Hampir satu minggu kami di pulau ini, dari pantai sampai makanan khas sudah kami coba, tetapi jujur saja waktu satu minggu belum apa-apa masih banyak destinasi yang belum kami kunjungi di pulau timah ini.
Pukul 6:30 kamipun sudah bersiap untuk meninggalkan kelapa, mobil rental yang sama yang akan mengantar kami ke pelabuhan tanjung kalian yang akan di tempuh kurang lebih 1,5 jam, rencana kami kapal pukul 8 atau pukul 9 yang akan menjadi transportasi kami ke Palembang.
Mobil pun melaju melibas setiap kilometer aspal yang ada, dengan panorama kebun sawit dan tanaman lada, terus melaju deras ke arah Muntok, setelah 1 jam berlalu akhirnya kamipun sampai juga, makcik dan wacik langsung mencari informasi mengenai kapal, setelah ok, akupun membeli ticket untuk kami.
Makcik & Wakcik
Kapal ini rencanaya akan berangkat pada pukul 9 meninggalkan pelabuhan Tanjung Kalian dengan segala ceritanya, kapal berlayar membelah ombak laut, gelombang cukup tenang mungkin sekitar pukul 6 atau pukul 7 malam kapal ini akan sandar di pelabuhan ferry 35 Ilir.
Sama seperti saat pergi, kapal yang juga di lengkapi tempat tidur ini menjadi nyaman terutama bagi adek, kakak dan ayuk pun yang sudah kelelahan tidak pelak lagi juga langsung membaringkan diri di kasur kapal ini.
Lampu dari pabrik PT. Pusri
Lampu-lampu di pelabuhan Boom Baru
Kapal terus melaju, saat memasuki perairan sungai musi, jam tanganku menunjukan pukul 7 malam, ku ajak ayuk dan kakak untuk duduk di luar bersandar pada dinding kapal, tampak lampu-lampu yang menyala berwarna warni di pinggiran sungai musi, PT.Pusri, Boom Baru dan perkampungan penduduk pun kami lewati. Tak lama berselang setelah melewati jembatan Ampera dan BKB kamipun memasuki pelabuhan 35 Ilir, yang berarti menyudahi jurnal untuk perjalanan kali ini.
Route perjalanan kapal ferry dari pelabuhan Tanjung kalian ke pelabuhan 35 ilir tangga buntung
Prasasti peringatan Pembunuhan Massal (Banka Massacre)
Prasasti peringatan pemboman kapal Australia dan pembantaian oleh pihak Jepang
Cukup berjalan kaki karena jaraknya yang sangat dekat dengan mercusuar yang tadi kami naiki kamipun mengunjungi tempat ini, sebenarnya awalnya tertarik dengan adanya bangkai kapal yang di biarkan begitu saja, tetapi setelah membaca sejarah di prasati tersebut kami pun mengerti kalau ini adalah sisa-sisa keganasan perang dunia ke 2.
Prasasti peringatan yang tidak jauh dari mercusuar tanjung kalian ini merupakan bukti sejarah keganasan perang dunia ke II, prasasti yang di buat pada 2 Maret 1993 ini di dedikasikan untuk pasukan "8TH AUSTRALIAN DIVISION & 2ND AUSTRALIAN IMPERIAL FORCE" oleh salah seorang exs perawat yang masih hidup, dimana pada saat itu korp perawat angkatan darat Australian yang bertugas di kepulauan Bangka pada masa perang dunia ke II dari tahun 1942-1945. dan kejadian ini di kenal dengan Pembunuhan Massal (Banka Massacre).
Sisa bangkai kapal Vyner di Pantai tanjung kalian
Dimana kapal Vyner Brooke milik Australian di bom oleh angkatan udara Jepang di lepas pantai Bangka pada tanggal 14 Februari 1942 yang membawa prajurit Australia yang terluka dan 64 perawat Australia dari Singapura. Sampai saat ini bangkai kapal Vyner Brooke masih bisa di lihat di lepas pantai Bangka dan menjadi salah satu tempat favorit untuk berfoto.
Sebagian yang masih hidup di bunuh di lepas pantai Bangka pada 16 Februari 1942, sebagian lainnya meninggal dalam kamp tawanan Jepang dan tawanan lainnya berhasil kembali ke Australia setelah sebelumnya menjadi tawana perang periode 1942-1945.
Pantai Tanjung Kalian berpasir putih dan tidak memiliki batu-batu granit raksasa seperti kebanyakan pantai di Bangka Belitung. Terdapat banyak Pohon Ketapang di pantai. Pantai ini juga menjadi saksi sejarah karena menjadi salah satu pantai yang sering dikunjungi Bapak Pendiri Bangsa, Ir. Soekarno, saat dibuang di masa – masa perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Salah satu yang sempat kita nikmati adalah otak-otak bakar khas Bangka yang banyak terdapat di seputaran pantai tanjung kalian. Dengan harga yang cukup murah yaitu Rp.1.500,- s.d Rp.2.000,- sudah dapat menikmati otak-otak bakar khas Bangka yang di buat dari Ikan tenggiri tersebut, dengan di cocol saus pedas menambah kenikmatan kuliner ini. Setelah selesai menyantap otak-otak di kawasan pantai tanjung kalian ini kamipun beranjak kembali ke penginapan untuk persiapan kembali ke Palembang esok harinya.
Hari ini kami memulai perjalanan dari rumah acik mimin, acik sendiri merupakan kakak kandung dari bunda sedangkan ujuk merupakan adik kandung bunda dan acik yang paling bungsu, dengan menggunakan mobil rental yang sama kamipun menuju ke Tanjung Kalian yang tidak berjahuan dengan pelabuhan penayebrangan, saya penasaran sekali dengan mercusuar yang ada di kawasan tanjung kalian yang berdiri gagah penyambut para pendatan saat turun dari kapal. Dengan menempuh jarak +/- 1 jam 30 menit dari rumah tempat kami menginap, mobil yang kami rental melaju cepat karena jalan-jalan di kota Bangka bisa di bilang hampir 100% kondisinya mulus.
sessat kemudian kamipun tiba di lokasi mercusuar, kamipun bertemu dengan penjaganya dan justru beliau yang menawarkan kami apakan mau untuk menaiki mercusuar tersebut, dengan membayar 5 ribu Rupiah per orang, akhirnya kami berempat mulai menapaki tangga mercusuar tersebut dengan semangat ternyata capeknya luar biasa bro...... apalagi untuk orang yang berbadan besar seperti saya...heehehe.
Aku Bersama kakak, di lengkungan bekas lift
Saya sempat beristirahat beberapa kali sekedar untuk mengambil napas biar bisa menapaki anak tangganya satu persatu, itupun di iringi oleh cerita kakak safira kalau di melihat tangan penuh darah di salah satu dinding di saat kami menapaki anak tangga tersebut, memang cerita dari penjaga banyak kisah mistis yang di lihat oleh para pengunjung terkait mercusuar ini itu yang saya dengar setelah turun kembali ke bawah, tetapi satu hal yang pasti di balik cerita itu semua bahwa saya harus sampai di puncak mercusuar.
Mercusuar tanjung kalian, mercusuar ini di bangun oleh Belanda pada tahun 1862, tengan menjulang kokoh dengan ketinggian kurang lebih 65 meter dan memiliki 117 tangga batu yang berbentuk melingkan dimana sebanyak 19 anak tangga terbuat dari kayu, letaknya di bagian atas. Setiap anak tangga yang berjumlah 10, maka akan ada ruang dengan sebuah jendela yang berbentuk lingkaran sedang, dimana kita bisa melihat keluar dari menara. Tapi untuk yang punya sakit jantung ataupun tekanan darah tinggi yang akut tidak di sarankan untuk menaiki mercusuar ini, karena bisa membahayakan dirinya.
Di bagian atas mercusuar terdapat perangkat lampu yang masih asli dengan kekuatan sorot 40 mil dengan kekuatan 1.000 watt, setiap di nyalakan di butuhkan 20 liter solar yang bisa bertahan sampai dengan 12 jam.
Plat produksi yang di tempel di dalam ruangan bagian atas.
Capeknya pool bro, ambil nafas dulu sebelum keatas
Tetapi saat di atas.... we can see al, thanks Gods
Lubang pintu untuk melihat keluar foto : kompasiana.com
Anak tangga kayu yang berada di atas foto : kompasiana.com
Didalam mercusuar ini ruangan antar anak tangga begitu sempit, sehingga jika ada pengunjung yang ingin naik bertemu dengan pengunjung yang akan turun maka salah satu diantara mereka harus mengalah menepi dahulu ke ruangan yang berjendela itu. Didalam mercusuar Bagi saya, anak tangganya lebih besar daripada anak tangga yang normal, jadi harus melangkahkan kaki cukup tinggi supaya tidak tersandung, bahaya loh kalo tersandung dan jatuh dari tangga, fatal akibatnya, jangan ditanya lagi.
Tangga mercusuar foto : kompasiana.com
Konon menara ini juga merupakan tempat eksekusi gantung para tahanan Jepang, jadi jangan heran jika aura mistik disini begitu kuat. Waktu saya akan masuk ke mercusuar saja, bulu kuduk saya merinding berdiri sendiri. Tapi walaupun begitu katanya, sang penjaga mercusuar, makhluk-makhluk disitu tidak menganggu, hanya saja residu dari tragedi masa lalu yang pahit, pantas saja “Mister Tukul Jalan-Jalan” sampai pernah meliput disitu, ternyata oh ternyata penyebabnya itu loh.
Kaka safira menunjuk " Di sini yah... ada tanggan yang berdarah"
Anak tangga dari kayu yang berada diatas Didekat pintu masuk mercusuar ada sebuah sumur yang berukuran cukup sedang, katanya menurut penjaga mercusuar juga, sering nampak wanita yang sedang duduk dipinggir sumur sambil memainkan rambutnya yang panjang. Wah kalo itu sih saya antara percaya dengan enggak juga, mana mungkin makhluk abstrak menampakkan rupa, sedangkan rupa mereka begitu buruk, makanya jangan heran kalo lihat yang begituan, ada yang teriak, nangis, takut, dan sebagainya, karena wajah mereka itu buruk, kata ibu saya itu sih, tapi kalo dipikir-pikir lagi, ada benarnya juga sih wajah buruk dengan respon korban yang melihatnya, hehehe.
Walaupun sekarang sudah berumur kurang lebih 153 tahun lamanya, menara ini masih dalam kondisi sehat, hampir tak ada cacat sama sekali, walaupun sudah melewati 1 abad lamanya, hanya saja diatas, memang banyak coretan nama yang ditulis oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, walaupun begitu, tak mengurangi nilai estetiknya menjadi sebuah tempat wisata dan sangat bersejarah. Selain itu juga pekarangan halamannya juga bersih, sangat enak untuk dipandang oleh mata para pengunjung.
Aktifitas dari pelabuhan tanjung kalian di lihat dari atas mercusuar foto : kompasiana.com
15 Agustus 2013 (Hari ke-1) Hari ini kami berangkat sekeluarga berangkat menuju pulau Bangka bersama nyai dan ujuk , selain untuk refresing sebenarnya ada tujuan pekerjaan juga yang akan ku selesaikan, dari rumah kami bertolak menuju dermaga ferry 35 ilir, karena kapal ferry keberangkatannya di pelabuhan ini sedangkan untuk kapal cepat atau jet foil di pelabuhan boom baru.
Sesampai di pelabuhan 35 ilir kamipun, mencari informasi untuk pembelian ticket kapal yang lumayan bagus, baik dari sisi tampilan luar ataupun bagian dalam, setelah mendapat informasi kamipun melewatkan perjalanan kapal kayung yang berangkat saat ini dan berangkat menggunakan kapal ferry pada pukul 10.
Penumpang lumayan ramai, terlihat banyak yang duduk di tengah pelabuhan 35 ilir ini, kamipun ikut duduk di sana, ayuk dan kakak sibuk dengan mainannya masing -masing, sedangkan adek alhamdulilah tidak rewel masih tenang walaupun suasana agak panas di dalam pelabuhan ini.
Kakak yang di jaga takut nyemplung ke sungai musi
Setelah ada perintah naik kamipun segera menaiki kapal tersebut, memang benar informasi yang saya dapatkan, di kapal ini memiliki tempat tidur sehingga bunda tidak terlalu repot untuk menggendong adek sedangkan, ayuk , nyai dam ujuk juga beristirahat di kasur kapal ini, hanya kakak yang berjalan mondar-mandir yang ayah jaga karena takutnya tercebur ke laut.
Kapal yang akan berlayar selama kurang lebih 8 jam ini, membuat kami mepersiapkan segalanya termasuk makan siang yang sudah kami kemas, camilan untuk anak-anak, termasuk pakaian dan susu untuk adek.
Adek yang tampak mulai rewel di perjalanan
Kami pun bersandar di pelabuhan tanjung kalian pada pukul 7 malam, saat di jemput oleh keluarga kamipun di arahkan untuk menginap di rumahnya daerah Muntok terlebih dahulu, biar besok hari bisa ke daerah Kelapa pada pagi harinya.
Dengan menaiki ojek kamipun menyusuri jalan menuju rumah sudara yang kami panggil udah Fahmi, orangnya ramah baik dan religius, beliau tinggal di pulau Bangka ini bersama istrinya yang kebetulan salah satu abdi negara di daerah Muntok ini. Kami di jamu makan malam dan minuman hangat. 16 Agustus 2013 (Hari ke-2)
keesokan harinya setelah sarapan pagi kami di antar sampai ke halte tempat menunggu angkutan umum ke arah Pangkal Pinang, karena daerah Kelapa sendiri terletak di pertengahan antara Muntok dan Pangkal Pinang.
Jangan berharap kalau angkutan umum di sini ramai, karena masih sepinya daerah dan jarak antara kampungpun lumayan jauh maka yang mendominasi transportasi publik adalah ojek, sedangkan untuk ke Pangkal Pinang sendiri kita bisa menggunakan bus ataupun mobil travel sejenis elf dengan waktu tempuh dari Muntok kurang lebih 3 Jam, tetapi hebatnya pulau ini jalan yang ada ini mulus tanpa terlihat lubang sama sekali.
Setelah mendapatkan bus ke arah pangkal pinang kami ber 7 pun naik, bus melaju dengan kencang tanpa hambatan, saat melihat dari jendela bus tanpak seperti bayangan saja tumbuhan yang ada di luar bus, lebih kurang 1,5 jam kamipun sampai di daerah kelapa, rumah acik minim dan makcik tepat di pengkolan SD, mereka menempati rumah dinas puskesmas yang semi permanen, tetapi lumayan luas tempatnya.
Kamipun beristirahat terlebih dahulu, sekaligus sore nanti bersama acik mimin akan menuju Pangkal Pinang meninjau lokasi,dan akan menggunakan motor beat yang ada di rumah ini, semoga perjalanan ini akan lancar saja.
17 Agustus 2013 (Hari ke-3)
Hari ini HUT RI ke-68, sudah melebihi setengah abad umur negeri ini, anak-anak SD yang terletak di samping rumah acik dan makcik ini pagi-pagi sudah datang untuk melaksanakan upacara bendera, ada yang berjalan kaki ada juga yang bersepeda bahkan ada yang di antar oleh truk perkebunan sawit.
Melihat sepeda-sepeda anak SD yang hanya di letakan begitu saja tanpa di kunci membuatku lumayan bingung,
"Nggak hilang tu cek ...?" sambil menunjuk ke arah sepeda anak-anak SD
"Nggak lah , setiap hari juga begitu.. terkada ada yang pakai pinjam saja, kemudian di kembalikan lagi, kalu mau di curi mau di bawa kemana .... pulau kecil ini dan laut semua" jelas acik mimin.
Akupun mengangguk, teringat cerita tetangga tentang pencuri di pulau ini yang mencuri hasil kebun yang tidak bisa sama sekali keluar dari kebun yang di curinya, sampai pencurinya kecapekaan dan tertidur di kebun yang ia curi. Entahlah sepenggal kisah tersebut merupakan kejadian nyata atapun mitos yang menggambarkan pulau Bangka dengan segala mistisnya.
Rencana kami hari ini ingin berkeliling ke beberapa objek wisata di pulau Bangka ini, makcik sendiri sudah mencarikan mobil rental untuk kami yang merupakan langganannya, rencananya mobil tersebut akan datang pada pukul 9 pagi setelah selesai kegiatan upacara bendera.
Sekitar pukul 9 lewat nampak lah mobil berjenis Suzuki AVP berwarna hitam yang memasuki halaman rumah acik mimin, ternyata mobil tersebut adalah mobil yang sudah di pesan oleh makcik dan sopirnya yang merupakan eks pegawai perkebunan kelapa sawit sangat ramah.
Kami bersembilan pun mengatur posisi kami di dalam mobil, segala perlengkapan kami bawa, termasuk untuk makan siang nanti, adek yang bawal dan penyakitnya tidak kambuh membuat bunda menjadi tenang. Sebenarnya saat ini makcik lagi mengandung anak pertama, kandungan yang lumayan besar tidak menyurutkan makcik dan acik untuk menemani kami keliling kota ini.
Pagoda Pantai Tikus
Pagoda Pantai Tikus
Tujuan kami yang pertama adalah ke pantai tikus, sebenarnya driver mobil ini yang mengarahkan akan kemana-kemana saja tujuan kami, karena saat itu aku nggak membuat itenerary, hanya sekedar berangkat dan sampai.
Kamipun menuju ke arah kota Sungai Liat dimana lokasi wisata ini ada di sebelah timur kota Sungai Liat dan dapat ditempuh dengan waktu sekitar 15 menit sedangkan jika Anda dari pusat kota dan sekitar 45 menit jika Anda dari kota pangkal-pinang ibukota dari Bangka Belitung. Dengan menyusuri pesisir laut yang biru dan bekas galian timah yang berisi air dan tanpak menghijau membuat nyaman yang merasuk kesanubari.
Kamipun di bawa menuju ke Pagoda yang terdapat di atas bukit pantai tikus, dan dari pagoda ini para pengunjung dapat melihat pemandangan pantai tikus indah menawan dan luas. Saat kami berkunjung ke pantai ini Pagoda ini masih dalam konstruksi, sehingga belum bisa terlihat asli nya, dan di kanan kiri juga masih banyak matrial- material yang berserakan. Untuk menuju pantai tikus ini perjalannya menyusuri sepanjang pantai di mana akan di suguhkan birunya laut dengan jalan yang berkelok, menanjak dan menurun.
Formasi lengkap,... yang motoin om driver
Pantai Tikus Sungailiat Bangka ini merupakan salah satu pantai yang panjang jika dibandingkan dengan pantai - pantai lainnya di sungailiat Bangka. Karena pantai ini begitu panjang, terkadang masyarakat sekitar menyebut bagian-bagian dari pantai tikus bangka ini dengan sebuah penanda khusus tersendiri seperti pohon mangga, pohon akasia, pantai cinta, pantai vihara dan lain sebagainya. Terkadang Pantai Tikus ini juga biasa disebut dengan nama pantai pagoda, di sebut demikian karena memang pada bagian ini ada sebuah pagoda vihara yang sangat besar dan megah sekali.
Pantai tikus yang indah bisa di lihat di balik pagar, untuk turun ke pantai tersebut harus melalui anak tanggan dan saat ini masih di lakukan konstruksi
Pantai Martas
Nyai, Bunda, adek dan makcik on action ......
Setelah puas melihat dan berfoto di kawasan pagoda pantai tikus maka kamipun melanjutkan perjalanan ke pantai matras, anak-anak pun memang sudah tidak sabar ingin berenang, sekitar menempuh perjalanan +/- 30 menit maka kami sampai di pantai yang berpasir putih ini, pasirnya lembut , jarang sekali menemukan pasir yang lembut dan halus seperi ini, anak-anak pada berlarian ke pantai dan langsung larut dalam permainan deburan ombak dan pasirnya.
Di arena permainan anak-anak pantai matras
Pantai Matras merupakan salah satu pantai terfavorit di Bangka.Pantai landai berpasir putih halus sepanjang 3 km dilatarbelakangi pepohonan kelapa dan aliran sungai alami. Terletak di desaMatras, Kelurahan Sinar Jaya, Kecamatan Sungailiat, yang terletak disebelah Timur Laut Pulau Bangka.
Panjangnya mencapai 3 km dan lebar 20 -30 meter. Matras dilatar belakangi pepohonan kelapa dan aliran sungai alami, hingga sering disebut sebagai Pantai Surga. Matras selalu ramai dikunjungi terlebih pada musim liburan. Pantai Matras merupakan salah satu daerah tujuan wisata pantai andalan di Bangka Belitung. Pantai Matras amat indah dan landai.
Kalau sudah ketemu air ... kalau nggak basah nggak seru
Pantai ini terletak di desa Sinar Baru, Kecamatan Sungailiat, disebelah Timur Laut Pulau Bangka dan berjarak sekitar 40 km dariPangkalpinang atau 7 km dari kota Sungailiat. Pantai indah ini terkenal dengan nama Pantai Matras karena terletak di desa Matras, Kelurahan Sinar Jaya, Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka.
Di pantai ini, pengunjung akan menemukan pemandangan yang mempesona, hamparan pasir menyatu dengan bebatuan indah di sekitarnya seperti mutiara yang terbentang di depan mata. Pantai ini terdiri dari pasir putih yang halus, dengan panjang sekitar 3 km, dengan lebar 20 sampai 30 meter, pantai yang dilatar-belakangi oleh pepohonan kelapa ini menampilkan pula laut yang bening dan pemandangan indah serta aliran sungai yang alami sehingga acapkali disebut sebagai Pantai Surga.
Batu besar yang banyak terdapat di pantai Matras
Di antara pantai-pantai indah yang ada di Bangka Belitung, pantai ini merupakan yang paling banyak dikunjungi wisatawan, baik oleh masyarakat Bangka sendiri ataupun wisatawan luar daerah dan mancanegara. Keistimewaan pantai ini adalah pasir putihnya yang halus, nyiur yang melambai-lambai, dan aliran ombak air laut yang alami. Keistimewaan lain, lokasinya yang nyaman dan tenang akan memberikan keleluasaan kepada para pengunjung untuk menyantap makanan sambil bersandar di bebatuan alam dan menikmati keindahan suasana pantai. Dikawasan pantai Matras juga telah dibangun banyak tempat peristirahatan berupa bungalow sederhana yang kian menambah betah pengunjung.
Perjalanan dari Pangkal pinang menuju ke lokasi pantai Matras kurang lebih membutuhkan waktu 1 jam dengan jalanan yang naik turun (bergelombang). Di tempat ini pengunjung yang masuk hanya dikenakan biaya masuk pada saat memasuki gerbang pantai, besarnya sekitar IDR 5.000,- perorang.
Di sekitar lokasi pantai terdapat beberapa hotel, penginapan, layanan tour/travel, dan tempat hiburan. Terdapat juga pusat-pusat penjualan souvenir dan makanan khas Bangka seperti Kemplang Panggang, Kerupuk Ikan, Keretek Ikan/Cumi, Rusip, Belacan/Trasi, Lada Bubuk, otak-otak dan sebagainya.
Makcik & Wakcik, yang bakal segera jadi umi & abi
Untuk lokasi hotel yang terdekat adalah Hotel Parai Beach Resort, yang dapat di temui pada jalan sebelum menuju pantaiMatras. Kurang lebih berjarak 2 km antara hotel tersebut dengan pantai Matras.Kawasan ini telah dijadikan sebagai kawasan wisata utama di Kabupaten Bangka Induk, karena beberapa pantai di daerah itu rata-rata sangat indah. Seperti Pantai Parai Tenggiri, Pantai Teluk Limau, Pantai Tikus, dan Pantai Batu Bedaun. Pantai matras adalah destinasi yang wajib kita kunjungi bila berkunjung ke Bangka Belitung. Karena melihat kasrian pantai ini tidak berbeda dan tak kalah dengan pantai-pantai di Pulau Bali.
Sebenernya anak-anak sudah pada kedingnan malahan sudah ada bibirnya yang biru, tetapi yang namanya di pantai mana ada yang mau berhenti, tetapi karena haruis mengejar ke tempat wisata berikutnya maka akhirnya kamipun menyudahi perjalanan kami di pantai ini.
Pemandian Air Panas Tirta Tapta Pamali
Salah satu kolam air panasnya
Lokasi yang kami tuju berikut nya masih berbau air yaitu pemandian air panas pamali, lumayan utnuk menghilangkan dingin dan terapi dari beberapa penyakit, lokasinya memang belum setenan sari ater, tetapi fasilitas di sini selain pemandian air panas juga ada water boom nya juga, pokoknya komplit.
Pemandian air panas Tirta Tapta Pemali, Bangka, merupakan objek wisata yang terletak didesa Pemali Kecamatan Pemali Kabupaten Bangka. Objek wisata yang satu ini berjarak sekitar 20 km dari Kota Sungailiat. Lokasi sumber air panas di Pemalipertama kali ditemukan pada zaman kolonial Belanda. Kala itu dilakukan eksplorasi timah oleh perusahaan B.T.W. (Bangka Tin Winning Bedrijt) yaitu perusahaan milik Belanda yang khusus bergerak disektor pertambangan timah di Pulau Bangka.
Adek bermain bersama Ipin.
Anak-anak berenang termasuk nyai, memang saat pertama kali memasukan air ke kolam terasa sangat hangat, lebih hangat saat pernah kita mencoba pemandian air panas di Ciater, Subang, Pemandian Air panas Bangka ini berasal dari air tanah aktif yang mengeluarkan belerang. Zat ini sangat cocok bagi wisataan yang ingin menghilangkan rasa penat atau pegal-pegal. Bahkan tidak sedikit masyarakat yang percaya bahwa pemandian air panasBangka ini dapat menyembuhkan berbagai penyakit, khsususnya penyakit kulit. Ini pula salah satu daya tarik objek wisatapemandian air panas Pemali yang membuat banyak wisatawan local, domistik maupun mancanegara yang sengaja datang ke pemain air panas Tirta Tapta Pemali ini.
Kini objek wisata pemandian air panas tirta tapta Pamali telah dikelola secara professional. Selain menyediakan tiga kolam air panas, pemandian yang dibangun di atas lahan 8,2 hektare itu juga sudah tersedia kolam air dingin untuk anak-anak dan keluarga. Kawasan wisata pemandian air panas Bangka ini juga sudah dilengkapi beragam fasilitas, di antaranya kanalwisata sebagai arena bermain sepeda air, arena bermain, plaza, cafee, arena games, dan tersedia pula panggung hiburan lengkap dengan kebun binatang mini.
Tidak heran pada hari-hari biasa jumlah wisatawan yang mengunjungi tempat pemandian air panas Bangka bisa mencapai 500 orang. Pada event tertentu pengunjung objek wisata ini bisa melonjak hingga 2.000 orang. Di pemandian ini wisatawan bebas berenang di air dingin atau air panas. Pengunjung juga bisa memilih fasilitas lain di luar penggunaan sepeda air, mandi bola, dan menaiki kinciran.
Pada saat itu sedang ada games di areal pemandian air panas ini, ayuk dan kakak pun ikut berpartisipasi walaupun tidak menang, bahkan bundapun akhirnya mengikuti games ini, dengan ticket per orang 25 ribu sesuai dengan kepuasan bermain air panas di wahana wisata ini.
Selain pemandian air panas di sini juga ada kebun binatang mini, sepeda air, dan mandi bola
Sebenarnya ini ada juga kunjungan kami ke daerah Belo yang terkenal dengan pempek udangnya, dan kunjungan kami lainnya adalah ke daerah Kundi, meihat batu betangkup dan tempat pelelangan ikan yang terletak di pinggir pantai, yang keduaya tersebut merupakan keluarga dekat dari makcik.
Begitu juga kita sempat keliling-keliling kota Pangkal Pinang, melihat megahnya BTC (Bangk Trade Centre), dan beberapa tempat lainnya, tetapi tulisannya akan di buat lain waktu karena, yan ini saja sudah sangat kepanjangan.
Saatnya kami pulang dulu untuk istirahat, besok mercusuar tanjung kalian yang akan menjadi target kami berikutnya.
TINERARY PERJALANAN KE PULAU BANGKA 15- 19 Agustus 2013
Hari Ke 1 ,Kamis ,15 Agustus 2013 Berangkat menggunakan Kapal Ferri dari pelabuhan 35 ilir. Makan Siang di Kapal Tiba Di kota Bangka menggunakan ojek Menginap dan makan malam di Mentok tempat keluarga
Hari Ke 2 ,JUmat ,16 Agustus 2013 Sarapan Pagi di Mentok (Tempat Saudara) Menuju Daerah Kelapa (Tempat Saudara) Menginap dan makan siang/malam di Daerah Kelapa
Hari Ke 3 ,Sabtu, 17 Agustus 2013 Rental Kendaraan Mini Bus Ke Objek Wisata Pagoda Pantai Tikus Ke Pantai Matras Makan Siang Ke Pemandian Air Panas Tirta Tapta Pamali Istirahat
Hari Ke 4 ,Minggu, 18 Agustus 2013 Rental Kendaraan Mini Bus Ke Objek Wisata Mercusuar Tanjung Kalian Ke Prasasti Pembunuhan Massal (Banka Massacre). Makan Siang Ke Pantai Tanjung Kalian Ke Pusat Oleh-oleh muntok Istirahat
Hari Ke 5 ,Senin, 19 Agustus 2013 Kembali Ke Palembang Via Ferri
Pagi setelah selesai mandi kamipun meluncur dengan menggunakan beca ke salah satu tempat kuliner yang cukup terkenal di kota ini yaitu kuliner nasi lengko dan tahu gejerot, karena rencananya setelah kulineran baru pakai mobilnya saudara teman ini untuk keliling kota.
Nasi Lengko
Nasi Lengko & Tahu Gejrot
Nasi lengko sebagai kuliner khas Cirebon memang kalah kesohor dibanding dengan nasi jamblang yang juga berasal dari Kota Udang. Selain karena penjajanya lebih sedikit ketimbang nasi jamblang, nasi lengko ini sangat sederhana. Berbeda dengan nasi jamblang yang dilengkapi berbagai lauk pauk, nasi lengko lebih mirip penganan vegetarian lantaran bahan-bahannya 100% nonhewani.
Tapi, bicara soal rasa, nasi lengko yang mendapat julukan nasi pecel ala Cirebon punya kelezatan yang bakal Anda sesali jika tidak mencobanya. Dan, salah satu pusat penjual nasi lengko paling terkenal di Cirebon ada di Jalan Pagongan.
Penjual nasi lengko
Saking populernya, jika Anda minta rekomendasi lokasi kedai nasi lengko ke warga Cirebon, kebanyakan akan kompak menyebut Jalan Pagongan. Di Jalan Pagongan, ada dua kedai yang dikenal paling sedap nasi lengkonya. Pemiliknya masih tergolong kerabat dekat. Cuma, yang paling ramai dikunjungi dan akrab dengan lidah orang Cirebon adalah: Warung Nasi lengko H. Barno di Jalan Pagongan Nomor 15B.
Jadi, jika Anda berkunjung ke Cirebon, jangan lupa menyambangi kedai milik Barno ini. Lokasinya juga gampang ditemukan. Kalau datang dari arah Jakarta melalui Jalan Raya Indramayu Cirebon, terus saja pacu kendaraan Anda menuju Kota Cirebon via Jalan Siliwangi. Setelah melewati Kantor Wali Kota Cirebon, Anda akan menemui Jalan Karanggetas.
Setelah menemui perempatan pertama, belok kanan dan Anda memasuki Jalan Pagongan. Nah, Warung Nasi lengko H. Barno ada di sebelah kiri, sekitar 500 meter dari mulut jalan yang sekarang bernama Jalan Surya Negara tersebut.
Keranjang tahu gejrot
Penampakan kedai ini sangat sederhana. Meski begitu, ruangannya luas dan bisa menampung 100 pengunjung. Hanya, bagi yang ingin makan dengan tenang, hindari jam makan siang karena pengunjung biasanya membeludak. Oh, iya, kedai ini buka mulai jam enam pagi hingga sepuluh malam.
Waktunya makan. Dari segi penampilan, nasi lengko racikan Barno minimalis seperti nasi lengko kebanyakan. Sepiring nasi putih dengan irisan timun segar, daun kucai, taoge rebus, bawang goreng, tempe goreng, dan tahu goreng, plus siraman bumbu sambal kacang.
Sedikit tips saja sebelum makan. Pertama-tama, jangan lupa tambahkan kecap manis yang tersedia di atas meja. Lalu, aduk bumbu kacang dan kecap sampai tercampur merata sama nasi dan lainnya. Kalau tidak, rasa nasi lengko yang bakal Anda santap akan berbeda.
Seperti kebanyakan penjual nasi lengko di Cirebon, kedai ini menyediakan kecap cap Matahari. Si hitam manis buatan lokal ini sudah menjadi brand yang melekat pada nasi lengko. Keistimewaannya, kecap ini punya rasa manis yang sopan alias tidak kebangetan sehingga tak membuat enek perut.
Tahu Gejrot
Tahu Gejrot
Hidangan khas Cirebon yang terakhir ini merupakan camilan dengan cuka asam manis pedas. Tahu pong atau tahu kosong dipotong-potong kecil, lalu dibanjur kuah cuka dengan kombinasi rasa asam manis pedas.
Kurang afdol rasanya bila sedang berkunjung ke Cirebon tidak mencicipi kuliner khasnya. Salah satu kuliner yang banyak diburu wisatawan adalah tahu gejrot. Kuliner tahu gejrot berasal dari Desa Jatiseeng, Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon. Kuliner ini berbahan dasar tahu gembos yang dipotong kecil-kecil lalu disiram dengan kuah berwarna coklat dari gula merah. Untuk menemukan penjual tahu gejrot di Cirebon tidak sulit, bahkan bisa dikatakan hampir disetiap pojok Cirebon mudah ditemukan. Dahulu pedagang tahu gejrot memikul dagangannya, tetapi kini memakai gerobak dorong.
Popularitas tahu gejrot, tidak hanya terkenal di Cirebon saja tetapi sudah merambah ke daerah lainnya. Harganya yang murah menjadikan kuliner ini bisa dinikmati semua kalangan. kemunculan kuliner tahu gejrot tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan pabrik-pabrik tahu milik orang keturunan Tionghoa yang berada di Desa Jatiseeng. Di tengah situasi politik dan ekonomi yang tidak menentu pada waktu itu, banyak warga pribumi yang bekerja menjadi buruh di pabrik tahu.
Sebelum tahun 1950-an, keadaannya tidak stabil banyak warga sekitar kerja di pabrik untuk memenuhi kebutuhan,Setelah keadaan sudah membaik, banyak dari pemilik pabrik mulai mencari peruntungan baru dan meninggalkan usaha pembuatan tahu. Banyak dari para buruh yang kemudian membuat usah tahunya sendiri. Di karenakan sudah lama bekerja di pabrik tahu, merek memiliki keterampilan membuat tahu. Kemudian pada masa inilah, tahu gejrot semakin populer dan disukai banyak orang,.
Nama tahu gejrot sendiri muncul karena kebiasaan dari para penjualnya yang menaruh air gula merah dalam botol atau gendul. Pada proses penyajiannya, bahan-bahan pelengkap lainnya diulek pada piring gerabah, setelah halus lalu disiram air gula merah. saat di siram airgula merah yang digejrotkan itu lalu menimbulkan bunyi jrot-jrot. Karena itulah kuliner tersebut dinamai tahu gejrot karena berbahan tahu dan air gula merah,
Kecap Cap Matahari
Kecap cap matahari
Wangi olahan kedelai hitam semerbak saat melihat aktivitas Pabrik Kecap Cap Matahari di Jalan Pagongan Gang Kebon Blimbing Kelurahan Pekalangan, Kota Cirebon. Kecap Cap Matahari merupakan salah satu warisan kuliner Nusantara dari Pantura Cirebon. Berdiri sejak 1965, pembuatan kecap cap Matahari tersebut masih tradisional.
Kecap Cap Matahari dirintis pertama kali oleh Dipa Cahya. Sang perintis menjual menggunakan gerobak berkeliling dari rumah, pasar, hingga pedagang kuliner khas Cirebon. Berbeda dengan kecap lain yang sudah beredar, kecap ini tidak menggunakan bahan pengawet. Namun, daya tahan Kecap Cap Matahari sampai satu tahun.
Rasa dari kecap cap matahari berbeda dengan kecap lain yang ada di pasaran. Manis dan asin dalam kecap seakan menyatu dan sangat terasa di lidah. Harga kecap kami itu per botol Rp 17 ribu dan uniknya kecap ini bisa di lakukan dengan tukar botol.
Proses pembuatan kecap dilakukan secara tradisional untuk menjaga mutu dan cita rasa yang khas. Oleh karena itu,sehari industri kecap ini mampu memproduksi 1000 botol kecap. Namun, pasar pembuatan kecap hanya di kawasan Cirebon saja. Sementara bahan olahan kecap didapat dari pedagang yang ada di wilayah Pantura Cirebon.
Batik Trusmi
Batik Trusmi
Lokasi Kawasan Wisata Sentra Batik Trusmi cukup mudah ditemui. Terlebih lagi sejak ada pembangunan tol Cipali (Cikampek-Palimanan). Kamu hanya perlu keluar gerbang tol Plumbon kemudian sekitar 500 meter sampai 1 km di perempatan Plered, akan terlihat gapura batik trusmi tersebut. Di kampung itulah berjejer kuliner khas Cirebon hingga butik-butik batik sampai ke pusat toko batik terbesar dan terlengkap. Singkat cerita, adanya Desa Trusmi ini berawal dari Ki Gede Trusmi sebagai pengikut Sunan Gunung Jati mengajarkan seni membatik sembari menyebarkan agama Islam. Begitulah warisan leluhur yang dijaga sampai sekarang.
Salah satu corak yang ada pada batik trusmi
Perlu diingat, kalau setiap daerah memiliki motif sendiri. Sama halnya dengan Jawa Barat. Di Batik Trusmi sendiri motif andalan khasnya, yaitu motif yang bernama Megamendung. Motif menyerupai awan dan memiliki warna yang tegas ini terus konsisten ada sebagai corak khas. Bahkan sudah dikenal hingga maca negara. Selain itu, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata akan mendaftarkan motif megamendung ke UNESCO sebagai warisan dunia. Menariknya, industri batik trusmi semakin berinovasi dalam memodifikasi untuk menghasilkan fashion batik yang modern. Mega mendung merupakan percampuran budaya Tiongkok dengan Islam di era Wali Songo. Karena itu motifnya perlu dijaga sebagai nilai warisan leluhur.
Gaya dulu sebelum kereta berangkat
Adapun motif yang paling mahal ialah batik tulis motif Paksinaga Liman. Itu adalah nama dari kereta kencana milik Keraton Kasepuhan. Paksi berarti garuda, naga berarti ular, dan liman berarti gajah. Dengan demikian, Paksinaga Liman adalah perwujudan gabungan dari tiga hewan. Motif Paksinaga Liman ini merupakan perlambangan simbol kekuatan dari Kerajaan Cirebon.
Setelah Selesai dari kampung batik trusmi ini kami pun langsung meluncur ke stasiun Cirebon untuk kembali ke stasiun Gambir Jakarta.
Saat baru nyampe di kota Udang narsis dulu di depan jalan masuk stasiun Cirebon
Hari ke 1 -
Dengan persiapan seadanya kami menuju gambir, dengan rencana ke kota Cirebon, karena ada urusan yang harus di selesaikan , dengan menumpang kereta api argo jati yang jadwal berangkatnya pukul 2 Siang, jarang-jarang naik kereta eksekutif tetapi sesekali boleh lah.
Kota Cirebon adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada di pesisir utara Pulau Jawa atau yang dikenal dengan jalur pantura yang menghubungkan Jakarta-Cirebon-Semarang-Surabaya.
Stasiun besar Cirebon
Pada awalnya Cirebon berasal dari kata sarumban, Cirebon adalah sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa. Lama-kelamaan Cirebon berkembang menjadi sebuah desa yang ramai yang kemudian diberi nama Caruban (carub dalambahasa Cirebon artinya bersatu padu). Diberi nama demikian karena di sana bercampur para pendatang dari beraneka bangsa diantaranya Sunda, Jawa, Tionghoa, dan unsur-unsur budaya bangsa Arab), agama, bahasa, dan adat istiadat. kemudian pelafalan kata caruban berubah lagi menjadi carbon dan kemudian cerbon.
Selain karena faktor penamaan tempat penyebutan kata cirebon juga dikarenakan sejak awal mata pecaharian sebagian besar masyarakat adalah nelayan, maka berkembanglah pekerjaan menangkap ikan dan rebon (udang kecil) di sepanjang pantai, serta pembuatan terasi, petis dan garam. Dari istilah air bekas pembuatan terasi atau yang dalam bahasa Cirebon disebut(belendrang) yang terbuat dari sisa pengolahan udang rebon inilah berkembang sebutan cai-rebon (bahasa sunda : air rebon), yang kemudian menjadi cirebon.
Dengan menggunaan kereta dari stasiun Gambir dengan waktu tempuh sekitar 4 jam akan tiba di stasiun besar Cirebon, setelah tiba di stasiun Cirebon, kami langsung menuju ke hotel Amaris di mana letak nya tidak terlalu jauh dari stasiun, selanjutnya hal yang pertama kami tuju tentunya kuliner untuk bersantap siang, dan pilihan pun jatuh pada Empal Gentong Mang Darma yang memang punya citra rasa yang khas, dengan kendaraan rental kamipun memulai perjalanan pada hari ini.
Empal Gentong
Empal gentong dengan cabe yang khas
Satu satu hal yang menjadi pembeda empal gentong dengan gule adalah kuliner khas Cirebon ini dimasak dengan kayu bakar, biasanya menggunakan kayu dari pohon mangga. Wadah yang digunakan untuk memasak empal gentong juga unik, bukan panci biasa, melainkan gentong atau periuk yang terbuat dari tanah liat,
Kuah yang di masak menggunakan Gentong tanah
dan kayu bakar
Bahan utama yang digunakan bisa dari usus, babat, kikil atau daging sapi, sesuai selera. Itulah sebabnya makanan ini disebut empal gentong, merujuk pada bahan utama yang terbuat dari daging sapi dan sedikit lemak, sementara gentong ditujukan sebagai proses memasak yang menggunakan periuk tanah liat. Makin lama gentong digunakan untuk memasak, konon membuat empal gentong ini makin nikmat. Itu karena kerak bumbu meresap ke dalam pori-pori tanah liat sehingga menghasilkan citarasa yang khas. Ciri khas lain dari empal gentong yang tidak bisa ditemukan di makanan lainnya adalah penggunaan daun kucai serta sambal yang terbuat dari cabai yang dikeringkan dan digiling. Dua bumbu penyedap tradisional ini membuat empal gentong Cirebon nikmat memanjakan lidah. Empal gentong ini bisa disajikan dengan seporsi nasi hangat atau lontong, atau orang Cirebon menyebutnya bongko. Jangan juga melupakan dorokdok alias kerupuk kulit daging sapi sebagai pelengkap untuk menikmati kudapan empal gentong ini. Setelah di teliti hampi semua tempat yang menjual empal gentong di Cirebon ini menggunakan nama "mang darma" mungkin sudah generasi penerus atau memang lebih laku dengan menggunakan nama ini.
Setelah menghabiskan seporsi empal gentong dan nasi serta segelas es teh manis maka perjalanan menelusuri kota pun kami lanjutkan dan beberapa tempat yang sempat di bidik kamera antara lain :
Pusat kota atau puseur dayeuh
Gedung Balai Kota Cirebon
Di Tanah Jawa Barat tempo doeloe biasanya dicirikan dengan sebidang tanah lapang yang dinamakan alun-alun. Di sekitarnya terdapat bangunan-bangunan fungsional. Begitu pula halnya dengan keberadaan Balai Kota Cirebon, yang terletak di Jalan Siliwangi No.24 Kampung Tanda Barat, Kelurahan Keramat, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Lokasinya tepat berada di jatung kota Cirebon, dan mudah untuk ditempuh dengan moda tansportasi darat, baik itu kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat. Beberapa meter di sebelah selatan bangunan Balai Kota terdapat alun-alun Kota Cirebon, sedangkan beberapa meter arah utara terdapat stasiun kereta api kejaksan Cirebon.Masih dalam lingkaran pusat kota, di sebelah barat adalah ruas rel kereta api yang menghubungkan Jawa Tengah dan Jawa Barat hingga ke Jakarta. Sebelah timur Balai Kota adalah Jalan Siliwangi yang membelah pusat kota tersebut. Di jalan tersebut berdiri banyak hotel dari berbagai tingkatan, mulai dari kelas losmen, hotel melati hingga hotel berbintang.
Gedung Balai Kota Cirebon merupakan karya perancang dua aristek bernama H.P. Hamdl dan C.F.H. Koll, yang berusaha memadukan konstruksi barat dengan gaya arsitektur berfilosofi lokal. Menurut Agustinus David dalam skripsinya yang berjudul Bentuk dan Gaya Bangunan Balai Kota di Cirebon (2010) dijelaskan bahwa Gedung Balai Kota Cirebon terpengaruh oleh gaya modern yang berkembang di Belanda, yaitu gaya Amsterdam School yang berkembang antara tahun 1910 – 1930.
Sudut kota Cirebon
Hal ini terlihat dari ekspresionis yang kuat dalam bentuk. Pemakaian bahan bangunan dari alam seperti batu bata dan bentuknya yang sangat plastis, ornamen sculptural dan bermacam-macam warna dari bahan asli (bata, alam, kayu). Gedung yang berdiri pada areal lahan yang luasnya sekitar 15.770 m², dan memiliki luas bangunan 868 m² ini bertembok warna putih dan bertekstur halus, dibangun atas prakarsa J.J. Jiskoot, irektur Gemeentewerken (Dinas Pekerjaan Umum) Cirebon kala itu, yang pembangunan fisik bangunannya mulai dilakukan pada 1 Juli 1926 dan selesai dibangun pada 1 September 1927. Biaya pembangunannya menghabiskan dana sekitar 165000 gulden. Gedung Balai Kota ini memiliki 3 bangunan secara terpisah yang terdiri dari bangunan utama dan bangunan pendamping di sayap kiri dan sayap kanannya. Di bagian depan pada angunan utama terdapat portico yang berbentuk setengah lingkaran. Pada bagian dalam pada bangunan utama banyak terdapat kaca patri yang memiliki hiasan bervariasi. Di dinding bagian depan pada bangunan utama memiliki enam buah hiasan udang yang menempel pada dinding.
Di dalam ruangan pada bangunan utama memiliki banyak bentuk pilaster yang bercirikan Tuscan. Tuscan merupakan salah satu arsitektur Romawi Klasik yang memiliki hiasan moulding pada kepala tiangnya. Gedung ini semula berfungsi sebagai Raadhuis (Dewan Perwakilan Kota) yang merupakan pusat administrasi Kota Praja Cirebon. Ketika itu, gedung ini juga kerapkali digunakan sebagai tempat pertemuan dan pesta pernikahan kalangan bangsa Eropa. Pada masa Pemerintahan Militer Jepang hingga masa kemerdekaan, gedung ini menjadi pusat Pemerintahan Kota Cirebon. Gedung ini merupakan salah satu dari sekian banyak bangunan kolonial di Cirebon yang masih berdiri utuh, menjadi bukti sejarah perkembangan gaya seni bangunan dari masa kolonial di Cirebon. Berdasarkan kekunaan kisahnya, gedung ini ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya berdasarkan Surat Keputusan Walikota Cirebon Nomor 19 Tahun 2001.
Masjid Raya at-Taqwa Kota Cirebon
Masjid Raya At-Taqwa Kota Cirebon
Didirikan pada tahun 1918 di suatu kampung yang bernama Kejaksan, yang terdiri dari dua bagian, yang satu untuk dipergunakan sebagai Tajug Agung (Masjid At Taqwa sekarang) dan setengah bagian yang lain dipergunakan sebagai alun-alun (Alun-alun Kejaksan sekarang). Pada tahun ini juga Jalan RA. Kartini merupakan Jalan Kereta Apimenuju ke Pelabuhan Cirebon yang kemudian dipindahkan ke Jalan KS Tubun.
Nama masjid Raya At-Taqwa Cirebon, semula sebenarnya adalah Tajug Agung, bangunannya sudah cukup lama dan tua, ruangannya terlalu kecil dan letaknya kurang menghadap kiblat, kemudian R. M. Arhatha, kepala Koordinator Urusan Agama Cirebonmempunyai gagasan untuk merenovasi Tajug Agung itu di tempat yang lama dengan mengambil nama Masjid At-Taqwa, karena sudah ada masjid agung yang terletak di kasepuhan yang sekarang menjadi Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Seolah-olah pada waktu itu tidak dibenarkan dua nama yang sama pada dua masjid yang letaknya masih dalam satu kota, yaitu Tajug Agung dan Masjid Agung. Akhirnya pada tahun 1951 terwujudlah bangunan masjid tersebut dan diresmikan menjadi At Taqwa tahun 1963
Gaya arsitektur masjid yang mencirikan bangunan tropis dengan atap jurai serta dilengkapi dengan empat menara kecil (menaret) dan sebuah menara setinggi 65 meter. Namun kehadiran gerbang (gate) selebar 3 meter sebelum memasuki bangunan utama yang menjadi point of interest bangunan masjid memberi nilai tersendiri.
Gerbang dengan warna emas yang menyolok bertuliskan kaligrafi dua kalimat syahadat yang terbuat dari bahan glass reinforced cement (GRC) di atas batu granit asli dari Brasil, mendominasi tampak muka (fasad) bangunan. Bingkai putih semakin menonjolkan warna emas gerbang.
Enam tiang penyangga lampu taman yang menghiasi jalan masuk menuju gerbang, seperti hendak menyambut ramah kedatangan tamu-tamu Allah. Seluruh lantai dan dinding masjid menggunakan batu granit, begitu juga tiang-tiang dalam mesjid. Tiang-tiang dihiasi dengan ornamen arsitektur Islam.
Tidak seperti bangunan umumnya, bagian dinding tidak dilengkapi dengan jendela yang tertutup kaca. Jendela besar-besar yang ada dibiarkan terbuka untuk membiarkan aliran udara lancar keluar masuk masjid. Jendela hanya diberi teralis besi ditambah elemen estetika yang terbuat dari kuningan dengan pola arsiterktur Islam.
Keteduhan juga diupayakan untuk dihadirkan di arena luar masjid dengan menanam 10 pohon kurma di halaman samping masjid yang dekat dengan sisi jalan. Kehadiran dua kolam air mancur di sisi kanan dan kiri bagian depan mesjid, semakin melengkapi keindahannya.
Nasi Jamblang
Nasi Jamblang & Blakutak Ireng Ibu Nur
Menjelang sore hari kami melanjutkan perjalanan kami kali ini tujuan kami adalah nasi jamblang Bu Nur yang sangat terkenal itu, mengutip dari http://travel.detik.com/ Nasi jamblang sendiri merupakan kuliner lokal khas Cirebon yang juga masuk dalam 30 Ikon Kuliner Tradisional Indonesia atau IKTI. Ciri khas nasi jamblang terlihat dari penggunaan daun jati sebagai alas piring. Selain terlihat unik, konon kabarnya juga membuat wangi yang lebih sedap.
Antri dan ambil sendiri seperti konsep parasmanan
Sabar mengantre, giliran pun tiba. Terlihat berbagai pilihan lauk pauk yang dijejerkan dalam barisan mangkuk berukuran besar. Pelayan restoran pun sigap menaruh daun jamblang di atas piring, disusul dengan pertanyaan mau memesan nasi berapa. Nasi jamblang sendiri tidak jauh beda dengan nasi kucing untuk ukuran nasi, seporsi nasinya sama kecilnya. Kalau Anda suka makan, pesan dua nasi adalah ukuran yang paling normal di sini. Setelah mendapat nasi, kita bebas memilih mau mengambil lauk apa. Boleh bertanya, lauk rekomendasi di Nasi Jamblang Ibu Nur adalah cumi saus hitam (blakutak), otak sapi goreng, perkedel kentang kering, sate kentang, dan pepes telur asin. Apapun yang menjadi pilihan Anda, pastikan untuk dihabiskan ya.
Di akhir pilihan lauk pauk pun sudah menanti kasir yang siap menghitung pesanan Anda. Metode makan nasi jamblang pada umumnya adalah pilih lauk, bayar di depan, baru makan. Untuk minum, cukuplah segelas es teh manis yang tentunya menyegarkan.
Wadah lauk pauk ala nasi Jamblang
Tantangan berikutnya adalah mencari tempat duduk pada jam makan siang yang cukup ramai. Setelah dapat tempat duduk, nasi jamblang pun dapat segera disantap. Urusan nasi rasanya memang biasa, tapi soal kenikmatan lauknya jangan ditanya. Dahsyat!
Kenikmatan menyantap nasi jamblang pun makin terasa dengan sendokan sambal merah yang dapat diminta saat awal memesan. Rasa sambalnya pun tidak pedas, namun makin menambah nikmat sensasi menyantap nasi jamblang.
Soal harga pun cukup terjangkau. Anda bisa melihat lauk beserta harganya yang telah tertera di salah satu tembok. Tapi kalau Anda kalap memesan lauk ya jatuhnya bisa mahal juga. Kalau mampir ke Cirebon lagi, Nasi Jamblang Ibu Nur pasti akan didatangi kembali.
Namun jika Anda ingin mencicipi Nasi Jamblang Ibu Nur, usahakan datang sebelum makan siang atau harus sabar mengantre. Saking terkenalnya, antreannya tidak kalah mengular seperti mau naik bianglala loh. Tapi ada perjuangan memang ada rasa. Saat malam menjelang kami pun kembali ke hotel Amaris yang tidak jauh dari stasiun cirebon untuk beristirahat dan memulai lagi petualangan kami di kota Cirebon ini.