Sunday, 18 November 2012

1.100 Kilometer Menuntaskan Tugas Negara Part 2


Hari ini perjalanan yang akan kami tempuh sekitar 764 km, setelah kemarin lebih dari 300 km kami sudah tempuh dari kota Palembang, pukul 8 para team sudah bersiap untuk melanjutkan perjalanan  tetapi ternyata mobil di bawa salah satu team entah kemana karena info yang ku dapat sudah tidak ada sejak tengah malam, berarti saat kami sudah terlelap tidur.

Kota Baturaja memang tidak asing bagi kami dan team karena ada salah satu objek pekerjaan yang terletak di kota ini, wajar kalu salah satu tim menghilang, mungkin bertemu dengan teman-teman di lokasi ini.

Setelah sarapan pagi yang sudah lumayan siang kamipun mulai berangkat lagi langsung menuju ke kota Martapura ( Oku Timur ), jalanan yang di hiasi rimbunya tumbuhan hijau kami agak sedikit bosan, karena yang di lihat hanya itu-itu saja, sempat kendaraan kami beberapa kali berhenti untuk melakukan pendataan dan survey.


Jalan di kawasan Martapura, Oku Timur
Setelah dari kawasan Martapura, Oku Timur kamipun bergerak ke arah kota Bumi Lampung Utara, jalan yang kami lalui terasa seperti lurus saja, driver yang sedari tadi ku tanya apakah akan ku gantikan untuk menyetir tetapi dia menolak dengan alasan masih kuat.

Karena jalan yang lurus hampir 3 jam di tempuh ke arah Kota Bumi, anggota tim yang semalam menghilangpun akhirnya tertidur, mungkin karena semalam bergadang ..... hahahhha.

Bangun woi.... tugas-tugas
Setelah dari kota bumi dan melakukan beberapa pendataan dan survey di kota Bumi, kamipun melanjutkan perjalanan ke arah Lampung Tengah di sini kendaraan memasuki rumah makan tahu sumedang renyah yang ada wates.

Kami di Rumah Makan Tahu Sumedang Renyah Wates
Sop buntut menjadi sasaran kami di sini biar stamina bisa fit kembali, sekitar kurang lebih 1 jam lagi kami memasuki kota Bandar Lampung, tetapi kami tetap harus berkeliling untuk pendataan dan survey.

Setelah perut di isi logikapun mulai terdongkrak naik, kamipun melanjutkan perjalanan kembali dengan tujuan ke kota Bandar Lampung, Sebelum makan siang tadi kami sempat mampir di salah satu SPBU swasta yang ada di kota Lampung ini tepatnya di kawasan gunung sugih, berbeda dengan pertamina yang dominan berwarna merah SPBU AKR ini dominan dengan warna birunya.





Toilet & Kantor
Ternyata untuk industri bahan bakar pun Pertamina sudah banyak mendapatkan saingan dari kompetitor produk sejenis dari pihak swasta, setelah selesai melihat-lihat sekaligus melepaskan urine yang terasa sudah memenuhi kantongnya.

Perjalanan ke kota Bandar Lampung kami teruskan akhirnya sampailah kami di salah satu hotel yang sudah di booking oleh salah satu anggota tim untuk kami beristirahat, karena driver kita kayaknya lagi banyak butuh istirahat setelah perjalanan panjang.

Entah tugu apa namanya ....???

Universitas Bandar Lampung
Kamipun beristirahat di hotel ini, pada pukul 8 malam baru kami melanjutkan perjalanan lagi setelah santap malam di bakso sony wolter mongonsidi dan belanja oleh-oleh di aneka sari rasa, kamipun harus menunggu sebentar karena ada teman salah satu tim yang membawa BMW nya akan pulang ke Palembang via lintas timur dan demi keamanan kita melakukan konvoi.


Saat ini lintas timur jalannya tidak sebaik yang ku kira , kemacetan terjadi saat perbaikan jalan tersebut, lubang menganga dan genangan becek bekas air hujan membuat banyak mobil yang masuk ke dalam lubang, walau tidak dalam tetapi cukup menggangu perjalanan. Menembus pekatnya malam kendaraan kamipun terus meluncur mencengkram hitamnya aspal lintas timur, walaupun jalanan yang kebanyakan berlubang dan berair.

Saat berhenti di rumah makan Pagi Sore Teluk Gelam, dan saat di cek lampu sen mobil BMW kawan tersebut sudah menggantung sebelah, mungkin karena jalan yang di lintasi kurang bagus tadi, padahal kendaraan tersebut baru saja di service di Jakarta beberapa hari yang lalu.

Setelah beristirhat tidak terlalu lama kamipun melanjutkan perjalanan kembali, jam di tanganku sudah menunjukan pukul 4 pagi hari, kami mendapatkan informasi kalau ruas jalan Indralaya Palembang macet total akhirnya kamipun memutar melalui jalan ke desa Jejawi yang lumayan sepi, kiri kanan banyak terlihat sungai dan rawa. Pukul 6:30 akhirnya kamipun sampai di kota ini lumayan capek tetapi tugas ini selesai.

Saturday, 17 November 2012

Aku dan Bukit Telunjuk Lahat


Sebenarnya bukan hal yang asing saat kembali di sini, karena sejak kecil menjadi tempat perlintasan apabila ingin pulang kampung. tetapi sejujurnya baru kali ini bisa berfoto dengan background bukit telunjuk padahal dekat juga dengan lokasi kerja lapangan.

Bukit Jempol mempunyai nama peta Bukit Serelo, bukit ini berlokasi di Desa Perangai yang berjarak sekitar 20 km dari pusat Kota Lahat. Jika menggunakan kendaraan darat, ada satu cara untuk bisa mendapatkan pemandangan terbaik Bukit Jempol dari dekat, yaitu dengan memasuki kawasan pertambangan yang ada di perbatasan Lahat dan Muara Enim. Dari kawasan pertambangan ini, pemandangan Bukit Jempol bisa dilihat dengan sempurna.


Memiliki tinggi sekitar 900 meter di atas permukaan laut, bukit ini bisa dilihat dari Kabupaten Muara Enim. Nama Bukit Jempol sendiri dipakai oleh masyarakat Lahat mengingat bentuknya yang seperti jempol. Namun bukit ini juga dikenal dengan nama Bukit Tunjuk, karena pada sisi pandang yang lain justru berbentuk seperti jari yang sedang menunjuk ke atas.

-------------------------------------------------
Foto di ambil saat melakukan perjalanan ke Lampung melalui lintas barat dengan rute 

Hari ke 1
Palembang - OI - Prabumulih - Muara Enim - Lahar - Tanjung Enim - Baturaja ( menginap di baturaja)

Hari ke 2
Baturaja  - Martapura  - Kota Bumi - Bandar Lampung - Langsung Kembali Ke Palembang Via Lintas Timur - Kayu Agung - Jejawi - SP. Padang

1.100 Kilometer Menuntaskan Tugas Negara Part 1


Kali  jarak  1.000 km lebih bakal kami tempuh, tugas negara yang di perintahkan oleh kantor untuk menyelusuri kawasan lintas barat dan lintas timur di tugaskan untuk mendata tentang salah satu jenis barang konsumsi masyarakat , perjalanan ini pun tidak ku lakukan sendiri tetapi bersama tim yang juga sudah di tugaskan dari kantor dan dengan seorang driver.

Pukul 8 pagi kamipun bertolak meninggalkan Palembang dengan tujuan OI, Prabumulih, Muara Enim, Lahat, Tanjung Enim dan Baturaja. Mobil pun bergerak perlahan menyusuri hitamnya aspal, anggota team yang sudah ku atur tugas masing-masing pun sudah siap, dari GPS & form pendataan, blackberry pun sudah siap seandainya sewaktu-waktu bos besar membutuhkan data untuk di kirim via internet.


Timbangan 32

Bentor salah satu angkutan di Indralaya, OI
Gerbang selamat datang dari kabupaten ogan ilir pun sudah kami lewati dan beberapa titik pendataan pun sudah kami lakukan, tujuan berikutnya adalah kota Prabumulih yang merupakan kota ke 2 yang harus kami datangi, perjalanan pun lancar tanpa hambatan, di sini pula kami mengisi amunisi untuk perut kami sebagai jatah makan siang di salah satu rumah makan sunda yang cukup terkenal dengan tahu renyahnya.



Setelah selesai makan siang kamipun melanjutkan perjalanan lagi, pendataan di kota ke 2 ini di lakukan tanpa ada hambatan begitu juga di kota ke 3 di daerah Muara Eenim, awan yang sedari tadi di gelayuti mendung akhirnya tumpah juga sepanjang perjalanan dari kota Prabumulih sampai ke perbatasan kota Muara Enim lebih banyak di hiasi dengan rinai air hujan.

Saat memasuki kota ke 3 yaitu Muara Enim, walaupun mendung masih menyelimuti kota ini tetapi hujan sudah tidak turun lagi, pendataan dan survey pun kami lanjutkan lagi, hanya ada beberapa titik kota ini yang kami lakukan pendataan, dan kamipun melanjutkan perjalanan ke kota yang ke 4 yaitu lahat.



Hanya kurang lebih 1 jam perjalanan kami ke kota Lahat dari kota Muara Enim, berpapasan dengan truk-truk pengangkut batu bara sedari dari kawasan Muara Enim tadi membuat kami harus extra hati-hati, di perjalanan tadi sempat terlihat beberapa truk yang mengangkut batu bara tampak terbalik di bahu jalan dan menumpahkan muatannya, di kawasan merapi banyak juga truk yang parkir sampai memakan badan jalan sekedar untuk menunggu muat barang dari tambang.


Bukit Selero
Sebelum memasuki kota Lahat kami sempatkan untuk berfoto dengan latar belakang bukit selero ini, masyarakat sekitar menyebut bukit ini dengan sebutan bukit telunjuk karena jika di lihat dari salah satu sisinya seperti jari telunjuk yang mengacung ke atas. Dan ada yang menyebutnya sebagai bukit jempol karena seperti tangan yang di kepal dengan jempol yang teracung, terserah mau menyebut apa atas nama bukit yang satu ini karan dengan adanya bukit inilah menjadi salah satu ciri khas kota Lahat. (Baca : Aku Dan Bukit Telunjuk Lahat).

Om Rafik  dengan bacground bukit selero
Perjalanan ini belum berakhir, karena masih ada 2 kota yaitu Tanjung Enim dan kota Baturaja sebelum kami mengakhiri tugas untuk hari ini, setelah selesai melakukan tugas di kota Lahat kamipun memutar balik ke arah Tanjung Enim.

Menyusuri jalan kecil dari Tanjung Enim ke Baturaja yang tidak sepi karena tetap beriringan dengan truck pengangkut barang dan bus penumpang, sempat juga terjadi kemacetan karena salah satu bus penumpang mengalami mogok, kalau sampe jatuh terguling bisa-bisa kejadian tidur di mobil saat jalan Indralaya Palembang macet bisa terulang kembali.


Sesampai di kota Baturaja malam pun sudah mulai turun, setelah berkeliling beberapa saat untuk penghimpunan pendataan akhirnya kamipun, menuju ke penginapan untuk melanjutkan tugas negara esok hari.

Tuesday, 13 November 2012

Welcome Home Adek Azam

Adek alias M. Ilham Khoirul Azam
"Bagaimana bun " tanyaku ke bunda
"tadi sudah ke klinik tetapi bukaannya belum lengkap, jadi di suruh balik dulu"jelas bunda
"ayah bebersih dan berberes dululah, biar nanti kita bisa ke klinik lagi" kata bunda melanjutkan. 

Aku pun segera mandi, sholat, mengganti bajuku yang sudah dari pagi tadi ku pakai, bunda memang tidur di rumah orang tuanya karena dari semalam, karena tanda-tanda tersebut sudah terasa sehingga akan lebih cepat untuk menuju klinik yang berada di jalan M Isa.

Hijet 1000 1982 yang suka mogok saat di perlukan
Ba'da magrib, kamipun segera ke klinik, dengan membawa Hijet 100 yang sering mogok kalau terendam banjir, tetapi tidak ada akar rotanpun jadi. Hanya memakan waktu kurang lebih 7 menit kamipun tiba di klinik.

Bundapun langsung masuk di ruangan persalinan, ayuk dan kakak menunggu di ruang tunggu bersama nyai, datuk, acik mimin dan ujuk. Dari selesai magrib bunda menahan sakit sehingga tindakan pun dilakukan oleh bidan yang di saksikan dokter, karena dokter di klinik inilah  tempat kami sering berkonsultasi selama bunda mengandung anak ke 3 ini. 

Azan isya pun mengalun bersamaan dengan lahirnya mahluk Allah yang baru ke dunia ini, tangisan pertamanya yang kencang membuat kami meneteskan air mata, engkau terlahir sebagai laki-laki yang tidak kami duga sebelumnya, karena saat USG dokterpun bingung menentukan jenis kelamin mu. 15 November 2012 atau 29 Dzulqodah 1434 H  azan dan iqomah kalimat pertama kali memasuki gendang telingamu, ayahmu sendiri yang melantunkan nya saat matamu masih terpejam di dalam box bayi.

"Siapa rencana nama anaknya pak ?"Tanya dokter tersebut
"belum ada dok " jawabku
"kalau belum ada kasih nama Muhammad saja" kata dokter tersebut
'Insya Allah dok"jawabku


Jujur kami memang belum mempersiapkan nama apapun untuk anak laki-laki karena perkiraan kami kemungkinan akan lahir anak cewek lagi, tetapi yang lahir ternyata penerus nasab, dan sampai hari ke 5 pun namanya masih tetap Muhammad seperti saran dari dokter tersebut.

Setelah habis melahirkan badan bunda pun gemetaran, menggigil seperti orang demama,
"kenapa bunda ?" tanyaku
"Yah.... cari makanan sekarang, bunda lapar"kata bunda sambil menahan getaran tubuhnya
"makanan apa ?"tanyaku
"terserah mau makanan apa.. yang penting makanan..."kata bunda sambil marah, jarang-jarang lihat bunda marah

Akupun turun dari klinik, saat bertemu dengan tukang gorengan langsung kubeli, kemudian lanjut lagi ke mini market yang tidak terlalu jauh, beberapa jenis roti dan minuman ringan ku beli sebagai makanan bunda.

Hari Minggu bunda pun sudah di perkenankan pulang, kondisi bunda dan adek pun sehat dan stabil, hujan yang turun dengan derasnya membuat suasana menjadi sejuk, di beberapa titik jalan M Isa menjadi banjir.

Bunda, Nyai, adek , kakak, ayuk, ujuk, acik mimin dan aku pun naik ke Hijet 100  dengan datuk yang menyetir, setelah berjalan kurang dari 2 menit saat melintasi banjir, si hijet ini mogok dan tidak mau di starter lagi.

"Bangsat.... dasar mobil keparat, pake mogok pula"rutuku dalam hati

Akhirnya kami 3 laki-laki pun mendorong mobil tersebut keluar dari genangan banjir, setelah di diamkan dan bagian mensinnya sudah kering, barulah mobil tersebut bisa hidup kembali.

Welcome home my boy..



Sungai Musi Dan Perahu Ketek, Sahabat Setia Yang Tak Terpisahkan


Hari ini pencarian data kami mulai kembali, tugas kantor yang sudah mendekati dead line, harus segera kami serahkan, kedepan perjalanan melelahkan Palembang - Lampung melalui lintas barat juga harus di tempuh setelah ini. 

Kali ini jalur sungai musi yang kami ambil, karena sebelumnya team lain yang bertugas di kawasan Banyuasin hingga ke Sungsang, Upang, Makarti, Karang Agung dan beberapa tempat lainnya sudah mendapatkan data. Kami yang baru menyelesaikan survey di kawasan arah sungai ogan, jembatan Musi II, Pulokerto masih harus melengkapi data tersebut dengan data perjalanan hari ini.

Bersama om Angga
Dari bawah jembatan Ampera kamipun menyewa angkutan air dengan tujuan berkeliling sungai musi, melintasi pulau kemaro, pulau salah nama secara PP, bersama om Angga dan om Rafik kami pun memulai perjalanan hari ini.

Matahari yang mulai menerpa kulit kami terasa hangat begitupun pantulan sinar matahari di air sungai musi yang berkilat-kilat, penelusuran di mulai dari bagian seberang ilir karena rencananya ada beberapa tempat yang akan kita datangi. Berbekal kamera digital dan beberapa kertas isian kamipun menyelusuri sungai yang membelah kota ini. 

Om Rafik yang mulai kepanasan
Kesibukan tampak jelas di sungai ini dari kegiatan bongkar muat barang, sampai hilir mudik perahu ketek mengantar penumpang dari seberang ilir ke seberang ulu atapun sebaliknya, tampak juga kapal-kapal yang sedang sandar di sungai musi, memperhatikan kehidupan di sekitar sungai Musi seakan menapak tilas kehidupan masa lalu. Sungai sepanjang 720 kilometer dengan lebar 300 meter hingga 2,1 kilometer ini menorehkan sejarah panjang mulai dari kejayaan Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Palembang Darussalam, hingga masa kolonial Belanda. Sejumlah benda peninggalan ditemukan dari tepian di hulu hingga hilir sungai.

Banyaknya kampung etnis yang tersebar di tepi sungai menandakan maraknya pendatang yang berdagang menggunakan jalur Sungai Musi. Ada Kampung Kapitan yang merupakan jejak peradaban Tionghoa di Palembang dan ada juga Kampung Arab Sungai Bayas, 13 Ulu atapun perkampungan Assegaf. .

Tepat di samping kapal pupuk PT. Pusri
Setelah mencapai tujuan pertama kamipun turun untuk melakukan wawancara, setelah di rasa data sudah di dapat semua kamipun naik kembali ke atas perahu ketek untuk melanjutkan perjalanan. Terlihat anak sekolah yang mengunakan transportasi yang sama seperti yang kami pakai pergi sekolah bersama-sama di satu perahu. 

Ternyata perjalanan menggunakan perahu ketek ini cukup memakan waktu, baru tersadar saat di atas kapal ini kami tidak membawa makanan sama sekali sebagai camilan, hanya beberapa botol air mineral yang kami bawa sebelum mengarungi sungai musi. Setelah beberapa titik yang kami tuju sudah di datangi semua  maka saatnya bergerak pulang, saat itu matahari sudah mulai condong ke barat, kulihat jam tanganku sudah menunjukan pukul 2 siang, bercampur antara, panas dan lapar lengkap sudah penderitaan hari ini.

Hasil karya om Rafik
Om Rafik lagi on action
Saat ketek ini melintasi pesisir kampung arab Assegaf, mesin kapal pun seperti berjalan tidak normal, si supir ketek bilang biasanya tersangut tali atau eceng gondok, tetapi ternyata kejadian, saat melintasi kawasan 14 ulu, ketek tersebut benar-benar mati mesinya dan setelah di coba di hidupkan oleh si supir juga tidak mau hidup.

Lama juga kami terapung apung di pinggir sungai tepat di samping rumah pengolahan kodok, tampak anak-anak yang berenang di sungai musi tepat di depan ketek kami, lengkap sudah penderitaan hari ini, lapar, panas dan ngadat.

Tiba-tiba blackberry ku berbunyi, saat ku lihat bunda yang menelponku;
"Assalamualikum, bunda ... ada apa ? tanyaku
"Yah, dimana ?,  kayaknya sudah saatnya , cepat pulang yah " kata istriku
"Lagi di sungai musi, keteknya mogok, nanti kalau sudah sampai ke darat ayah langsung pulang"jawabku

Ada rasa nggak sabar merasuki diri ini untuk segera pulang, tetapi ketek masih moggok sedangkan masih satu titik lagi yang harus kami kunjungi sebagai pengumpul data terakhir, cukup lama si supir ketek memperbaiki mesinya, hingga akhirnya temannya  yang di telponya dari tadi datang.

Jam sudah menujukan pukul 4 sore, perahu ketek kamipun di tarik hingga menuju ke dermaga tempat kami naik pada pagi tadi, tugas hari ini sudah selesai, kamipun bertiga makan siang yang kesorean terlebih dahulu sebelum pulang.

"Fik, titip ini, kerjain besok karena mungkin besok saya nggak masuk"kataku
"Kenapa pak ?"tanya Rafik
"Istri mau turun mesin" jawabku sambil senyum
"Oh........." Angguk Rafik yang masih bujangan ini. 

Ku telusuri aspal sambil terus berdoa "Ya, Allah semoga ke duanya dalam keadaan selamat dan sehat".

"Kalu lum pernah naek ketek di sungi musi lum meraso ke Palembang"
--------------------------------------------------------------------------------
Kalau belum pernah naik kapal ketek di sungai musi belum merasa ke Palembang

Sunday, 8 July 2012

Gelora Sriwijaya Jakabaring, Komplek Olahraga Beruansa Wisata Keluarga

Tidak Jauh Dari Gerbang Masuk
Untuk menghilangkan kesedihan anak-anak karena tidak bisa bermain dengan bunda, bunda yang saat ini sedang di rawat di rumah sakit Pelabuhan karena lemahnya kondisi beliau saat kandungannya menginjak bulan ke 5 di tambah dengan penyakit maag nya yang kambuh.

Sejak bunda di rawat memang menimbulkan kesedihan sendiri bagi anak-anak, walaupun anak-anak di perbolehkan untuk masuk dan menginap disana tetapi tetap saja bunda tidak bisa terlalu capek untuk menemani anak-anak, kakak seharian bermain di rumah sakit bersama nyai dan ayuk yang terpaksa izin dulu untuk sementara ini dari sekolahnya. Karena ayah hanya malam hari bisa menjaga bunda di rumah sakit karena di pagi sampai sore hari harus menjalankan tugas seperti biasa hingga bergantian dengan nyai.

Minggu 8 Juli,  ini hari ke 3 bunda sudah di rawat, kondisi bunda sudah mulai membaik, sudah bisa duduk, makan pun sudah mulai normal walaupun tidak terlalu banyak, ayuk dan kakak hanya bermain di lantai sambil di temani film kartun di tv kabel rumah sakit, tampak raut kebosanan di muka mereka karena seharian hanya di rumah sakit saja.

"Bun, .. ayah ajak anak-anak jalan-jalan dulu ya .."kataku ke bunda
ayuk dan kakak yang mendengar kata seperti itu mata mereka langsung berbinar-binar
"Mau kemana ?"Tanya bunda 
"Keliling-keliling saja " Jawabku
"Tapi jangan terlalu lama, makan siang nanti balik ke sini, makanannya sudah di pesan di sini" kata bunda lagi

Aku pun menyuruh anak-anak bersiap-siap dan menelpon nyai mengabarkan kalau akan keluar sebentar.

Di halama depan stadion gelora Sriwijaya
Setelah kendaraanku melintasi jalan raya berkeliling ke beberapa tempat keramaian di kota ini, hingga akhirnya akupun mendapatkan tujuan akhir yaitu ke kawasan Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring dimana ayuk dan kakak memang belum pernah ke kawasan ini sebelumnya.

Dengan membayar ticket masuk sebesar 2 ribu untuk motor dan 5 ribu untuk mobil kamipun dapat menikmati kemegahan stadion terbesar nomor 3 yang ada di Indonesia ini setelah Stadion Utama Gelora Bung Karno dan Stadion Utama Palaran.

Ada beberapa venue yang tersebar di beberapa titik di kawsaan stadion gelora sriwijaya ini, saat memasuki pintu gerbang kami di sambut oleh megahnya stadion sepak bola sekaligus markas Sriwijaya FC kebanggaan wong kito. Ayuk dan kakak beberapa kali berfoto di sini, terutama di lantai warna-warni yang menurut mereka unik,
Di depan danau ski air dan dayung
Selanjutnya kamipun melanjutkan perjalanan kami ke venue lainnya yaitu venue ski air dan dayung, di kawasan ini merupakan kawasan yang paling ramai di kunjungi oleh pengunjung terutama saat liburan, banyak keluarga yang membawa makanan untuk makan siang bersama keluarga di sini sambil menikmati panorama air yang hijau.

Kamipun melanjutkan kembali perjalanan ke pintu keluar karena matahari yang sudah meninggi, kami ingin agar tengah hari sudah ada di rumah sakit kembali, saat melintasi Jakabaring Aquatix Stadium kamipun berhenti untuk sekedar mengabadikan suasana, terlihat juga di sana modo dan modi  sebagai maskot sea games tahun 2011 yang lalu.
Di Venue Aquatiq Stadium
Bersama modo dan modi
Sebenarnya masih banyak lokasi venue yang akan kami tuju tetapi karena kondisi yang tidak memungkinkan akhirnya kami menyudahi perjalanan kali ini untuk kembali ke rumah sakit.

Monday, 9 April 2012

Candi Muaro Jambi, Jejak peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu.


Hari ini tujuan kami ke kawasan candi yang terluas di Indonesia di kawasan muaro Jambi, dengan menyusuri jalan sekitar 40 menit dari pusat kota Jambi,atau berjarak sekitar 26 kilometer. Saat memasuki kawasan tersebut kami di kenakan biaya 8 ribu perorang untuk memasuki kawasan bersejarah ini..

Saat awal menginjakan kaki dai kawasan ini sudah terlihat candi-candi yang berdiri tegak dengan gagah, di beberap tempat tampak para penjual makanan yang berusaha menarik pengunjung untuk membeli dagangannya  dan juga terlihat tempat penyewaan sepeda baik yang tunggal ataupun tandem.
abi, kakak dan adek saat menaiki salah satu sepeda sewaan di komplek candi muaro Jambi ini.
Situs Purbakala Kompleks Percandian Muaro Jambi merupakan komplek candi yang erletak di kecamatan Muara Sebo, Kabupaten Muaro Jambi sekitar 26 kilometer dari pusat kota Jambi ke arah timur, komplek candi ini yang di perkirakan dari abad ke 11 Masehi ini di klaim merupakan komplek percandian Hindu-Budha terluas di negeri ini, komplek candi yang kemungkinan akulturasi dari  peninggalan kerajaan Siwijaya dan kerajaan melau ini juga sudah di usulkan ke UNESCO untuk menjadi situs warisan dunia seperti candi Bodobudur.

Ada  9 (Sembilan) candi yang dipugar di kawasan ini. Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedung Satu, Gedung Dua, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano. Tetapi kami hanya  mendatangi 3 atau 4 candi saja karena jarak yang lumayan berjauhan antara satu dan yang lainnya. Di sekitar arel tersebut banyak bertebaran batu-batu bata yang merupakan resuntuhan cadi yang berumur ratusan tahun.

Berpose di salah satu candi
Tahun 1823 seorang letnan Inggris bernama S.C. Crooke melaporkan masalah penemuan kompleks percandian Muaro Jambi yang saat itu di tugasi untuk membuat pemetaan daerah aliran sungai demi kepentingan meliter Inggris. Tetapi laporan ini tidak di tindak lanjuti sehingga baru pada tahun 1975 di bawah pimpinan R. Soekmono melakukan pemugaran atas komplek percandia muaro Jambi ini. Sehingga pada beberapa lempeng yang ditemukan yang beraksara jawa kuno menimpulkan bahwa komplek candi Muaro Jambi ini berkisar dari abad 9-12 Masehi., setelah di lakukan penerjemahan oleh pakar epigrafi Boechari.

Kami sekeluarga besar pun melakukan beberapa kali sesi foto di candi tersebut, khas dinding bata merah yang tersusun rapi menjadi candi merupakan mahakarya tempo dulu yang sebagian lagi masih terkubur di dalam tanah, karena berdasarkan informasi yang saya saat berkunjung ke museum di kawasan candi ini kemungkinan masih banyak yang tertimbun tanah, karena saat ini yang ada baru 61 candi yang sudah di temukan dan baru sebagian yang telah selesai dipugar selain itu juga ditemukan 85 buah ‘menapo’, reruntuhan candi yang tertimbun tanah.


Bunda yang sedang lelah untuk naik ke atas candi karena sedang mengandung anak kami yang ke 3
Kompleks percandian Muaro Jambi yang di resmikan oleh Bapak Presiden RI DR. H Susilo Bambang Yudhoyono sebagai kawasan wisata sejarah terpadu pada tanggal 22 September 2011 ini memiliki luas 12 km persegi, panjang lebih dari 7 kilometer serta luas sebesar 260 hektar yang membentang searah dengan jalur sungai atau  terletak pada tanggul alam kuno Sungai Batanghari. .

Kamipun menyempatkan singgah di museum kepurbaklaan  yang ada di kawasan ini yang berisi tentang koleksi tempat menyimpan temuan purbakala, dan adanya Arca Prajnaparamita, Arca dalam wujud dewi ini digambarkan dalam dharma-canramudra, yaitu sikap tangan sedang memutus roda dharma. Belanga, merupakan wadah logam dengan berat 160 kg serta tinggi 0,67 meter dengan lingkar bibir berdiameter 1,06 meter.

Dengan background kolam telagorajo
Di dalam kompleks tersebut tidak hanya terdapat candi tetapi juga ditemukan parit atau kanal kuno buatan manusia, kolam tempat penammpungan air serta gundukan tanah yang di dalamnya terdapat struktur bata kuno. 

Dalam kompleks tersebut juga ditemukan arca prajnyaparamita, dwarapala, gajahsimha, umpak batu, lumpang/lesung batu. Gong perunggu dengan tulisan Cina, mantra Buddhis yang ditulis pada kertas emas, keramik asing, tembikar, belanga besar dari perunggu, mata uang Cina, manik-manik, bata-bata bertulis, bergambar dan bertanda, fragmen pecahan arca batu, batu mulia serta fragmen besi dan perunggu. Selain candi pada kompleks tersebut juga ditemukan gundukan tanah (gunung kecil) yang juga buatan manusia. Oleh masyarakat setempat gunung kecil tersebut disebut sebagai Bukit Sengalo atau Candi Bukit Perak.

Kurang lebih pada pukul 12 siang kami menyudahi perjalanan kami berwisata ke kawasan candi Muaro Jambi ini, mudah-mudahan satu saat dapat kembali lagi dengan liputan yang lebih lengkap. 

Di depan museum kawasan candi muaro  Jambi


Jambi, Muaro Jambi, 0412, Dodi NP