Adek alias M. Ilham Khoirul Azam |
"Bagaimana bun " tanyaku ke bunda
"tadi sudah ke klinik tetapi bukaannya belum lengkap, jadi di suruh balik dulu"jelas bunda
"ayah bebersih dan berberes dululah, biar nanti kita bisa ke klinik lagi" kata bunda melanjutkan.
Aku pun segera mandi, sholat, mengganti bajuku yang sudah dari pagi tadi ku pakai, bunda memang tidur di rumah orang tuanya karena dari semalam, karena tanda-tanda tersebut sudah terasa sehingga akan lebih cepat untuk menuju klinik yang berada di jalan M Isa.
Hijet 1000 1982 yang suka mogok saat di perlukan |
Ba'da magrib, kamipun segera ke klinik, dengan membawa Hijet 100 yang sering mogok kalau terendam banjir, tetapi tidak ada akar rotanpun jadi. Hanya memakan waktu kurang lebih 7 menit kamipun tiba di klinik.
Bundapun langsung masuk di ruangan persalinan, ayuk dan kakak menunggu di ruang tunggu bersama nyai, datuk, acik mimin dan ujuk. Dari selesai magrib bunda menahan sakit sehingga tindakan pun dilakukan oleh bidan yang di saksikan dokter, karena dokter di klinik inilah tempat kami sering berkonsultasi selama bunda mengandung anak ke 3 ini.
Azan isya pun mengalun bersamaan dengan lahirnya mahluk Allah yang baru ke dunia ini, tangisan pertamanya yang kencang membuat kami meneteskan air mata, engkau terlahir sebagai laki-laki yang tidak kami duga sebelumnya, karena saat USG dokterpun bingung menentukan jenis kelamin mu. 15 November 2012 atau 29 Dzulqodah 1434 H azan dan iqomah kalimat pertama kali memasuki gendang telingamu, ayahmu sendiri yang melantunkan nya saat matamu masih terpejam di dalam box bayi.
"Siapa rencana nama anaknya pak ?"Tanya dokter tersebut
"belum ada dok " jawabku
"kalau belum ada kasih nama Muhammad saja" kata dokter tersebut
'Insya Allah dok"jawabku
Jujur kami memang belum mempersiapkan nama apapun untuk anak laki-laki karena perkiraan kami kemungkinan akan lahir anak cewek lagi, tetapi yang lahir ternyata penerus nasab, dan sampai hari ke 5 pun namanya masih tetap Muhammad seperti saran dari dokter tersebut.
Setelah habis melahirkan badan bunda pun gemetaran, menggigil seperti orang demama,
"kenapa bunda ?" tanyaku
"Yah.... cari makanan sekarang, bunda lapar"kata bunda sambil menahan getaran tubuhnya
"makanan apa ?"tanyaku
"terserah mau makanan apa.. yang penting makanan..."kata bunda sambil marah, jarang-jarang lihat bunda marah
Akupun turun dari klinik, saat bertemu dengan tukang gorengan langsung kubeli, kemudian lanjut lagi ke mini market yang tidak terlalu jauh, beberapa jenis roti dan minuman ringan ku beli sebagai makanan bunda.
Hari Minggu bunda pun sudah di perkenankan pulang, kondisi bunda dan adek pun sehat dan stabil, hujan yang turun dengan derasnya membuat suasana menjadi sejuk, di beberapa titik jalan M Isa menjadi banjir.
Bunda, Nyai, adek , kakak, ayuk, ujuk, acik mimin dan aku pun naik ke Hijet 100 dengan datuk yang menyetir, setelah berjalan kurang dari 2 menit saat melintasi banjir, si hijet ini mogok dan tidak mau di starter lagi.
"Bangsat.... dasar mobil keparat, pake mogok pula"rutuku dalam hati
Akhirnya kami 3 laki-laki pun mendorong mobil tersebut keluar dari genangan banjir, setelah di diamkan dan bagian mensinnya sudah kering, barulah mobil tersebut bisa hidup kembali.
No comments:
Post a Comment