Pantai Anyer 2011 |
Setelah tanggal pernikahan antara adik kami Wawan & Lia di sepakati yaitu pada tanggal 21 Februari 2011 yang akan berlangsung di kediaman Lia di daerah Cibiru, Ujung Berung, Bandung.
Keluarga besar dari sebelah datuk dan nyai semuanya sudah di kontak termasuk acek & cicik yang tinggal di daerah Anyer, karena dari rencana perjalanan ini kami akan menginap terlebih dahulu di Anyer baru bersama-sama melanjutkan perjalanan ke Bandung. Om Anto setelah di hubungi acik mimin pun bersedia ikut karena kebetulan beliau sedang ada pekerjaan di sana, dengan membawa Phanter 96 Ijo metaliknya perjalanan ini akan menempuh jarak yang cukup jauh karena melintas Sumatera - Jawa
18 Februari 2011 (Hari Ke - 1 )
Keluarga besar pun sudah bersiap-siap rencana keberangkatan pada malam ini bada sholat isya, yang ikut di mobil om anto kami sekeluarga berempat, nyai, acik mimin, acik wancik, mama, kendaraan lumayan padat dimana sebagaian barang kami ikat diatas atap kendaraan. Datuk, abi & umi dan beberapa anggota keluarga lainnya menggunakan kereta malam yang akan berangkat pada pukul 8 malam ini.
Mobil melaju kencang melahap setiap meter aspal di lintas timur Sumatera, asli... saat liat om Anto membawa mobil secepat itu nyaliku ikut kecut juga, karena selama ini aku tidak pernah membawa mobil secepat itu terutama di jalan lintas timur Sumatera.
Beberapa kali kami beristirahat di SPBU untuk melepas lelah dan sekedar mengisi perut, saat perjalanan sudah mendekati tengah malam, mobil om Anto di pacu seperti tiada putusnya, kebetulan aku dan kakak duduk di kursi depan, saat akan memotong salah satu bus malam di kawasan Tarahan , Lampung. Kami hampir celaka, karena bus malam tidak mau mengalah malahan bagian belakang bus tersebut hampir menyenggol badan mobil kami sehingga om Anto banting stir ke kiri dan masuk ke dalam genangan air yang cukup dalam, jujur saja kalau saat itu mukaku di lihat di tempat terang pasti seperti orang yang tidak mempunyai darah alias pucat.
19 Februari 2011 (Hari Ke - 2 )
Pagi hari saat memasuki di kota Lampung mobil pun sempat di berhentikan polisi kejadian ini terjadi 2 kali yaitu di kota Bandar Lampung dan saat akan memasuki pelabuhan Bakahuni, dengan alasan kami membawa barang di atas atap sedangkan saat ini bukan liburan nasional, kamipun saling ngotot dengan polisi tersebut walaupun akhirnya masalahnya bisa di selsaikan juga.
Siang mulai menjelang saat kapal penyeberangan mulai merapat ke dermaga, setelah kapal berlayar om Anto langsung ku suruh memasuki ruangan tidur untuk istirahat, lumayan istirahan selama 2,5 jam. Kapal pun mengarungi selat sunda, ruangan yang ku bayar untuk keluarga yang lain justru banyak yang tidak di pakai karena pada duduk di luar kapal semua dengan alasan bisa melihat laut.
Setelah kurang lebih 2,5 jam berlayar di lautan tibalah kami di pelabuhan Merak, yang berarti tidak terlalu lama lagi kami bisa sampai ke rumah acek di Anyer. Walau di tengah kota mobil yang di pacu om Anto seperti di kejar oleh harimau yang sedang kelaparan.
Sekita pukul 2 sore kami sampai dirumah acek di pandawaan Anyer, setelah selesai menurunkan barang, ada yang langsung merebahkan badan, ada yang langsung makan dan berbagai macam pola lainnya.
Setelah bertemu semua dengan keluarga di anyer termasuk om Maska yang katanya cukup terkenal disana, dan bercerita tentang segala hal baik tentang Palembang, di perjalanan dan lain sebagainya. sekitar pukul 4 sore om Maska mengajak kami untuk ke pantai, mendengar seperti itu anak-anak sangat senang sekali, ayuk dan kakak malahan seperti orang yang sudah bertahun-tahun tidak ke temu air saat di bilang ke pantai.
Om Anto membawa kami ke pantai tersebut om Maska yang menjadi pemandu jalan membuat segalanya terlihat seperti mudah, masuk ke pantai di kawasan Marbelapun kami gratis sedangkan pengunjung lain harus bayar, Om Maska memang top..... jawara euy.
Untuk kali pertama kami ke pantai di Anyer ini yang konon disebut-sebut sebagai "Kuta"-nya Banten. Pantai ini ternyata terdiri dari berbagai pantai yang berbeda-beda nama tetapi masih dalam satu garis pantai yang sama. Salah satunya adalah Pantai Pasir Putih. Di akhir pekan, pantai ini ramai oleh pengunjung, mulai dari anak-anak sampai orang tua.
Ayuk, kakak, om Amik, om Rafli seru sekali bermain air membuat kami pun ikut basah karena mencegah mereka agar tidak terlalu ketengah, terlihat banana boat yang di naiki 5 orang melaju kencang, dan jet ski yang bermanufer di antara ombak membuat sore ini semakin basah.
Saat matahari semakin kebarat kamipun menyudahi bermain di pantai ini, jangan sampai anak-anak pada kedinginan dan sakit, baju dan celana pada basah semua, tetapi pengalaman pertama ke pantai di Anyer selalu melekat di pikiran kakak dan ayuk.
Keluarga besar dari sebelah datuk dan nyai semuanya sudah di kontak termasuk acek & cicik yang tinggal di daerah Anyer, karena dari rencana perjalanan ini kami akan menginap terlebih dahulu di Anyer baru bersama-sama melanjutkan perjalanan ke Bandung. Om Anto setelah di hubungi acik mimin pun bersedia ikut karena kebetulan beliau sedang ada pekerjaan di sana, dengan membawa Phanter 96 Ijo metaliknya perjalanan ini akan menempuh jarak yang cukup jauh karena melintas Sumatera - Jawa
18 Februari 2011 (Hari Ke - 1 )
Keluarga besar pun sudah bersiap-siap rencana keberangkatan pada malam ini bada sholat isya, yang ikut di mobil om anto kami sekeluarga berempat, nyai, acik mimin, acik wancik, mama, kendaraan lumayan padat dimana sebagaian barang kami ikat diatas atap kendaraan. Datuk, abi & umi dan beberapa anggota keluarga lainnya menggunakan kereta malam yang akan berangkat pada pukul 8 malam ini.
Mobil melaju kencang melahap setiap meter aspal di lintas timur Sumatera, asli... saat liat om Anto membawa mobil secepat itu nyaliku ikut kecut juga, karena selama ini aku tidak pernah membawa mobil secepat itu terutama di jalan lintas timur Sumatera.
Beberapa kali kami beristirahat di SPBU untuk melepas lelah dan sekedar mengisi perut, saat perjalanan sudah mendekati tengah malam, mobil om Anto di pacu seperti tiada putusnya, kebetulan aku dan kakak duduk di kursi depan, saat akan memotong salah satu bus malam di kawasan Tarahan , Lampung. Kami hampir celaka, karena bus malam tidak mau mengalah malahan bagian belakang bus tersebut hampir menyenggol badan mobil kami sehingga om Anto banting stir ke kiri dan masuk ke dalam genangan air yang cukup dalam, jujur saja kalau saat itu mukaku di lihat di tempat terang pasti seperti orang yang tidak mempunyai darah alias pucat.
19 Februari 2011 (Hari Ke - 2 )
Pagi hari saat memasuki di kota Lampung mobil pun sempat di berhentikan polisi kejadian ini terjadi 2 kali yaitu di kota Bandar Lampung dan saat akan memasuki pelabuhan Bakahuni, dengan alasan kami membawa barang di atas atap sedangkan saat ini bukan liburan nasional, kamipun saling ngotot dengan polisi tersebut walaupun akhirnya masalahnya bisa di selsaikan juga.
Bunda, kakak, adek + Nyai |
Setelah kurang lebih 2,5 jam berlayar di lautan tibalah kami di pelabuhan Merak, yang berarti tidak terlalu lama lagi kami bisa sampai ke rumah acek di Anyer. Walau di tengah kota mobil yang di pacu om Anto seperti di kejar oleh harimau yang sedang kelaparan.
Jalan di Cilegon |
Kawasan Industri Krakatau Steell |
Angkot silvernya sudah kelihatan berarti tidak lama lagi sampai |
Setelah bertemu semua dengan keluarga di anyer termasuk om Maska yang katanya cukup terkenal disana, dan bercerita tentang segala hal baik tentang Palembang, di perjalanan dan lain sebagainya. sekitar pukul 4 sore om Maska mengajak kami untuk ke pantai, mendengar seperti itu anak-anak sangat senang sekali, ayuk dan kakak malahan seperti orang yang sudah bertahun-tahun tidak ke temu air saat di bilang ke pantai.
Salah satu pantai di Anyer |
Untuk kali pertama kami ke pantai di Anyer ini yang konon disebut-sebut sebagai "Kuta"-nya Banten. Pantai ini ternyata terdiri dari berbagai pantai yang berbeda-beda nama tetapi masih dalam satu garis pantai yang sama. Salah satunya adalah Pantai Pasir Putih. Di akhir pekan, pantai ini ramai oleh pengunjung, mulai dari anak-anak sampai orang tua.
mataharinya mulai bergerak turun ke barat |
Anyer. Satu kata yang bisa membawa kisah hingga ke masa lampau. Saat Gubernur Jenderal Daendels membangun proyek ambisiusnya, jalan pos Anyer-Panarukan. Jaraknya yang hanya tiga jam perjalanan dari Jakarta, masih menjadikan Anyer pelarian penduduk Jakarta untuk pelesir di tengah panorama laut lepas.
Anak-anak yang melihat air seperi melihat orang lapar melihat makanan, mereka berhamburan menuju pantai , saat itu ombak pantai ini lagi bersahabat sehingga anak-anak bisa merasakan deburan ombak dan bermain pasir hingga bibir mereka membiru.
Anak-anak yang melihat air seperi melihat orang lapar melihat makanan, mereka berhamburan menuju pantai , saat itu ombak pantai ini lagi bersahabat sehingga anak-anak bisa merasakan deburan ombak dan bermain pasir hingga bibir mereka membiru.
Saat matahari semakin kebarat kamipun menyudahi bermain di pantai ini, jangan sampai anak-anak pada kedinginan dan sakit, baju dan celana pada basah semua, tetapi pengalaman pertama ke pantai di Anyer selalu melekat di pikiran kakak dan ayuk.
Semoga esok hari ada kesempatan kembai untuk bermain bersama deburan ombak pantai Anyer dan memapaki pasir putihnya yang lembut laut membuat kira memang menjadi lebih segar. Yang penting saat ini prioritas pertama adalah istirahat karena besok Bandung sudah menunggu.
Anyer, Pantai Anyer, 0211, Dodi NP
No comments:
Post a Comment