Rasanya baru beberapa menit berjalan dengan si abu dengan tugas rutin seperti biasa mengantar kakak untuk pergi sekolah, tetapi setelah sampai di tanjakan mako brimob terasa yang aneh pada ban motor yang kami naiki,
"kak... sepertinya ban motor ini bocor ..." kataku ke kakak"Iya ... ya banya kempes " kata kakak sambil melihat kondisi ban belakang
Kupaksakan si abu terus maju, sampai akhirnya harus berhenti tepat di sekolah Al-Furqon yang setiap pagi kami lintasi,
'Anginya habis ya" kata kakak sambil memencet ban tersebut.
Ku ambil hp ku dan ku telpon bunda mengabarkan kalau si abu banya bocor, dan selanjutnya ayuk yang meluncur dari rumah untuk mengantar kakak.
Akhirnya kamipun berjalan sambil mendorong si abu, entah sudah berapa kali kejadian seperti ini selama mengantar kakak ke sekolah, yang akhirnya harus telat bahkan izin untuk tidak sekolah
Baca : 9 Tahun Di Kurangi Covid
Tidak terlalu jauh dari tempat kami berhenti tepat di pasar HBR Motik ternyata sudah ada penambal ban yang sudah buka, yang awalnya aku lihat agak sedikit aneh dengan penambal ban yang sudah berumur ini dengan setelan yang rapi dan bersih dengan sepatu bisa di bilang dengan setelan perlente.
"Pak... tambal ban belakang kayaknya bocor " kataku ke bapak itu
"Mundur saja dek...." kata bapak tersebut sambil menarik bagian belakang si abu.
Sambil membuka ban si abu bapak tersebut berkata'
"jadi telat dek sekolahnya ......inilah yang di sebut dengan musibah"kata bapak itu
"Iya Pak..." jawabku
"Tapi pasti ada hikmah di balik semua ini, kenapa motor ini sampai bannya bocor seperti ini" kata bapak itu lagi
Tidak lama berselang ayuk pun sudah sampai sehingga kakak pun segera berlalu untuk menuju ke sekolahnya.
"Sudah berapa tahun anter naka sekolah dek ?"tanya bapak itu
"9 tahun kurang pak" jawabku
"Lama juga nya ..... kalau bapak sudah melalui semua dek .... anak-anak kami sudah pada tamat" jawab bapak tersebut.
Sambil mengeluarkan ban dalam motor bapak tersebut bercelotah banyak tentang anak-anak beliau yang sudah pada bekerja di luar kota semua, ada yang berprofesi sebagai dosen, pegawai bank, PNS, sehingga beliau ini hanya berdua saja di rumah bersama sang istri, sehingga kesepian menjadi musuh utama mereka yang terkadang menunggu anak dan cucunya pulang saat di hari lebaran.
Di keseharian beliau beliau bercerita bahwa sang istri membuka kedai makan kecil, dan beliau membuka tambal ban yang jadi satu dengan kedai makan tersebut, tetapi ada juga beliau menunjuk bengkel las yang memiliki 8 karyawan yang katanya di kelolah penuh oleh sang karyawan beliau hanya menunggu hasilnya. Beliau bercerita bagai mana suka duka mengantar anak sekolah di SMPN1 dan SMAN1 dari rumah mereka di kawasan pakjo, jalan cerita sama seperti yang ku jalain selama ini,
"Sabar... dek itu yang terpenting... karena kita tidak bsia memaksa waktu dan keadaan untuk mengikuti kehendak kita" kata bapak tersebut sambil menyiraram air di alat penambal ban tersebut.
Obrolan pagi yang terasa sangat cepat ini ternyata banyak sekali petuah bijak yang ku dapat, waktu yang terasa cepat menyudahi obrolan dengan bapak ini, ban si abu pun sudah pulih seperti sedia kalah, dan saat kutanya kan bayaran untuk tambal ban jawabnya "Seiklasnya dek.....saya tidak mematok tarif".
Ban si abu sudah meluncur menapaki aspal kembali, di mana otaku di penuhi dengan petuah bijak dari sang bapak, terima kasih pak semoga anda dan istri selalu sehat selalu.
No comments:
Post a Comment