Saturday, 26 February 2011

Antara Kereta Api Ekonomi, Knalpot Bajaj & Puncak Tugu Monas

Di kereta api ekonomi Kalimaya  jurusan Stasiun Kenceng - Stasiun Tanah Abang 
25-26 Februari 2011 (Hari Ke 8-9)
Setelah selesai dari pantai karang bolong keesokan harinya,  kami berencana untuk ke Jakarta dengan tujuan Monas dan juga ke daerah Tambun, Bekasi ketempar salah satu kerabat dengan menggunakan Kereta Api ekonomi Kalimaya tujuan stasiun tanah abang .

Karena memang sebelumnya kami belum pernah menggunakan kereta api ekonomi jurusan  Krenceng - Tanah Abang ini. Pukul 5 pagi selesai sholat subuh kami sudah bertolak menuju stasiun kereta api krenceng dengan waktu tempuh +/- 20 menit dari rumah di pandawaan.

Angkot yang membawa kamipun melaju kencang di sela sinar matahari yang mulai bergerak naik, angkot silver ini beberapa kali berhenti untuk mengangkut penumpang yang mayoritas pedagang pasar ataupun masyarakat yang akan berbelanja ke pasar, setibanya di stasiun krenceng kami pun membeli ticket sebanyak 4 lembar dengan harga 5 ribu per orang.

Saat kereta api sudah berhenti di stasiun krenceng, kamipun mulai naik dan mencari tempat duduk, kondisi masih sepi dan lengang,  Ayuk  dan kakak pun masih senang, tetapi setelah tiba di beberapa stasiun pemberhentian keretapun mulai memadat dan saat tiba di  Stasiun Karangantu penumpang semakin menyesaki kereta.

Ini yang tidak terbayangkan sebelumnya, kalau saya sendiri dengan kereta kelas ekonomi sudah termasuk familiar terutama jurusan Bekasi - Jakarta karena 3 tahun tinggal dan kerja di Jakarta bukan waktu yang sebentar, tapi di luar dugaan saya untuk kondisi seperti ini juga terjadi untuk kereta api kalimaya rute Krenceng - Tanah Abang. Perasaan yang "bercampur aduk" saat di perjalanan takut membayangkan ada tindak kejahatan, adek nangis dan perasaan galau lainnya. Di tambah bau yang beragam dari mulai bau ketiak, bau badan, bau mulut, rokok, parfum, sayuran pedagang yang berbaur menjadi satu.

Tapi inilah yang menjadi pengalaman berharga bagi kami tentang  bagaimana kisrunya "transportasi massal" di negeri ini yang nggak bisa terlupakan. Di karenakan saya belum pernah mengajak keluarga untuk  naik kereta api ekonomi. Kakak juga sempat mewek saat botol minuman nya dan kantong makanan ayuk di ambil oleh seorang nenek-nenek tua yang duduk bersebelahan denganku, dan sang nenek makan dan minum dengan tenangnya.

Sambil berbisik bunda berkata :
"Biarin mungkin nenek nya haus dan lapar belum sarapan"bisik bunda ke kakak & ayuk.

Sesampai di stasiun tanah abang kamipun menyelusuri teras di stasiun dan karena adek yang mulai rewel kamipun naik angkot yang tidak jauh dari pusat perbelanjaan pasar Tanah Abang, sebelumnya memang kami sudah berjanji dengan Abi & Umi dan temanya abi yang memang tinggal di Jakarta untuk bertemu di sana, pasar tanah abang sendiri bukan tempat yang kecil untuk di jelajahi, sehingga ayuk dan kakak yang sudah kecapekan pada tidur di selasar dekat pintu masuk blok F di temani oleh aku, abi dan temanya, sedangkan bunda dan umi masih mencari-cari barang belanjaan.

Ayuk & Kakak bersama keluarga di Tambun Bekasi
Sekitar pukul 5:00 sore maka kita pun menyudahi acara belanja-belanja di pasar tanah abang ini, kami ber 6 pun menuju ke jalan raya untuk menunggu bus dengan tujuan ke Bekasi, karena tujuan kita saat itu adalah ke daerah Tambun, Bekasi  yaitu tempat saudara dari datuk yang sudah lama tinggal di daerah tersebut. Bus mayasari baktipun menjadi pilihan kami dengan ongkos sebesar  6  ribu perorang yang hanya di bayar untuk 3 kursi karena kakak masih bisa untuk di pangku.

Setelah tiba di bekasi kamipun melanjutkan dengan transportasi ojek agar bisa cepat sampai ke perumahaan tersebut. Menggunakan angkot sebenarnya juga bisa tetapi masih harus berjalan kaki lagi untuk menuju perumahan kerabat tersebut. Kami di sambut dengan gembira karena kerabat datuk yang satu ini memang sudah lama tidak kembali ke kota Palembang, semenjak beliau merantau, menikah sampai saat ini belum pernah lagi untuk mudik ke Palembang, kami sempat mengobrol lumayan sampai larut karena lama tidak bertemu, dan tidak terasa waktu tidurpun sudah memanggil.

It's real bajaj... kanalpotnya itu bro.
Keesokan harinya rencana berangkat pada pagi hari dari Tambun, kami batalkan karena ada sesuatu dan lain hal, Umi dan Abi merubah rencana dan langsung menunju loket kramat jati di kawasan terminal rawamangun untuk membeli ticket dan membawa barang kami, sedangkan aku ingin memenuhi janji ke anak-anak untuk naik bajaj & naik ke puncak tugu monas yang sering kuceritakan selama ini, dengan transportasi seperti sore kemarin yang sama kamipun berangkat lumayan siang yaitu pada pukul 9 dari Bekasi.

Sesampainya di kawasan pasar tanah abang dengan leganya kami turun dari bus,  seperti sebelumnya yang sudah saya janjikan dengan anak-anak kalau di Jakarta akan naik "bajaj" atau "Bemo" karena selama ini anak-anak saya hanya mendengan cerita tentang bajaj dan keunikannya dari saya, karena memang anak-anak kami baru kali pertama ini ke Jakart. Hanya 10 ribu Rupiah yang di minta oleh abang bajaj untuk menuju Monas dengan irama knalpot khas sang bajaj mebuat kakak dan ayuk tertawa tebahak-bahak.

Ayuk berumur 7 tahun dan kakak berumur 3 tahun
Tidak sampai 5 menit bajaj yang kami tumpangi pun tiba di Monas, kamipun berjalan menyelusuri taman silang yang lumayan jauh, sempat beberapa kali kami berfoto disana, langsung antri untuk membeli ticket untuk ke "puncak", kami harus bersabar antri di elevator (lift) karena antrian saat itu cukup panjang dan cuaca juga mulai mendung saat ini.

Kamipun langsung mencari loket pembelian ticket, ternyata harus memasuki seperti trowongan bawah tanah baru bertemu tempat pembelian ticket dengan membayar 12 ribu Rupiah untuk 4 orang  (2 dewasa dan 2 anak-anak) kamipun langsung naik ke bagian cawan, setelah antri sebentar kamipun memasuki lift yang akan mengantar kami ke bagian puncak tugu monas. Lift yang berkapasitas 11 orang untuk sekali angkut. yang bisa membawa pengunjung menuju pelataran puncak berukuran 11 x 11 meter di ketinggian 115 meter dari permukaan tanah. Pelataran puncak ini dapat menampung sekitar 50 orang, serta terdapat teropong untuk melihat panorama Jakarta lebih dekat selama 15 menit dengan memasukan koin yang di beli seharga 2 ribu Rupiah.

Di Puncak Monas Bunda, Ayuk & Kakak
Adek dan kakak bergantian menggunakan teropong tersebut entah apa celoteh kakak yang bicaranya masih banyak belum ku mengerti, sebenarnya kami ingin berlama-lama di puncak tugu monas, tapi sayang saat itu cuaca yang kurang bersahabat membuat kami tidak bisa berlama-lama di Puncak Monas tersebut.

Selesai dari Monas kami langsung bergerak ke terminal bus Rawamangun  menggunakan taxi menggunakan taxi blue bird, karena dari sana si "Kramat Djati" sudah siap mengantar kami ke Palembang, dan liburan pun berakhir.

Di atas sang kramat Djati

See you in the next holiday 



Anyer - Jakarta, Monas, 0211, Dodi NP

Thursday, 24 February 2011

Pantai Karang Bolong Anyer, Si Panorama Indah Beraroma Laut


Ini perutku mana perut mu
24 Februari 2011 (Hari ke - 7 )
Pada sore hari ini kamipun pelesiran ke arah pantai karang bolong, di pandu oleh istri acek dan om maska, hanya butuh waktu 20 menit perjalana dengan menyusuri pesisir pantai, mobil om Anto  padat dengan penumpang yang penasaran dengan pantai yang satu ini.

Pantai Karang Bolong yang terletak 50 Km dari kota Serang atau 140 Km dari kota Jakarta, sekitar 11 km kearah selatan anyer atau sekitar 30 km utara labuan. Mengapa hingga dinamakan karang bolong setelah aku berada di pantai ini aku tahu dengan sendirinya mengapa pantai ini dinamakan demikian. Pantai ini merupakan kawasan rekreasi pantai dimana terdapat sebuah karang besar yang tengahnya berlubang secara alamiah dengan membentuk lengkungan. salah satu ujung karangnya berada di pantai sedangkan yang lainnya menghadap ke laut lepas,. Kemungkinan besar Karang Bolong ini terjadi karena akibat letusan gunung Krakatau pada tahun 1883 ataupun akibat dari abrasi air laut. Di bagian puncaknya terdapat kupel peninjauan dan hutan ini sebagai tempat beristirahat sambil menikmati pemandangan laut lepas.

Bagian bawah yang menjorok ke laut di ambil dari puncak karang bolong
Dengan ticket seharga 5 ribu perorang yang dikenakakan kepada setiap pengunjung, karena kami membawa rombongan yang cukup banyak akhirnya kamipun melakukan nego untuk penguruang harga. Pantai Karang bolong merupakan pantai landai berpasir dan batu kecil yang cukup luas,  dibatasi oleh perbukitan yang tersusun oleh batuan endapan klastik asal gunung api. Pasir berwarna kelabu yang berukuran halus dan kasar berasal dari batuan tersebut yang terkikis ombak.

Ombak yang terus membentur dinding pebukitan mengikis perbukitan di kawasan ini yang memang rentang dengan abrasi, sehingga kikisan ombak membentuk bentukan abrasi yang unik, tidak heran kalau di pantai ini banyak terlihat karya alam pada karang-karang yang menjadi objek tersendiri bagi pengunjung di sini.


Gua Karang bolong di kawasan pantai ini juga menjadi objek menarik tersendiri yang terletak di sisi timur pantai, dengan ukuran panjang 30 meter dengan ketinggian 5 meter dan lebar 10 yang konon kata penduduk setempat merupakan tempat kediaman mahluk astral yang bisa di pangil dengan wiridan.

Kakak di areal gua karang bolong
Ada juga akar pohon yang sudah menjalar kemana-mana menutup sebagian karang, menjadikan tempat tersebut tempat berfoto yang artistik dengan kesan mistis. Masyarakat lokal juga terlihart membuat kerajinan dari kerang yang hasil jadinya juga di jajakan kepada pengunjung di pantai karang bolong ini, saya pun sempat membeli cermin yang berhiaskan kerang dan juga hiasan dinding yang berisi kulit biota laut.

Yang lagi menunggu di bawah
Akar pohonya keren..... ada kesan mistisnya gitu
Para pembuat kerajinan kerang di sekitar pantai karang bolong
Pemandangan laut dari atas karang memukau dan sangat menawan. Kedamaian akan sekali terasa ketika berada di atas karang. Belum lagi sepoi-sepoi angin laut yang tak henti menerpa wajah dan rambut sangat menghadirkan kesejukan. para pengunjung dapat leluasa dengan segi keamanan yang diterapkan oleh pengelola pantai ini. untuk pengunjung yang ingin bermalam pun tidak usah khawatir, karena sudah tersedia penginapan. Banyak penduduk yang menawarkan berbagai jenis makanan. jadi pengunjung tidak perlu ketakutan dengan masalah makanan.

Anak-anak akhirnya bermain lagi dengan pasir pantai dan deburan ombak, tapi biarlah karena besok aroma pantai ini sudah tidak bisa tercium lagi, menjelang senja kamipun kembali ke pandawaan dengan segurat cerita mengenai karang bolong.

Siluet.... ambil foto tepat di bawah bolongan karangnya




Pantai Karang Bolong, Anyer, 0211, Dodi NP

Wednesday, 23 February 2011

Pasar Lembang, Pasar Bersih Dengan Udara Yang Sejuk

Saat di bus jurusan Merak
23 Februari 2011 (Hari Ke 6)
Pagi hari ini seluruh anggota keluarga ku bersiap-siap untuk kembali ke tempat acek di Anyer, tetapi sebelum kembali ke Anyer kami para emak-emak ingin kepasar untuk membeli buah tangan mumpung kebetulan lagi di Lembang.

Akhirnya kamipun menuju ke kawasan pasar lembang, pasar yang lumayan bersih dan tertata ini, beragam penjual yang beragam, dari pakaian, tas, celana, topi. Bundapun membeli beberapa barang yang akan di jadikan tanda mata, dan untuk kakak dan ayuk topi berwarna pink di belikan untuk penghiasan kepala. Berbelanja di pasar Lembang sangatlah menyenangkan kaya berekreasi aja karena didukung udaranya yang segar.

Sebelum makan siang kamipun sudah kembali ke tempat kami menginap, hari ini kami di sajikan makan siang dengan menu makan siang ikan bakar dan sambel yang pedasnya itu.... ampun, yang efeknya kurasakan ke esokan harinya. Setelah bada zuhur kami semua meninggalkan desa kayu ambon. 

Saat di perjalanan
saya pun berangkat kembali ke Anyer menggunakan bus, karena pada hari sebelumnya sudah ada juga keluarga yang sudah kembali ke Anyer,  dan siang  ini semuanya akan berangkat menggunakan mobil om Anto, ayuk ikut bersama nyai di dalam mobil tersebut, sedangkan aku, bunda dan kakak akan mencoba naik bus dengan rute Bandung Cilegon.

Setelah berpamitan dengan yang tinggal di rumah tersebut, om Anto berangkat dari Lembang langsung menuju ke Anyer, sedangkan kami bertiga menunggu angkot dengan tujuan terminal luwi panjang, tak beberapa lama akhirnya kamipun menaiki salah satu angkot dengan tujuan kota Bandung, sampai ke terminal luwi panjang setelah dua kali ganti angkot.

Setelah sampai di terminal luwi panjang aku pun segera membeli ticket untuk 2 orang karena kakak masih bisa di pangku, busnya berangkat pukul 2 siang, saat bus bergerak maju meninggalkan terminal luwi panjang, dan di beberapa titi stop untuk mencari penumpang, karena bus yang kami naiki ini tidak terlalu penuh.

Bersamaan dengan stopnya bus banyak pedagang, pengamen yang naik silih berganti kedalam bus untuk sekeadan menawarkan dagangan mereka ataupun menjual suara, adek sempat merengek minta di belikan jajanan, sehingga ada beberapa jajan yang kami beli saat bus berhenti. Bus melaju lumayan cepat,  melaju di tol cipularang, untungnya kakak tidak terlalu rewel saat dibus, sekitar pukul 8 malam kamipun tiba di Anyer.

Tuesday, 22 February 2011

Cipunclut Perpaduan Pas Antara Panorama & Kuliner

Sesaat setelah makan malam bersama di Cipunclut
Setelah selesai bermain air hangat di pemandian alam ciater, dan haripun perlahan mulai kelam, kamipun bergerak menuju Puncak Ciumbuleuit Utara, yang berjarak kurang lebih 7 kilometer dari pusat kota Bandung, di mana warga sekitar sering menyebut daerah ini sebagai punclut.

Karena letaknya yang strategis tidak heran kalau menjadikan daerah ini menjadi salah satu tujuan favorit di akhir pekan, apalagi dari kawasan cihampelas yang hanya berjarak kurang lebih 3 kilometer yang merupakan destinasi belanja yang di lanjutkan dengan menuju kawasan kuliner di daerah punclut ini, tidak heran jika di akhir pekan kawasan ini akan di penuhi oleh pengunjung, perpaduan antara udara yang segar serta panorama yang di tawarkan belum tentu di dapatkan di kawasan lain.


Udara di kawasan ini memang masih sangat segar dan sejuk, saat menjelang malam seperti sekarang, kami melihat pemandangan lampu-lampu Kota Bandung dari teimpat kami berdiri. Suasana dan pemandangan lampu-lampu kota dari ketinggian sangat indah dan romantis. Tidak heran bila setiap malam minggu, banyak pasangan muda-mudi yang datang dan menikmati pesonanya. Di tempat inilah pengunjung betul-betul dapat memahami, membuktikan sendiri, mengapa para ahli kerap menyebut Bandung sebagai mangkuk geografis.

Rombongan kami
Kamipun memesan makanan khas Sunda, nasi merah dan item menjadi rekomendasi kang Maman  yang mengajak kami yang kebetulan juga beliau seorang chef di sebuah cafe di kota Bandung, ikan bakar dan beberapa jenis makanan lainnya termasuk minumannya ikut kami pesan karena rombongan kami lumayan banyak.

Bandrek yang aku rasakan di sini lumayan nikmat hangat nya menjalar ke seluruh badan saat tegukan demi tegukan melewati kerongkongan ku, bundapun ikut merasakan hangatnya banderek kawasan punclut ini. Makan bersama malam ini sangat nikmat berkah yang di berikan oleh Allah memalui hangatnya pertemuan dan silaturahim.


Tempat kami makan dan rombongan
Terlihat juga di sepanjang jalan kawasan ini banyak yang menjual sate kelinci, yang menurut penjualnya bisa menjadi obat kejantanan dan kesuburan, tetapi aku sendiri tersenyum sambil menolak saat di tawari sate tersebut terbayang muka kelinci yang imut, telingannya yang panjang .

Pukul sudah menunjukan 9 malam, kamipun bergerak meninggalkan kawasan Punclut untuk kembali ke tempat kami menginap, saat bunda membayar seluruh makanan kami ternyata benar tidak mahal kurang dari 300 ribu yang harus kami bayar untuk orang sebanyak ini.

Lokasi Puncak Punclut
   

Lembang, Cipunclut, 0211, Dodi NP

Kebun Teh & Sari Ater Subang, Tempat Wisata Di Satu Jalur

Kawasan kebun teh Subang

22 Februari 2011 (Hari Ke -5)

Setelah menikmati panorama alam dan sejuknya udara desa kayu ambon, sore ini tuan rumah tempat kami menginap mengajak kai untuk mengunjungi wisata pemandian air panas sari ater atau ciater, Subang, Jawa Barat. Obyek wisata utamnya adalah pemandian air panas. Jarak dan waktu tempuh kendaraan mobil ke Ciater kurang lebih 30 Menit dari tempat kami menginap.

Bada ashar sekita 3:30 sore semua pada bersiap menuju ke kawasan pemandian air panas, bunda pun membawa pakaian ganti untuk anak-anak, handuk dan beberapa perlengkapan lainnya, begitu juga anggota keluarga yang lain. Kami menggunakan 2 mobil, mobil om Anto dan mobil AVP yang  merupakan punya keluarga om Anto.

Disepanjang perjalanan menuju ke pemandian air panas  ini Ciater, objek wiasata yang kami lewati teropong Bosscha, wisata alamm gunung tangkuban perahu, dan yang tidak kalah menariknya adalah  banyak terlihat hamparan tanaman teh yang menghijau  di sepanjang jalan yang mengarah ke Subang,  jika di perhatikan  tidak berbeda dengan yang ada di Pagaralam, Sumatera Selatan. Sehingga membuat kami ingin mengabadikan moment  di tempat ini.

Pose Ayuk.... mantab

Akhirnya kamipun sampai di kawasana sari ater/ciater tempat di mana selain bisa  menikmati pemandian air panas, juga bisa bersantai di arena wisata yang cukup luas, serta dapat menikmati pelayanan terapi kesehatan. Karena beberapa artikel yang saya baca mengenai pemandian air panas ini sangat baik untuk kesehatan karena adanya kandungan zat-zat yang dapat berfungsi sebagai penyembuh terutama penyakit kulit dan juga tulang seperti belerang, kapur dan beberapa zat lainnya.  Tetapi perlu di perhatikan bahwa ada juga larangan untuk penyakit-penyakit tertentu yang justru tidak boleh berendam di pemandian air panas ini.

Kakak sudah tertidur lelap, kecapekan sangat
Terletak di kawasan pegunungan subang wisata alam pemandian air panas Ciater atau Sari Ater Hot Spring Resort yang juga berada di kaki gunung Tangkuban Perahu tepatnya di Desa Ciater, Kecamatan Jalan cagak Kab. Subang. Dengan luas lebih kurang 30 Hektar, demgan sumber air panas berasal dari kawah aktif gunung tangkuban perahu yang memang letaknya tidak terlalu jauh dari objek wisata sari ater ini.

Pengunjung pun dapat meningkati segarnya air panas yang sudah di ada di dalam kolam ataupun kamar rendam untuk yang lebih membutuhkan privasi, sehingga tidak heran jika pemandian air panas sari ater ini menjadi salah satu objek wisata terpopuler apalagi di dukung dengan  pesona alam khas pegunungan yang membuat pengunjung betah berlama-lama bermain air panas di objek wisata ini. 

Kakaknya baru bangun
Ayuk dan kakak ysudah tidak tahan lagi untuk berendam di kolam pemandian air panas ini mencoba pelampung baru mereka yang sengaja di bawa dari Palembang, pelampung berbentuk bunga dan bergambar mobil tersebut sengaja di beli oleh bunda untuk bermain di pantai Anyer.

Segar juga saat mencoba mencelupkan kakiku ke kolam air hangat ini, dari pada tanggung akhirnya akupun ikut pun mandi, awalnya memang panas tetapi setelah agak lama kulitpun sudah terbiasa dengan suhu air ini.


Sampai dengan matahari meredup, kamipun baru menyudahi "bermain air hangat" ini, karena kami akan di ajak ke lokasi berikutnya yang tidak kalah menarik untuk makan malam.

Setelah selesai mandi bersiap untuk makan malam di Cipunclut



 

Subang, Sari Ater, 0211, Dodi NP

Sejuknya Desa kayu Ambon, Lembang, Jawa Barat

Iconya gedung Sespim Polri
21-23 Februari 2011 (Hari Ke - 4 - 6 )
Tak lama setelah acara berakhir kami pun bergerak dari Cibiru - Ujung Berung, Bandung menuju Lembang tepanya di desa kayu ambon, tepat di belakang SESPIM Polri. Om Anto pun membawa phanter 96 melalui jalanan di kota Bandung, karena tujuan kita setelah ini adalah ke Lembang yang akan di tempuh kurang lebih 1,5 jam, setelah melewati Jalan Soekarno Hatta, maka mobilpun memasuki ke arah pusat kota, tampak terlihat gedung-gedung bersejarah seperti gedung Asia Afrika. Mobil melaju sedang terkadang di beberapa titik tersendat karena macet.

Gedung Asia Afrika di kawasan Braga

Tower masjid agung Bandung
Sekitar 1,5 jam menempuh perjalanan menembus kota Bandung akhirnya kitapun sampai di desa Kayu Ambon Lembang, sangat berbeda dengan suasana di kota Bandung, suasana yang tenang dan masih asri tercermin di sini di mana sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani dan berkebun. Kecamatan Lembang sendiri berada pada ketinggian antara 1.312 hingga 2.084 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata berkisar antara 17°-27 °C, wajar bagi kami yang berasal dari Palembang yang cendrung beriklim panas untuk kondisi tersebut sudah bisa di bilang dingin apalagi saat mandi pagi.


Rumah yang kami tuju ini adalah rumah dari orang tua om Anto, karena tugas pekerjaan membuat orang tua di tempatkan di Palembang, sehingga terdengan cerita kalau dari om Anto kalau rumah ini akan di jual, di mana sementara ini masih di tempati oleh keluarga om Anto juga.

Rumah yang lumayan luas dengan view bagian belakang adalak kebun sayuran yang terbentang menghijau, sedangkan di bagian samping kiri di himpit oleh masjid, samping kanan berisi aneka ragam kaktus yang indah-indah yang di kerjakan oleh keluarga om Anto, dari sini aku baru tau kalau kaktus itu banyak sekali ragam jenisnya, dari yang berduri sampai berbentuk seperti daun biasa.

Memang jalan di perkampungan ini lumayan sempit hanya bisa di lalui oleh motor, itupun saat motornya berlintasan salah satu dari motor tersebut harus mengalah, walau begitu udara di sini sangat sejuk dan airnya sangat dingin untuk kami orang dari Palembang.

Saat keesokan harinya kami berempat mengitari kampung kayu ambon ini , nama Desa Kayuambon sendiri dipilih secara mufakat, yang diambil dari cerita orang tua / sesepuh Desa Cibogo pada waktu itu, menurut sejarah di Desa Cibogo tumbuh sebuah pohon yang bernama “Kayu Ambon” yang ditanam oleh orang Belanda pada tahun 1937, pohon tersebut tidak diketahui berasal dari daerah mana walaupun memiliki kesamaan nama seperti nama suatu daerah yang ada di Indonesia yaitu Ambon (Maluku). Pohon tersebut terkenal sampai ke negeri Belanda, Jerman, Prancis dan Inggris, karena keunikan pohon tersebut baik dari segi kekuatan maupun bentuknya namun seiring dengan berjalannya waktu, pada tahun 1961 pohon tersebut ditebang. Maka untuk mengingat sejarah, nama pohon tersebut dijadikanlah nama desa yaitu “desa kayu ambon”.

Kol yang baru saja di kirim oleh petani

Kami melihat sayuran kol yang baru saja di panen dan siap di bawa ke Pasar, ada juga daun selada yang masih menghijau di kebun, tomat yang siap di petik dan beberapa jenis sayuran lainnya. Di sini aku sempat menyicipi tomat yang baru di petik dari batangnya dan rasanya manis dan segar.

Di desa ini kamipun melihat banyak sais/kusir Delman (Kereta yang di tarik oleh kuda) yang tinggal disini yang kudanya sendiri di pelihara di samping-samping rumah mereka, tetapi ada juga rumah-rumah yang lumayan mewah yang terletak di belakang tidak jauh dari tempat kami menginap terlihat seperti ada kandang pelatihan kuda.

Ayuk di lapngan kuda
Melihat adanya delman kakak sempat merengek untuk minta naik delman tersebut dan akhirnya aku mengajak anak-anak untuk berkeliling Lembang dengan menggunakan transportasi tradisional tersebut, ternyata Delman di sini masih banyak berfungsi karena masih banyaknya tempat tempat peternakan, pemeliharaan dan pelatihan kuda disini.

Saat menaiki delman untuk putar-putar desa kayu ambon
begitu juga dengan kebun sayur-mayur, di mana saya sempat melihat seorang Bapak melakukan panen kol dan selada air. Di kawasan ini juga bisa kita lihat petani tanaman hias dan juga kelinci, termasuk di tempat kami tinggal yang merupakan petani kaktus dan peternak kelinci sebagai usaha sampingan berkebun di ladang. Dengan kontur tanah yang menanjak dan mnurun melihat keindahaan lembang cukup menguras tenaga dan membakar kalori tapi semua itu terbayar dengan keindahan alamnya.





Lembang, Desa Kayu Ambon, 0211, Dodi NP

Monday, 21 February 2011

Tradisi Pernikahaan Sunda, Dari Saweran Hingga Rebutan Ayam

Pernikahan Wawan dari 3 kota jadi 1 ( Palembang, Lampung & Anyer )
20 Februari 2011 (Hari Ke - 3 )

Pagi hari kami semua dari Anyer sudah bersiap-siap. Mobil om Anto pun sudah dibersihkan dan dipanaskan, untuk hari ini tujuan kami ke Bandung kawasan Cibiru, Ujung Berung. Mobil om Anto akan di isi oleh Datuk, Nyai, Bunda, Kakak, Ayuk, Umi, Mama, Acik Mimin, Cicik, Om Masa dan anaknya. Yang rencananya akan berangkat sekitar pukul 9 dari Anyer dengan waktu tempuh +/- 4-5 jam, sedangkan untuk rombongan ke dua akan menggunakan bus tujuan Bandung.

Pukul 8 kami ber 5 langsung menaiki angkot berwarna putih ke arah Cilegon, setelah sampai di suatu tempat di Cilegon kamipun berdiri menunggu bus dengan tujuan Bandung, sekitar 30 menit bus pun datang, bus berwarna biru dengan merk Arya Prima sehingga kami berlima langsung naik, dengan ticket 50 ribu perorang, bus ini berjalan memasuki tol cipularang kemudian akan berakhir di terminal luwi panjang.

Ternyata bus yang kami naiki ini lumayan sepi jadi kami berlima bebas untuk memilih kursi, bus ini lumayan nyaman dengan AC, TV yang besar , tempat duduk dengan reclining  makin menambah kenyamanan  di dalam bus ini, mobil pun bergerak memasuki tol Cilegon Jakarta hanya barisan gedung-gesung tinggi yang tampak, berbeda saat memasuki tol Cipularang  dengan suasana hijau di sisi kiri dan kanannya.

Sekitar pukul 1.30 siang bus pun memasuki terminal luwi panjang, kesibukan  di terminal terasa, beberapa calo berusaha menawarkan jasa untuk mengantar kami ke kawasan Cibiru. Jarak yang di tempuh untuk ke lokasi acara sekitar 30 menit dari terminal luwi panjang, akhirnya kami menyewa angkot sebagai sarana transportasi kami untuk ke Cibiru.

Setelah sampai di sana ternyata mobil om Anto juga sudah terlebih dahulu ada di sana sekitar 15 menit yang lalu. Kamipun melepaskan lelah di rumah calon mempelai wanita, makan siang dan bercengkrama dengan keluarga dan tuan rumah.

Setelah hari menginjak senja mengingat  rumah calon mempelai wanita tidak memungkinkan untuk tempat kami menginap semua, maka kamipun di arah kan untuk menginap di daerah Cicalengka tempat nenek dari calin mempelai wanita, tempat nya lumayan jauh sekitar 45 menit dari Cibiru, 2 mobil angkot di siapkan untuk kami, sedangkan om Anto tidak bisa ikut karena ketempat saudaranya.

Angkot berlari lumayan cepat didalam pekat malam, di pinggir jalan banyak terdapat penjual tahu sumedang, saya tidak tahu dimana lokasi tempat kami menginap, yang tahu kami ada di daerah Cicalengka.

Rumah tempat kami menginap malam ini lumayan besar, ruang tamunya pun lebar tetapi hanya di diami beberapa orang. Uniknya rumah ini terletak di tengah-tengah lahan sawah, angin malam yang dingin mulai menusuk tulang, bunyi jangkrik dan kodok pun seperti irama alat musik di atur sang alam.



21 Februari 2011 (Hari Ke - 4 )
Sesaat sebelum berangkat ke Cibiru
Pukul 5 pagi saat udara di Cicalengka sedang  dingin-dinginnya, sebagian dari kami sudah bersiap-siap, ada yang mandi dengan air yang rasanya sedingin es. Karena hari ini pada pukul 7 kami akan meluncur ke Cibiru, untuk acara akad nikah dan resepsi.

Kabut putih yang dingin terlihat jelas di atas sawah-sawah yang selesai di panen di depan rumah tempat kami menginap ini.  Kamipun sempat beberapa kali berfoto di depan rumah tempat kami menginap, sebelum berangkat ke Cibiru.

Angkot yang sudah di siapkan berjalan menembus jalan yang mulai tersendat, sekitar pukul 9 pagi kami sampai di Cibiru.




Kami di sambut secara adat Sunda dengan pagar ayu dan pagar bagus  yang sudah berdiri menyambut, rangkaian  bunga melati juga di kalungkan sebagai bentuk penghormatan kepada calon pengantin laki-laki dan seluruh keluarga dari Palembang.

Pagi ini akan di langsungkan 2 acara sekaligus yaitu akad nikah dan resepsi penikahan termasuk di dalamnya acara adat khas Sunda, akad nikapun berlangsung dengan lancar tanpa adanya halangan apapun. Pengantinpun di bawah ke pelaminan untuk melaksanakan acara sungkeman, sama seperti di daerah lain sungkeman ini merupakan bentuk penghormatan/tanda bakti dan terima kasih kepada kedua orang tua yang selama ini sudah mengurus mereka dari kecil hingga mengantarkan ke jenjang rumah tangga, biasanya acara sungkeman ini di warnai dengan haru biru, tangisan pengantin dan orang tua biasanya tidak bisa terbendung.


Prosesi sungkeman
Berdasarkan literasi yang saya baca adat perkawinan sunda ini meliputi beberapa tahapan. seperti saweran adalah salah satu dari rangkaian upacara perkawinan adat Sunda. Adapun tahapan adat yang hingga saat ini masih sering digunakan, mulai dari Sungkeman, Saweran, Meuleum harupat, Nincak endog, Ngaleupas japati. Seluruh tahapan di atas dilaksanakan setelah proses akad nikah, dimana kedua mempelai telah resmi menjadi suami istri.

Dan didudukan di kursi tepat di depan pelaminan Setelah upacara sungkeman, prosesi dilanjutkan dengan acara saweran. Saweran disini adalah mendudukkan kedua mempelai berdampingan, didampingi oleh kedua orang tua masing-masing. Kedua mempelai dipayungi, lalu sembari diiringi oleh nyanyian sunda yang berisi petuah, mereka akan melemparkan kepada hadirin berbagai barang sebagai symbol. (Lihat di video).

Barang-barang itu disediakan dalam sebuah bokor. Isinya terdiri dari uang receh, beras, irisan kunyit, permen, dan lipatan daun sirih. Masing-masing mempunyai makna, uang sebagai symbol kemakmuran, beras adalah symbol kesejahteraan, permen menandakan sepahit apapun kehidupan harus selalu diselesaikan dengan manis. Irisan kunyit dianalogikan bahwa kunyit itu bermanfaat bisa untuk makanan, bisa untuk obat. Istri harus berperan seperti itu, bisa memasak dan menjadi obat untuk suaminya kelak. Lipatan daun sirih diharapkan menjadi symbol agar dalam membina tetaplah harum dan bermanfaat seperti daun sirih.
sebelum acara saweran
Saat rebutan ayam

Sebenarnya masih banyak prosesi lainnya yang tidak kalah unik dan menarik. Semua tahapan ini selain dapat menghibur juga dapat diambil hikmahnya baik oleh kedua mempelai maupun tamu-tamu yang menghadiri perhelatan tersebut.

Tetabuhan khas sunda
Acara akad nikah dan resepsipun berlangsung hingga sore, om Anto mengajak kami ke Lembang ketempat rumah orang tuanya untuk menginap di sana barang sehari dua hari, sebelum kembali lagi ke Anyer. Nyai, datuk, acik mimin, mama, bunda dan kakak masih tinggal di lokasi acara, acek sore ini juga langsung pulang kembali ke Anyer.

Aku dan ayuk berangkat bersama om Anto menuju Lembang, bersama kerabat lainnya, karena malam ini kami seluruhnya akan menginap di Lembang.



Bandung, Cibiru, Ujung Berung, 0211, Dodi NP

Saturday, 19 February 2011

Pantai Anyer Di Bulan Februari, Pasir Putih & Deburan Ombak

Pantai Anyer 2011
Setelah tanggal pernikahan antara adik kami Wawan & Lia  di sepakati yaitu pada tanggal 21 Februari 2011 yang akan berlangsung di kediaman Lia di daerah Cibiru, Ujung Berung, Bandung.

Keluarga besar dari sebelah datuk dan nyai semuanya sudah di kontak termasuk acek & cicik yang tinggal di daerah Anyer, karena dari rencana perjalanan ini kami akan menginap terlebih dahulu di Anyer baru bersama-sama melanjutkan perjalanan ke Bandung. Om Anto setelah di hubungi acik mimin pun bersedia ikut karena kebetulan beliau sedang ada pekerjaan di sana, dengan membawa Phanter 96 Ijo metaliknya perjalanan ini akan menempuh jarak yang cukup jauh karena melintas Sumatera - Jawa

18 Februari 2011 (Hari Ke - 1 )
Keluarga besar pun sudah bersiap-siap rencana keberangkatan pada malam ini bada sholat isya, yang ikut di mobil om anto kami sekeluarga berempat, nyai, acik mimin, acik wancik, mama, kendaraan lumayan padat dimana sebagaian barang kami ikat diatas atap kendaraan. Datuk, abi & umi dan beberapa anggota keluarga lainnya  menggunakan kereta malam yang akan berangkat pada pukul 8 malam ini.

Mobil melaju kencang melahap setiap meter aspal di lintas timur Sumatera, asli... saat liat om Anto membawa mobil secepat itu nyaliku ikut kecut juga, karena selama ini aku tidak pernah membawa mobil secepat itu terutama di jalan lintas timur Sumatera.

Beberapa kali kami beristirahat di SPBU untuk melepas lelah dan sekedar mengisi perut, saat perjalanan sudah mendekati tengah malam, mobil om Anto di pacu seperti tiada putusnya, kebetulan aku dan kakak duduk di kursi depan, saat akan memotong salah satu bus malam di kawasan Tarahan , Lampung. Kami hampir celaka, karena bus malam tidak mau mengalah malahan bagian belakang bus tersebut hampir menyenggol badan mobil kami sehingga om Anto banting stir ke kiri dan masuk ke dalam genangan air yang cukup dalam, jujur saja kalau saat itu mukaku di lihat di tempat terang pasti seperti orang yang tidak mempunyai darah alias pucat.

19 Februari 2011 (Hari Ke - 2 )
Pagi hari saat memasuki  di kota Lampung mobil pun sempat di berhentikan polisi kejadian ini terjadi 2 kali yaitu di kota Bandar Lampung dan saat akan memasuki pelabuhan Bakahuni, dengan alasan kami membawa barang di atas atap sedangkan saat ini bukan liburan nasional, kamipun saling ngotot dengan polisi tersebut walaupun akhirnya masalahnya bisa di selsaikan juga.

Bunda, kakak, adek + Nyai
Siang mulai menjelang saat kapal penyeberangan mulai merapat ke dermaga, setelah kapal berlayar om Anto langsung ku suruh memasuki ruangan tidur untuk istirahat, lumayan istirahan selama 2,5 jam. Kapal pun mengarungi selat sunda, ruangan yang ku bayar untuk keluarga yang lain justru banyak yang tidak di pakai karena pada duduk di luar kapal semua dengan alasan bisa melihat laut.

Setelah kurang lebih 2,5 jam berlayar di lautan tibalah kami di pelabuhan Merak, yang berarti tidak terlalu lama lagi kami bisa sampai ke rumah acek di Anyer. Walau di tengah kota mobil yang di pacu om Anto seperti di kejar oleh harimau yang sedang kelaparan. 

Jalan di Cilegon
Kawasan Industri Krakatau Steell
Angkot silvernya sudah kelihatan berarti tidak lama lagi sampai
Sekita pukul 2 sore kami sampai dirumah acek di pandawaan Anyer, setelah selesai menurunkan barang, ada yang langsung merebahkan badan, ada yang langsung makan dan berbagai macam pola lainnya.

Setelah bertemu semua dengan keluarga di anyer termasuk om Maska yang katanya cukup terkenal disana, dan bercerita tentang segala hal baik tentang Palembang, di perjalanan dan lain sebagainya. sekitar pukul 4 sore om Maska mengajak kami untuk ke pantai, mendengar seperti itu anak-anak sangat senang sekali, ayuk dan kakak malahan seperti orang yang sudah bertahun-tahun tidak ke temu air saat di bilang ke pantai.

Salah satu pantai di Anyer
Om Anto membawa kami ke pantai tersebut om Maska yang menjadi pemandu jalan membuat segalanya terlihat seperti mudah, masuk ke pantai di kawasan Marbelapun kami gratis sedangkan pengunjung lain harus bayar, Om Maska memang top..... jawara euy.

Untuk kali pertama kami ke pantai di Anyer ini yang konon disebut-sebut sebagai "Kuta"-nya Banten. Pantai ini ternyata terdiri dari berbagai pantai yang berbeda-beda nama tetapi masih dalam satu garis pantai yang sama. Salah satunya adalah Pantai Pasir Putih. Di akhir pekan, pantai ini ramai oleh pengunjung, mulai dari anak-anak sampai orang tua.

mataharinya mulai bergerak turun ke barat

Anyer. Satu kata yang bisa membawa kisah hingga ke masa lampau. Saat Gubernur Jenderal Daendels membangun proyek ambisiusnya, jalan pos Anyer-Panarukan. Jaraknya yang hanya tiga jam perjalanan dari Jakarta, masih menjadikan Anyer pelarian penduduk Jakarta untuk pelesir di tengah panorama laut lepas.

Anak-anak yang melihat air seperi melihat orang lapar melihat makanan, mereka berhamburan menuju pantai , saat itu ombak pantai ini lagi bersahabat sehingga anak-anak bisa merasakan deburan ombak dan bermain pasir hingga bibir mereka membiru.


Ayuk, kakak, om Amik, om Rafli seru sekali bermain air membuat kami pun ikut basah karena mencegah mereka agar tidak terlalu ketengah, terlihat banana boat yang di naiki 5 orang melaju kencang, dan jet ski yang bermanufer di antara ombak membuat sore ini semakin basah.

Saat matahari semakin kebarat kamipun menyudahi bermain di pantai ini, jangan sampai anak-anak pada kedinginan dan sakit, baju dan celana pada basah semua, tetapi pengalaman pertama ke pantai di Anyer selalu melekat di pikiran kakak dan ayuk.

Family Time
Semoga esok hari ada kesempatan kembai untuk bermain bersama deburan ombak pantai Anyer dan memapaki pasir putihnya yang lembut laut membuat kira memang menjadi lebih segar. Yang penting saat ini prioritas pertama adalah istirahat karena besok Bandung sudah menunggu.



 

Anyer, Pantai Anyer, 0211, Dodi NP