Wednesday 3 April 2019

Benteng Kuto Besak, Tempat Wisata Yang Di Kelilingi Objek Wisata

Palembang Heritage Half Day Tour - Di Pelataran Benteng Kuto Besak
Setelah selesai menyimak dengan budaya dan sejarah  Museum Sultan Mahmud Badarudin II kamipun melanjutkan perjalanan ke pelataran Benteng Kuto Besak yang masyarakat Palembang sering menyebutnya sebagai BKB, yang jaraknya tidak tellau jauh dari museum SMB II, dari pelataran BKB bisa terlihat jelas di sisi kira ada Jembatan Ampera, pasar 16 ilir yang di bangun tahun 1962,  tampak angkuh membelah sungai musi, sungai musi & kampung kapitan di bagian depan sedangkan di bagian kanan terlihat juga jembatan Musi VI yang belum beroperasi, juga terdapat gedung Schouwburg ( Gedung Theater ) dan gedung Jacobson Van Den Berg & Co sedangkan dari belakang sendiri Benteng Kuto Besak berdiri dengan kokohnyam, dan di kejauhan waterleiding tampak berdiri gagah.

Adek bersama maskot asian games di pelataran BKB
Itulah salah satu kelebihan dan anugerah yang di berikan oleh Allah SWT kepada kota ini  yang memiliki objek wisata dengan jarak tidak berjauhan, adek selepas dari museum langsung mendekati maskot dari asian games 2018 yang masih berdiri tegak di kawasan ini.

Kokohnya gerbang BKB
Selanjutnya Gerbang dan kokohnya djnding BKB yang  menjadi sasaran adek, karena banyak rerumputan yang sehingga adek pun sempat berguling-guling di halaman BKB ini, Benteng Kuto Besak  saat ini menjadi markas Kesdam II Sriwijaya yang menjadi saksi bisu sejarah kota ini dari zaman Kesultanan, kolonial, Jepang, kemerdekaan sampai sekarang ini.

Kuto Besak adalah bangunan keraton yang pada abad XVIII menjadi pusat Kesultanan Palembang. Gagasan mendirikan Benteng Kuto Besak diprakarsai oleh Sultan Mahmud Badaruddin I yang memerintah pada tahun 1724-1758 dan pelaksanaan pembangunannya diselesaikan oleh penerusnya yaitu Sultan Mahmud Bahauddin yang memerintah pada tahun 1776-1803. Sultan Mahmud Bahauddin ini adalah seorang tokoh kesultanan Palembang Darussalam yang realistis dan praktis dalam perdagangan internasional, serta seorang agamawan yang menjadikan Palembang sebagai pusat sastra agama di Nusantara. Menandai perannya sebagai sultan, ia pindah dari Keraton Kuto Lamo ke Kuto Besak. Belanda menyebut Kuto Besak sebagai nieuwe keraton alias keraton baru.

Benteng ini mulai dibangun pada tahun 1780 dengan arsitek yang tidak diketahui dengan pasti dan pelaksanaan pengawasan pekerjaan dipercayakan pada seorang Tionghoa. Semen perekat bata menggunakan batu kapur yang ada di daerah pedalaman Sungai Ogan ditambah dengan putih telur. Waktu yang dipergunakan untuk membangun Kuto Besak ini kurang lebih 17 tahun. Keraton ini ditempati secara resmi pada hari Senin pada tanggal 21 Februari 1797.

On acrtin di BKB
Secara keseluruhan Benteng Kuto Besak berdenah persegipanjang dan berukuran 288,75 m x 183,75 m, serta menghadap ke arah tenggara tepat di tepi Sungai Musi. Di tiap-tiap sudut benteng terdapat bastion, tiga bastion di sudut utara, timur dan selatan berbentuk trapesium sedangkan bastion sudut barat berbentuk segilima. Benteng Kuto Besak memiliki tiga pintu gerbang, yaitu di sisi timur laut dan barat laut serta gerbang utama di sisi tenggara.

Tembok keliling Benteng Kuto Besak sendiri juga mempunyai keunikan, yaitu bentuk dinding yang berbeda-beda pada masing-masing sisi benteng, demikian juga dengan tingginya. Dinding tembok sisi timur laut mempunyai ketebalan yang sama, ketinggian dinding tembok bagian depan adalah 12,39 m sedangkan bagian dalam 13,04 m, sehingga bagian atasnya membentuk bidang miring yang landai. Tampak muka dinding sisi timur laut ini juga dihiasai dengan profil. Sama dengan dinding sisi tenggara, dinding sisi timur laut juga dilengkapi dengan celah intai yang berbentuk persegi dengan bagian atas berbentuk melengkung. Lubang celah intai tersebut juga berbentuk mengecil di bagian tengahnya.

"Yah... nanti kita ke Ampera ya...." kata Adek
Bergerak dari gerbang Benteng Kuto Besak kamipun menuju ke seberang BKB yang terdapat landmark baru yaitu tugu ikan belido yang di bangun atas bantuan CSR PT. Bukit Asam, tugu ikan belido yang di resmikan pada tanggal 13 Agustus 2017 oleh walikota Palembang. Tugu ikan belido ini yang konsep awalnya akan menyaingi Patung Merlion di Singapura, sayangnya sampai saat ini air mancur yg keluar dari mulut air mancur sangat jarang dapat di saksikan padahal air sungai Musi tiada pernah kering.

Ikan belido sendiri merupakan ikan khas dari kota Palembang walaupun di kota lain seperti Kalimantan juga di temukan ikan sejenis. Ikan lopis merupakan jenis ikan sungai yang tergolong dalam suku Notopteridae (ikan berpunggung pisau). Ikan ini lebih populer dengan nama ikan belida/belido, yang diambil dari nama salah satu sungai di Sumatra Selatan yang menjadi habitatnya. Orang Banjar menyebutnya ikan pipih. Jenis ini dapat ditemui di Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Semenanjung Malaya, meskipun sekarang sudah sulit ditangkap karena rusaknya mutu sungai dan penangkapan. Ikan ini merupakan bahan baku untuk sejenis kerupuk khas dari Palembang yang dikenal sebagai kemplang. Dulu lopis juga dipakai untuk pembuatan pempek namun sekarang diganti dengan tenggiri. Tampilannya yang unik juga membuatnya dipelihara di akuarium sebagai ikan hias.


Pindang Ikan Belido....
Tidak jauh dari tugu ikan belido terdapat dermaga BKB yang menjadi tempat para pengguna speed boat dengan tujuan Sungai Baung. Sungai baung ramai di kunjung sejak di bukanya pabrik kertas OKI Plup Paper, sehingga selama ini angkutan sungai hanya 1-2 kali yang menuju kesana dalam sehari sedangkan untuk saat ini bisa samapai 4-5 kali dalam satu hari.


Dermaga BKB
Ampera yang di bidik dari dermaga BKB
"Ketek" amgkutan di sungai musi yang siap  mengantar wisatawan berkelinging sungai musi atau pun ke pulau kemaro
Setelah dari dermaga BKB kami melanjutkan perjalanan ke  kuto Besak Teater Restoran yang sebelum nya merupakan bangunan eks kantor POL PP kota Palembang. Pada awalnya tempat ini di sebut Schouwburg (gedung teater) dan di depannya adalah gedung balai prajurit yang dahulu di sebut societiet (gedung perkumpulan). kedua gedung ini di bangun pada tahun tahun 1920 hingga tahun 1928 saat periode pemerintahan P.E.E.J.Le Cocq d’Armand ville. Bangunan ini di bangun di atas staadpark ( taman bermain ) yang merupakan tempat hiburan bagi masyarakat sekitar. Sejak didirikan gedung societiet dan schouwburg tidak ada lagi taman bermain untuk masyarakat. pada tahun 1928  societiet menjadi bioskop Luxor  menggantikan kamar bola sebagai hiburan bagi mener dan noni Belanda.

Untuik saat ini Schouwburg saat ini berubah menjadi kuto Besak Teater Restoran yang merupakan tempat kuliner dengan perpaduan antara klasik dan modern, sedangkan societiet di kelolah oleh pihak Kodam II/SWJ yang di jadikan sebagai Balai Prajurit.

Adek di depan gedung KBTR eks Schouwburg

Adek di depan gedung Balai Prajurit eks societiet
Hanya dengan menyeberang jalan kamipun sampai ke bangunan tua yang sudah di bersihkan tadi yaitu gedung Jacobson Van den Berg & Co  yang saat ini menjadi gedung PT. ITC persero cabang Palembang. Gedung tua ini sering di pakai untuk foto praweding oleh pasangan yg akan menikah.

Pendiriaan Untuk NV Jacobson van den Berg & CO di Palembang sendiri masih belum jelas kapan di dirikannya, karena merupakan cabang dari perusahaan dagang Belanda yang berpusat di Batavia. Perusahaan dagang milik Belanda yang beroperasi sejak tahun 1860 dan dinasionalisasikan pada kisaran tahun 1957-1958. perusahaan ini bergerak di bidang asuransi dan perdagangan (Expor Import) termasuk membentuk perusahaan kongsi di Palembang untuk pembelian karet dan kopi. Dengan menenmpati gedung di kawasan sekanak tepat beseberangan dengan Sekanak Jetty (BekangDam II/SWJ), yang kala itu menjadi sarana pendukung dalam distribusi barang-barang yang keluar masuk kota Palembang.

Gedung Jacobson Van Den Berg & Co ( 2019
Gaya adek sudah kecapekan


Gedung yang berlantai 2 ini, juga merupakan saksi perkembangan zaman baik dari zaman Belanda, Zaman Jepang di mana perusahaan ini sempat beku sementara karena "keganasan" penjajahan Jepang, dan Zaman kemerdekaan sendiri apalagi saat di lakukan nasionalisasi pada seluruh perusahaan Belanda di paruh terakhir tahun 1950-an.

Setelah melakukan nasionalisasi perusahaan menjadi BUMN Niaga, yakni PT. Dharma Niaga, PT. Pantja Niaga dan PT. Cipta Niaga. PT. Dharma Niaga dan PT. Cipta Niaga dan pada tahun 2003-an ke 3 perusahaan tersebut melakukan peleburan menjadi PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) atau ITC (Indonesia Trade Company), yang dulunya gudang PT Dharma Niaga menjadi salah satu gudang ITC di Palembang, tetapi saat ini yang sekarang pun seluruh gedung sudah tidak terpakai dan di biarkan terlantar lagi.Perusahaan yang pernah besar pada zamannya, sekarang tinggal bangunan tua yang sudah tidak terpakai, apakah sejarah itu akan lenyap seiring dengan perkembangan zaman.

Adek sudah menunjukan muka capeknya, gaya fotonya sudah tidak karuan. kamipun kembali ke arah BKB dan duduk di kursi taman yang tersedia disana..

Sambil duduk di kursi taman BKB sebelum kami pulang

"Capek yah... " Kata adek
"Iya.... Pak anaknya kayaknya kecapekan" Tambah abang ojek online yang ada di lokasi kami foto. "Iya kak" Jawabku sambil nyengir,

sambil mengajak adek istirahat di bangku taman di depan benteng kuto besak. Sebenarnya masih banyak rute yang mau dituju tapi "capek" yg di rasakan oleh adek membuat tujuan tersebut di tunda lain waktu.

Masjid agung SMB II, sepanjang Jl. Merdeka, Jl. Tengkuruk & Jl.Pasar baru, serta kawasan sekanak yang paling terdekat untuk dituju.

"Lain kali kita jalan-jalan lagi ya.. " Kata adek
"Iya..." Jawabku,

Sambil menghabiskan kan es krim coklat yg di beli tadi, adek menatap sungai Musi dengan latar belakang kokohnya benteng kuto besak. 

No comments:

Post a Comment