi, bahkan hingga Belanda hengkang dari Indonesia.

Adekpun mulai menapaki tangga naik untuk ke atas jembatan ampera,  tangga naik ini terdiri dari 4 buah yaitu 2 berada di kawasan seberang ilir  dan 2 lagi yang berada di kawasan seberang ulu. Dulu tangga naik ini baunya tidak karu-karuan dari bau sampah, urine sampai ada yang BAB di tangga ini, tetapi saat ini kesadaran masyarakat sudah bertambah sehingga saat menaiki tangga ini tidak ada lagi bau-bauan yang menyusup  ke rongga hidung.

Tangan jaketnya dek kepanjangan
Jembatan Ampera yang punya panjang 1.177 M (bagian tengah 71,90 M). lebar 22 M dan tinggi 11.5 M dari permukaan air. Tinggi dua menara di kedua sisinya 63 M dari permukaan tanah dan jarak antara menara adalah 75 m. Beratnya 944 ton. dibangun dengan menggunakan dana rampasan perang yang diperoleh dari Jepang. Jepang yang kalah dalam Perang Dunia II tercatat berhutang sebesar USD 223,08 juta (sekarang setara USD 1,8 miliar/ Rp. 20 triliun) kepada Indonesia, yang dicairkan secara berkala selama 12 tahun sejak 1959.

Bagi adek sendiri sebenarnya ber Selfie di jembatan ini bukan kali pertama karena hampir tiap minggu melintasi jembatan ini saat mau ke tempat nenek di seberang ulu, walaupun saat ini jembatan musi 4 lebih memperpendek waktu tempuh kami ke kawasan tersebut.

Kabut asapnya masih ada ...
Cerita dari ayah kami dulu saat jembatan ampera ini masih bisa di naik turun kan merupakan keseruan sendiri saat melihatnya, saat itu ayah kami bersekolah di area yang saat ini menjadi monpera, dengan menggunakan sepeda ontel dan terkadang berjalan kaki dari tempat tinggal beliau di daerah kertapati.

Saat ada kapal besar akan melintas suara sirine  yang terpasang di tower jembatan tersebut akan meranung keras,  signal lampu lalu lintas pun berkedip berbarengan, palang besi akan tertutup baik yang di seberang ilir maupun di seberang ulu, butuh waktu sekitar 30 menit untuk menaikan bagian tengah jembatan tersebut dan 30 menit lagi untuk menurunkannya, kendaraan saat itu tidak seramai sekarang, hanya jenis angkot dan bus dengan merk Chevrolet, Fiat, Austin, Dodge,Fargo, dan jeep wilys tuturnya.
Dengan latar belakang stasiun LRT 
Bisa di bayangkan jika sekarang jembatan ini masih bisa di naik turunkan saat ada kapal besar yang lewat dan membutuhkan waktu 1 jam untuk menaikan dan menurunkan bagian tengah jembatan, pasti kan terjadi kemacetan yang sangat panjang.

Pada era Walikota Edy Santana putra, jembatan ini dipercantik dengan pemasangan lampu hias pada tower jembatan Ampera. Ampera pernah berganti warna cat hingga dua kali, yaitu pada tahun 1992 dari abu-abu menjadi kuning, kemudian tahun 2002 dari kuning menjadi merah. Saat menyambut Asian Games 2018, Jembatan Ampera terus dipercantik dengan penambahan jam besar di towernya serta lampu hias dan bangku taman di trotoarnya sehingga lebih banyak pengunjung yang datang berkunjung ke jembatan ini.

Gaya Dek....... 1 2 3... "Cek rek"
Walaupun di klaim bisa jembatan ini bisa bertahan selama 1 abad alias 100 tahun tetapi hal tragis dan mengenaskan juga menimpa jembatan ini, beberapa kali pondasi jembatan ini di tabrak oleh tongkang pengangkut batubara bahkan di seberang ulu badan jembatan ini sempat terbakar sehingga banyak menimbulkan retakan-retakan pada badan jembatan ampera ini.

Tidak terlalu lama di atas jembatan ampera ini kamipun turun melalui tangga yang sama, adek turun dengan cepat mau menuju ke halte bus terintegrasi, adek pun berpose lagi dengan latar belakang gedung pasar 16 ilir yang merupakan gedung baru pengganti gedung pasar 16 yang terbakar di tahun 1995.
Dengan latar gedung pasar 16 ilir
melintasi bawah jembatan ampera terdapat taman dan ruang publik yang di manfaatkan sebagai panggung arena yang bisa di gunakan untuk kegiatan seni budaya, olahraga, bakti sosial dan lain sebagainya. Tetapi saat sore hari kawasan ini akan penuh dengan pedagang yang menggelar dagangannya di kawasan ini, berdasarkan sejarah yang saya baca kalau cikal bakal pasar 16 ilir pun berasal dari para pedangan seperti ini yang di sebut pedagang "Cungkukan".


No comments:

Post a Comment