Sunday 5 January 2020

Menjajal Si Kereta Api Ringan, Setelah Lebih Dari Setahun

Di Stasiun LRT Terpadu Pasar 16 Ilir Palembang
Setelah hampir satu tahun lebih setelah di resmikannya moda transportasi teranyar di kotta ini, baru hari ini bisa menjajal di kereta api ringan, di mana pada awal peresmian sempat di gratiskan untuk penumpang sehingga tidak heran kalau penumpang membeludak untuk mencoba moda transportasi baru ini, penumpangpun bukan berasal dari kota Palembang saja bahkan dari kabupaten yang ada di Sumatera Selatan bahkan dari provinsi tetangga.

Begitu juga saat hari jadi kementerian BUMN ke 21, banyak menarik perhatian penumpang karena , penggratisan ticket untuk angkutan LRT ini pun di terapkan pada hari itu, tetapi dengan keseruan semua itu  kami sekeluarga pun belum pernah mencoba untuk sarana transportasi ini, hanya ayuk yang pernah berkesempatan naik  pada bulan November yang lalu. ( Baca : Ku Tunggu Engkau Di Stasiun LRT )

Stasiun transit LRT
Dengan membayar ticket sebesar 5 ribu per orang di stasiun LRT Pasar 16, untuk tujuan stasiun asrama haji karena merupakan jarak terdekat untuk menuju ke rumah. Ada 2 penerapan tarif yang di kenakan untuk LRT Palembang ini yaitu tarif 5 ribu yang di kenakan untuk perjalanan dari titik Depo Jakabaring ke stasiun transit tanpa menuju bandara ataupun antar stasiun lain tanpa ke stasiun bandara SMB II, dan tarif 10 ribu yang di kenakan jika menuju ke stasiun bandara SMB II ataupun sebaliknya.

Hal ini merupakan pengalaman pertama kali bagi kami untuk menjajaki moda transportasi ini, transportasi yang murah meriah dan berjalan melalui rel yang ada di atas jalanan kota Palembang, kereta commuter line yang pernah kami naiki dengan dengan susunan kursinya yang hampir mirip dengan yang ada di kereta LRT. ( Baca : Kembali Ke Rangkas Bitung Dengan Sejuta Koper ).

Adek memperhatikan awan senja yang mulai merapat ke bumi.
Senja semakin merapat ke bumi, decit rem LRT berbunyi saat melintasi beberapa pengkolan, ternyata yang menggunakan LRT ini lumayan banyak hal ini bisa di lihat dari banyaknya penumpang dengan turun di beragam tujuan, walaupun pernah membaca di beberapa media kalau moda angkutan ini merugi sampai 8.5 milyar per bulan, walaupun menurut menteri perhubungan bahwa untuk sejenis moda transportasi seperti ini masih di subsidi oleh pemerintah sehingga bisa lebih berpihak kepada kepentingan rakyat. Seperti awal penerapan MRT di Singapura juga banyak menghabiskan jutaan dolar Singapurnya untuk subsidi angkutan masal di negara tersebut.

Adek yang tidak bisa diam, naik turun kursi walaupun sudah di tegur beberapa kali, tetapi sepertinya di kalahkan dengan perasaan senang adek saat naik LRT ini, kakak yang duduk di dekat bunda duduk dengan manisnya dengan jarinya yang terus meluncur di layar handphonenya.


Ada pertanyaan mengapa masyarakat Palembang masih belum banyak menggunakan moda angkutan masal seperti LRT ini padahal dengan harga yang terjangkau ?, hal ini di sebabkan karena kota Palembang sendiri bukan kota yang tingkat kemacetannya parah seperti ibu kota, jalanan kota ini waktu tempunya masih bisa di prediksi, sehingga salah satu penyebab ke engganan masyarakat untuk naik LRT, dan sarana parkir yang ada di setiap stasiun LRT masih harus di maksimalkan dan di perbaiki lagi bagik dari sisi kenyamanan dan keamanannya. Berbeda dengan menggunakan bus trans musi yang haltenya bisa lebih dekat dengan tempat tinggal kami, sehingga tidak heran kalu bus trans musi ini lebih di padati penumpang ketimbang LRT.

Tetapi semoga kedepan sarana angkuta ini tidak hanya menjadi sarana angkutan tetapi bisa juga menjadi salah satu objek wisata seperti MRTnya Singapura yang di incar para pelancong dan merasa kurang pas kalau belum naik MRT saat berkunjung ke sana. Integrasi dengan moda angkutan trans musi walaupun sudah terprogram tetapi tidak berjalan dengan maksimal, semoga di tahun 2020 ini akan menjadi tahun perbaikan integrasi angkutan yang ada di kota ini.



No comments:

Post a Comment