Membuka arsip lama salah satu pelatihan kepemimpinan yang pernah ku ikuti di salah satu kawasan objek wisata ini propinsi ini, satu persatu lembar ku baca ulang, saat sampai di lembar impian, kubaca agak lama ternyata sudah banyak yang kutuliskan di sana menjadi kenyataan, ada beberapa yang memang belum terwujud sampai saat ini salah satunya memiliki dana 10 Milyar di usia 40 tahun, saat menulis impian tersebut sekitar 18 tahun yang lalu instrukturku berkata :
“Tulislah impian gila kalian untuk jangka waktu yang panjang dan saksikan perbedaanya”
Aku dan temanku yang saat itu bisa di bilang hanya kami berdua yang masih bujangan karena peserta lainnya merupakan karyawan paruh baya dan sudah berkeluarga yang berkompetisi untuk mendapat kan promosi jabatan dari kantornya dan salah satu syaratnya adalah harus mengikuti pelatihan ini. Pelatihan yang di laksanakan selama 1 minggu ini di kawasan pinggiran danau yang berjarak lumayan jauh dari kota Palembang.
Satu persatu ku baca kembali impian lama tersebut ternyata Allah sudah sangat banyak mengabulkan apa yang aku tuliskan saat itu, dari pekerjaan, tempat tinggal, kendaraan, pertemanan dan yang lainnya. Tetapi 1 hal yang ku tatap dan ku ulang ulang bahwa saat itu ada tabungan sebesar 10 milyar yang kupunya, dan ini terus menjadi pertanyaan yang belum terjawab.
Hingga akhirnya kesempata itu tiba, akupun bertemu intruktur ku di salah satu bank swasta, beliau sedang duduk menunggu panggilan nomor untuk ke customer cervice, beliau sudah lama pensiun dari tempat beliau bekerja dan sekarang hanya menikmati keseharian beliau di rumah saja, setelah ngobrol ngalur ngidul bertanya kabar, kesehatan dan lainnya akupun langsung menanyakan yang selama ini terpendam di dalam otakku.
"Pak, dulu saat pelatihan ada pelajaran impian, di mana kami di suruh menuliskan impian-impian gila yang akan terwujud dalam beberapa tahun kedepan" paparku cepat
"Iya kenapa ?" tanya beliau lagi.
" Di situ kutuliskan saat umur 40 tahun aku memiliki tabungan sebanyak 10 milyar, kok sampai sekarang belum terjadi" kata ku lagi.
Sambil tersenyum dan memperbaiki posisi kacamatanya, diapun lanjut berkata ;
"Asumsi saudara saat menuliskan 10 milyar tersebut apakah berupa uang atau lainnya ?" tanya instruktur tersebut
"Yang kutulis hanya tabungan sejumlah 10 milyar" jawabku.
Sambil tersenyum lagi beliau bertanya ; "Sudah beberapa lama sejak saudara menuliskan impian tersebut sampai dengan saat ini ?
"kurang lebih 18 tahun" jawabku
"Apakah ada perubahan selama 18 tahun ini ?" tanya beliau lagi
Akhirnya kuceritakan tentang keluarga ku, tentang pekerjaan ku, tentang anak-anak ku, tentang semuanya dalam rentang lebih kurang 18 tahun berlalu, sambil akhirnya beliau pun berkata : " Sadar tidak bahwa yang semua saudara katakan tadi sudah lebih dari 10 milyar " katanya yang membuat aku terkejut.
"maksudnya bagai mana pak ?' tanyaku
"Coba saudara pikir ada kalanya Allah tuhan kita menurunkan berkah dan rezeki sesuai dengan kebutuhan umatnya, ada yang di kasih dalam bentuk uang 10 milyar tanpa ada jeda, tetapi ada juga yang tidak. Ada yang di berikan kesehatan dan keluarga yang banyak dengan anak tetapi hanya di berikan harta yang sederhana, tetapi ada yang memiliki banyak harta tetapi tanpa di karuniai seorang anak pun"
Aku hanya terdiam, sambil menatap wajahnya yang sudah banyak mengeriput.
" Coba saudara pikir harga kesehatan saudara, atau harga tubuh saudara berapa, ada yang mau beli ginjal 300 juta per buahnya bagi yang memiliki penyakit gagal ginjal, atau ada yang menghargai jantung dengan harga 1,5 milyar untuk para transplantasi yang mebutuhkan, atau ada juga yang menghargai hati kita dengan 500 juta hanya untuk menggantikan hatinya yang sudah tidak berfungsi lagi".
Akupun makin mendengarkan dengan serius,
"Itu baru dari sisi kesehatan dan anggota tubuh, anak yang di karunia oleh Allah kepada saudara berapa saudara mau jual ?" tanya beliau
"Nggak mungkin akan saya jual pak.... orang nggak waras yang menjual anak nya demi uang" jawabku
"Itu jawabannya.... ada harta yang lebih berharga ketimbang uang, seperti saudara yang karunia 3 anak walupun dalam kondisi sederhana, sedangkan saya mungkin dari sisi harta saya lebih baik tapi sampai umur tinggal di ujung kubur seperti ini tiada seorangpun yang namanya anak yang Allah karuniakan kepada kami".
Aku sempat terkejut mendengar penuturannya.
"10 milyar yang saudara tuliskan 18 tahun yang lalu mungkin sudah lama terwujud tapi bukan dalam bentun uang tunai atau harta benda yang bisa di simpat, tetapi Allah justru memberikan hal yang tak ternilai harganya,... istri, anak & keluarga yang bahagia merupakan hal yang tak bisa di nilai dengan uang, begitu juga kesehatan, pekerjaan yang baik dan juga teman-teman yang ada di sekitar kita juga merupakan harta yang tidak terniali, apakah semua itu mau saya tukar dengan 10 milyar ?" tanyanya sambil tersenyum
Aku menggeleng
"Bersyukur itulah kuncinya, jaga titipan Allah yang tidak ternilai ini karena semuanya lebih dari 10 milyar" katanya menutup ucapanya karena layar antri sudah memanggil nomor antrian instruktur ku tersebut.
Terima kasih pak atas segala petuah bijaknya, ternyata benar bahwa Allah sudah memberikan harta yang tidak ternilai tetapi kita sering tidak menyadari bahwa yang kita anggap harta adalah hanya uang dan harta kebendaan fisik belaka, semoga kedapan saya akan lebih bisa bersyukur terhadap segala pemberianMu.
No comments:
Post a Comment