Monday 9 April 2012

Candi Muaro Jambi, Jejak peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu.


Hari ini tujuan kami ke kawasan candi yang terluas di Indonesia di kawasan muaro Jambi, dengan menyusuri jalan sekitar 40 menit dari pusat kota Jambi,atau berjarak sekitar 26 kilometer. Saat memasuki kawasan tersebut kami di kenakan biaya 8 ribu perorang untuk memasuki kawasan bersejarah ini..

Saat awal menginjakan kaki dai kawasan ini sudah terlihat candi-candi yang berdiri tegak dengan gagah, di beberap tempat tampak para penjual makanan yang berusaha menarik pengunjung untuk membeli dagangannya  dan juga terlihat tempat penyewaan sepeda baik yang tunggal ataupun tandem.
abi, kakak dan adek saat menaiki salah satu sepeda sewaan di komplek candi muaro Jambi ini.
Situs Purbakala Kompleks Percandian Muaro Jambi merupakan komplek candi yang erletak di kecamatan Muara Sebo, Kabupaten Muaro Jambi sekitar 26 kilometer dari pusat kota Jambi ke arah timur, komplek candi ini yang di perkirakan dari abad ke 11 Masehi ini di klaim merupakan komplek percandian Hindu-Budha terluas di negeri ini, komplek candi yang kemungkinan akulturasi dari  peninggalan kerajaan Siwijaya dan kerajaan melau ini juga sudah di usulkan ke UNESCO untuk menjadi situs warisan dunia seperti candi Bodobudur.

Ada  9 (Sembilan) candi yang dipugar di kawasan ini. Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedung Satu, Gedung Dua, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano. Tetapi kami hanya  mendatangi 3 atau 4 candi saja karena jarak yang lumayan berjauhan antara satu dan yang lainnya. Di sekitar arel tersebut banyak bertebaran batu-batu bata yang merupakan resuntuhan cadi yang berumur ratusan tahun.

Berpose di salah satu candi
Tahun 1823 seorang letnan Inggris bernama S.C. Crooke melaporkan masalah penemuan kompleks percandian Muaro Jambi yang saat itu di tugasi untuk membuat pemetaan daerah aliran sungai demi kepentingan meliter Inggris. Tetapi laporan ini tidak di tindak lanjuti sehingga baru pada tahun 1975 di bawah pimpinan R. Soekmono melakukan pemugaran atas komplek percandia muaro Jambi ini. Sehingga pada beberapa lempeng yang ditemukan yang beraksara jawa kuno menimpulkan bahwa komplek candi Muaro Jambi ini berkisar dari abad 9-12 Masehi., setelah di lakukan penerjemahan oleh pakar epigrafi Boechari.

Kami sekeluarga besar pun melakukan beberapa kali sesi foto di candi tersebut, khas dinding bata merah yang tersusun rapi menjadi candi merupakan mahakarya tempo dulu yang sebagian lagi masih terkubur di dalam tanah, karena berdasarkan informasi yang saya saat berkunjung ke museum di kawasan candi ini kemungkinan masih banyak yang tertimbun tanah, karena saat ini yang ada baru 61 candi yang sudah di temukan dan baru sebagian yang telah selesai dipugar selain itu juga ditemukan 85 buah ‘menapo’, reruntuhan candi yang tertimbun tanah.


Bunda yang sedang lelah untuk naik ke atas candi karena sedang mengandung anak kami yang ke 3
Kompleks percandian Muaro Jambi yang di resmikan oleh Bapak Presiden RI DR. H Susilo Bambang Yudhoyono sebagai kawasan wisata sejarah terpadu pada tanggal 22 September 2011 ini memiliki luas 12 km persegi, panjang lebih dari 7 kilometer serta luas sebesar 260 hektar yang membentang searah dengan jalur sungai atau  terletak pada tanggul alam kuno Sungai Batanghari. .

Kamipun menyempatkan singgah di museum kepurbaklaan  yang ada di kawasan ini yang berisi tentang koleksi tempat menyimpan temuan purbakala, dan adanya Arca Prajnaparamita, Arca dalam wujud dewi ini digambarkan dalam dharma-canramudra, yaitu sikap tangan sedang memutus roda dharma. Belanga, merupakan wadah logam dengan berat 160 kg serta tinggi 0,67 meter dengan lingkar bibir berdiameter 1,06 meter.

Dengan background kolam telagorajo
Di dalam kompleks tersebut tidak hanya terdapat candi tetapi juga ditemukan parit atau kanal kuno buatan manusia, kolam tempat penammpungan air serta gundukan tanah yang di dalamnya terdapat struktur bata kuno. 

Dalam kompleks tersebut juga ditemukan arca prajnyaparamita, dwarapala, gajahsimha, umpak batu, lumpang/lesung batu. Gong perunggu dengan tulisan Cina, mantra Buddhis yang ditulis pada kertas emas, keramik asing, tembikar, belanga besar dari perunggu, mata uang Cina, manik-manik, bata-bata bertulis, bergambar dan bertanda, fragmen pecahan arca batu, batu mulia serta fragmen besi dan perunggu. Selain candi pada kompleks tersebut juga ditemukan gundukan tanah (gunung kecil) yang juga buatan manusia. Oleh masyarakat setempat gunung kecil tersebut disebut sebagai Bukit Sengalo atau Candi Bukit Perak.

Kurang lebih pada pukul 12 siang kami menyudahi perjalanan kami berwisata ke kawasan candi Muaro Jambi ini, mudah-mudahan satu saat dapat kembali lagi dengan liputan yang lebih lengkap. 

Di depan museum kawasan candi muaro  Jambi


Jambi, Muaro Jambi, 0412, Dodi NP

No comments:

Post a Comment