"Pengennya si makan gado-gado yah " kata bunda
"Yah ... sudah kita ke tempat itu saja" kata ku
Sambil kutinggalkan kendaraan ku di parkiran kantor yang kami kunjungi tadi kamipun langsung menuju ke tempat dulu kami pernah makan dan gado-gadonya terkenal lumayan enak.
Saat ku jemput bunda yang memang sedang ada urusan di salah satu kantor di kawasan jalan Kolonel Atmo dan saat itu juga bertepatan dengan jam makan siang.
"Kak.... gado-gado dua ya, pedasnya sedang saja " kata istri memesan ke penjual gado-gadonya.
"Bukan bapak yang pake peci biasanya bun...... mungkin ini anaknya, bapaknya sudah pensiun" kataku pelan ke bunda sambil menuju ke kursi di dalam rumah makan tersebut.
"Mungkin juga yah... kan sudah tua" jawab bunda.
"Mau Makan apa mas ?" tanya pelayan rumah makan tersebut
"Telor asin saja 2 buah mas"
"Minumnya " tanya nya lagi
"Es Tawar saja" kataku
"Es jeruk " bunda menyahut
Tak lama berselang gado-gado sudah tiba di meja kami, dan telor asin pun menyusul dan terakhir es jeruk dan es tawar juga tiba dengan selamat.
Rumah makan ini sebenarnya merupakan rumah makan yang sudah cukup lama berdiri, terkenal dengan sotonya, biasanya para "Ulo" (Dalam bahasa Palembang sebutan untuk para calo/makelar) banyak berkumpul di sini untuk membicarakan bisnisnya.
Entah sudah beberapa lama kami tidak makan berdua di sini, bercampur dengan obrolan bisnis ala warung kopi, dengan aroma kuah soto dan mengkilatnya meja yang berlapis plat seng.
"Sudah lama tidak makan di sini ...." kata ku sambil menatap bunda
"Iya... yah, tapi tidak pernah banyak berubah" jawab bunda
" Siapa bilang yang tidak banyak berubah, itu tukang gado-gadonya sudah berganti menjadi anaknya" kata ku lagi.
Kamipun diam sesaat sambil menikmati, gado-gado dan segarnya minuman kami.
"Tau nggak apa yang yang berubah di sini selain tempatnya....? tanya ku ke bunda
"Apa ?" tanya bunda balik
"Cintaku padamu tak akan pernah berubah " jawabku seenaknya
"uwek...... gombal, ayah-ayah ingat umur" kata bunda sambil tersenyum
No comments:
Post a Comment