Thursday 19 September 2019

Pekatnya Kabut Asap Pagi ini

Bukan efek blur tapi efek kabut asap
Memang sudah menjadi jadwal tahunan jika saat musim kemarau sama dengan "Musim Kabut Asap" yang datang menyapa kota ini, seperti agenda tahunan yang terkadang datang lebih cepat dari pada yang kami duga. Yang terasa paling pekat adalah saat di pagi hari dan sore hari di sertai kotoran bekas ilalang terbakar yang memenuhi teras, atap bahkan di dalam rumah.

Sebenarnya kabut asap bukan hal yang baru bagi kota Palembang sejak masih berseragam merah putih di era 90-an kabut asap ini sudah datang menyerang. Karena kebetulan saat itu saya tinggal di kawasan Plaju dan saat itu bangunan paling tinggi di sana adalah tower pemancar di kantor PJKA tepat di depan universitas Muhammadiya Palembang.

Jika Tower tersebut tidak bisa tetlihat atasnya lagi atau sebagian sudah menghilang berarti serangan kabut asap sedang terjadi, tetapi saat itu kita masih senang-senang saja  ala anak kecil mana perduli dengan kabut asap ataupun sebagainya. Terkadang saat kabut asap pekat menerpa, kami masih melakukan aktivitas seperti bermain bola kaki atau bermain kejar-kejaran bersama teman-teman kami.

Fly Over Simpang Polda 

Saat itu masker mana kami kenal, karena dari golongan ekonomi merosot ke bawah, untuk memembersihkan ingus yang meler dari hidung saja masih menggunakan lengan baju karena tidak memiliki sapu tangan, berjalan tanpa sendal, bermain di kubangan membuat kami terlatih seperti fisik ala meliter saat itu.

Di tahun 2006-2007 saat bekerja harus menyeberangi sungai dimana kabut asap sudah sampai di negara tetangga Singapore, Malaysia. Jukung yang kami naiki harus menerobos pekatnya kabut asap yang sangat menyesakan dada, lampu kabut berwarna kuning di kapal pun tidak dapat menembus pekatnya kabut asap yang ada di sepanjang sungai musi, tetapi jukung tetap berjalan karena karyawan tidak boleh telat untuk masuk kerja, pernah sekali hari karena pekatnya kabut asap tersebut jukung yang kami tumpangi menabrak dermaga kayu tempat kami sandar hingga roboh, beberapa orang yang duduk di pinggir jukungpun terpental masuk ke dalam sungai.

Tetapi itu dahulu beberapa tahun yang lalu, tetapi sang kabut asap sampai saat ini masih saja belum beranjak pergi meninggalakan kota ini, setiap pagi saat mengantar ayuk dan kakak pergi sekolah harus menerobos pekatnya kabut asap, masker yang sudah banyak dan beragam bentuknya menjadi salah satu benda wajib yang di pakai saat musim seperti ini. Kakak pun bercerita kalau ada teman-teman sekolahnya yang masuk rumah sakit karena asma yang di derita oleh temannya kumat yang mengharuskan temannya tersebut istirahat di rumah sakit.

Jembatan amperanya Blur
Pemerintah pun dengan segala upaya melakukan pemadaman api dan tidak menyebar luar, termasuk di lingkungan tempat tinggal kami yang tidak luput dari kebakaran lahan, karena satu petak lahan kosong yang belum di tempati oleh empunya sempat terbakar dan membuat panik warga walaupun akhirnya dapat di atasi oleh pihak pemadam kebakaran.

Sholat minta hujan dan doa-doa yang di panjatkan baik di lingkungan pemerintah, sekolah-sekolah, pondok pesantern, di lingkungan warga pun sudah di lakukan, tetapi sampai saat ini hujan belum juga turun. Semoga Allah mendengar doa & jerit mahluknya di bumi tercinta ini.

No comments:

Post a Comment