Thursday 7 February 2019

Kembali Ke Rangkasbitung Dengan Sejuta Koper

Stasiun besar Rangkasbitung

KA Lokal St. Kenceng - St.Rangkasbitung & KRL. St. Rangkasbitung - St. Tanahabang

Mobil ku kebut dengan kecepatan 60km/jam karena harus mengejar kereta pukul 10: 36 di stasiun kernceng, jangan sampai seperti kejadian "pacar ketinggalan kereta" lagi.

Mobil lumayan padat isi 9 orang termasuk juga koper ransel dan bawaan lainnya. Memotong beberapa trailer dan mobil pembawa peti kemas, pas pukul 10: 20 kami tiba di stasiun krenceng.

"Bun, langsung beli ticket untuk 6 orang" Seruku ke bunda sambil mencari posisi parkir untuk mobilnya.


"Siap ya" Jawab bunda sampai setengah berlari menuju loket, dan Alhamdulillah akhirnya kami masih bisa mendapatkan ticket KA ekonomi tersebut.

Gerbong tidak terlalu ramai banyak anak-anak TK yg naik juga satu gerbong dengan kami. Musibah yang tak ku sangkapun terjadi, saat menuju ke stasiun krenceng pegangan troli koper kami patah tersangkut batu saat mau naik kereta terpaksa koper itu di tenteng juga, mana resleting nya juga mulai bermasalah. Kalau di lihat umur memang sudah lumayan lama koper ini mengikuti kami liburan kami atau perjalanan dinas saya.

Pukul 10: 36 peluit panjang kepala stasiun sudah di buniyikan, kereta mulai berangkat menuju 8 stasiun berikutnya sebelum menuju ke stasiun akhir yaitu stasiun besar Rangkasbitung.

Sesaat sebelum keberangkatan ke Rangkasbitung, Tante Ana pun ikut mengantar
Di perjalanan di sisi kiri dan kanan banyak di hiasi dengan hamparan sawah dan tampak rombongan burung bangau putih yang terbang dan hinggap secara bergerombol juga, juga sebagian petani lagi bekerja disawah merupakan pemandangan yang sangat langkah untuk orang yang tinggal di perkotaan.

Dengan waktu tempuh yang +/- 2 Jam tidak terasa kalau kereta sudah memasuki stasiun besar Rangkas bitung.

Di peron 3 & 17 stasiun 

"Ibu belum pernah naik kereta ya? " Tanya petugas kereta api di stasiun Rangkasbitung.
"Bukan belum pernah naik pak tapi belum pernah beli ticket" Jawab bunda

Cerita bunda ke ayah pada saat bunda selesai membeli ticket,  sesaat ayah baru keluar dari musholah stasiun.

Kartu Commuter Line

"Kalau beli ticket KRL beda dengan ticket lokal, ada deposit/jaminan dan harga ticket jadi sperti distasiun ini (Rangkasbitung) kita kena 18 ribu per orang tapi 10 ribunya di kasih dalam bentuk ticket dan bisa di Reffund di stasiun Tanahabang" Jelasku kepada bunda. Tapi biarlah hal ini akan menjadi pengalaman bunda untuk memberli ticket commuter ini.

Masih sekitar 20 menitan lagi KRL tujuan tanah abang masih belum nampak justru kereta pengangkut barang yang masuk ke peron 1.

"Bun, lapar? kata Kakak
" Mau, makan nasi atau roti? Tanya bunda, Karena di stasiun rangkas bitung sudah dilengkapi dengan tenant CFC dan roti O,.
"Nasi" Jawab kakak dan adek serentak

Maka masuklah ke gerai CFC, kebetulan ada SMS promo dari CFC yg masuk ke HP istri. Saat KRL memasuki peron 3 penumpang sudah pada berdiri untuk mencari tempat duduk, lumayan kan kalau berdirinya sampai 2,5 jam sampai stasiun tanah abang.

Kondisi di dalam gerbong commuter
Saat di kerta mulailah paket cfc, mereka berdua mulai makan sampai selesai, kita saat itu nggak tau kalau ada larangan makan di KRL, itu pun tau saat pintu KRLnya tertutup.

"Yah, tadi petugas KRLngasih kode nggak boleh makan?
" Kata bunda, saat Safira dan azam makan paket CFC nya tadi. "Biar sajalah dari mereka rewel, kalau sudah makan kan bisa tidur " Kataku.

Pukul 13.15 kerta melaju menuju 17 stasiun seblum sampai ke stasiun tanah abang.

"Yah, mau pipis? " Bisik kakak
ditahan nggak kak, tinggal 5 stasiun lagi, krn di KRL nggak ada toiletnya" Jawab ku
yah" Jawab kakak  sambil mukanya ditekuk

Dan tepat pukul 15: 09 kereta sampai di stasiun tanah abang, dan sempat ketemu te Vivi dan suaminya yang akan berbulan madu ke malang dan Jogja. Welcome to Jakarta, petualangan akan di mulai kembali.


Surga belanja & starbuk keliling

Pose nyai di tanah abang
Sambil menenteng koper yang patah pegangannya dan ransel yang beratnya lumayan termasuk kulit kerang dan karang, yang di ambil dari pantai berok, menjadikan ujian tersendiri.....sabar....sabar...sabar, yang masalah si beratnya bukan sabarnya.....hahahha.

menyelusuri selasar stasiun tanah abang lumayan panjang tetapi untungnya ada escalator yang mempermudah perjalanan, setelah di pintu keluar stasiun dan menukar kartu deposit commuter line kamipun memesan taxi online untuk menuju ke penginapan. dan alhamdulliah tidak terlalu lama taxi online pun datang di antara macetnya jalan yang di penuhi pedagang dan kerdaraan.

Pukul 16: 00 kami sampai di penginapan di kawasan kampung bali, tanah abang, rencana awal yaitu wisata belanja ke tanah abang.

Setelah makan siang, sholat makan kami keluar dengan berjalan kaki ke kawasan tanah abang karena jaraknya +/- 400m dari penginapan kami, ini alasan saya memilih penginapan di sini via aplikasi online airy.

Bunda saat mencoba starbak keliling (Starling)
Pasar Tanah Abang yang dulu dikenal dengan Pasar Sabtu berdiri sejak tahun 1735. Yustinus Vinck adalah sosok yang dikenal sebagai pendiri pasar perdagangan ini atas izin dari Gubernur Jenderal Abraham Patramini.

Tak hanya dikenal dengan Pasar Sabtu, kabarnya orang-orang Belanda saat itu juga memanggilnya De Nabang. Sebab, di sana konon terdapat banyak pohon nabang atau pohon palem yang tertanam di sekitar kawasan itu. Kemudian, masyarakat Batavia mulai merubah panggilan pasar tersebut menjadi Tenabang.

Bunda dan nyai langsung menyelusuri pasar tanah abang di mulai dari blok A samapai blok F, sejujurnya saya malas jika acara belanja dengan emak-emak, taulah sendiri.


No comments:

Post a Comment