Sunday, 19 January 2020

Rinai Hujan & Harumnya Durian Tebing Tinggi 4 Lawang


Hujan yang mengguyur kota ini sedari pagi tadi membuat suasana menjadi dingin, sempat hujan terhenti sejenak, tetapi setelah menjemput ayuk dan kakak dari kediaman nyai hujan pun turun dengan derasnya, beruntungnya kami sudah memasuki jalan Sukarno Hatta yang berarti tidak terlalu jauh dari rumah kami.

Kamipun berteduh di tempat penjual durian, bau harum durian menyeruak ke rongga pernapasan kami, bunyi lebah madu yang berburu manisnya durian ini tampak banyak terlihat di keranjang kulit durian yang terletak tidak jauh dari tempat kami berdiri.

"Mau durian nggak ?" tanyaku ke ayuk dan kakak pelan
"Mau yah.." jawab mereka serentak

Bau harum dari durian ini, yang dari tadi menggelitik keinginanku untuk mencicipinya,
"Durian dari mana kak ? tanyayu kepada penjualnya
"Ada dari tebing, ada dari Linggau" jawab penjual dengan logat khas linggaunya.
"Berapa satu " tanyaku lagi
"Tergantung besaran, yang ini 50 ribu, kalau yang ini 40 ribu, ini ada 30 ribu dan 25 ribu" jawab penjual durian itu lagi.
"Di jamin manis ya ?" tanyaku
"kalau ada yang busuk, hambar, dan mentah tinggal tukar saja"kata penjualnya


Akhirnya kami membeli durian dengan harga 25 ribuan, 3 buah langsung di pilih dan di makan di tempat, harum semerbak saat  kulit durian tersebut terbuka dan menampakan isinya yang harum dan legit, ayuk dan kakak yang sedari tadi memang ingin makan durian menjadi yang pertama yang mengambil dan merasakan buah durian tersebut.

Memang tidak salah, rasa durian ini bener-bener nikmat, berbeda dengan durian seharga 10 ribu yang pernah kita beli beberapa hari yang lalu, banyak yang mentah, busuk dan hambar. Tidak salah kalau penjual bilang ini merupakan durian berasal dari kawasan Tebing Tinggi ataupun Lubuk linggau, rasa manis dan harumnya sangat terasa sekali, sekali duduk saja sudah 3 buah durian yang habis kami santap bertiga. 

Memang salah satu kota yang terkenal di Sumatera Selatan sebagai sentra penghasil durian terbaik adalah kota 4 lawang, selain hujan mas karena di kota tebing tinggi saat ini lahan penghasil buah durian sudah banyak berkurang sangat berbeda dengan era tahun 1990 an.

"Kak... yang 3 lagi tolong di ikat saja" kataku ke penjual durian tersebut 
karena di rumah masih ada adek, abang zaki dan bunda yang belum menikmati manisnya durian ini.

Saturday, 18 January 2020

Malam Minggu Bersama Pecel Lele Ibu Wana (Special Sambalnya)

Sudah beberapa hari ini bunda mengalamai sakit flu yang lumayan parah, sudah beberapa hari hanya beristirahat dan berbaring di tempat tidur, musim hujan yang sudah melanda seluruh kawasan kota Palembang dan sekitarnya di tambah dengan "banjir"nya buah-buahan dengan beragam jenisnya menjadi pasangan yang serasi untuk kondisi saat ini.

Malam ini abang Zaki yang di antar oleh bundanya untuk menginap di rumah karena sudah sedari lama si abang ingin menginap di rumah untuk tidur bersama adek  tetapi belum ada kesempatan, jarak rumah kami dengan rumah abang tidak telalu jauh karena jika siang hari terkadang abang bersama adik-adiknya bermain ke rumah atapun adek yang bermain ke tempat abang.

Bunda yang bisa setiap malam menyantap santapan malam yang berkuah dan hangat untuk memulihkan staminanya, tetapi malam ini bunda inginya makan pecel lele, dan berangkat kami ber empat menuju pecel lele ibu wana yang terletak di pelataran ruko spring hill.

Abang pesanya pasti ini "petok....petok....petok" kata adek menirukan gaya ayam
Kami pun memesan 3 lele goreng dan 1 ayam goreng dan tidak lupa es teh manis untuk abang dan es tawar untuk adek, ini kali pertama kami makan di pecel lele ini yang kata tetangga sambelnya yang mantab.

Makanan yang kami pesan tidak lama pun sudah mendarat ke meja kami, kebetulan saat itu warung pecel lele ini tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa pengunjung yang juga sudah menyantap makanannya.

Pertama kali yang di rasa bunda adalah kuah yang ada di dalam mangkok yang menurutku seperti rasa mie kuah kari ayam,  kuah yang hangat tersebut membuat bunda lumyan menikmati makanan ini, dengan ikan lele yang di goreng crispy, di padu dengan sambal yang sudah ku beri kecap manis,  serta potongan lalapan menjadikan makan malam ini lumayan nikmat.

Gurih ikan lele terasa sampai ke tulang, abang pun sepertinya begitu sangat menikmati ayam goreng yang ada di piringnya, adek tampak lahap menghabiskan nasi dan ikannya, walaupun makan malam ini sederhana tetapi cukup membuat bunda melahap di antara pahitnya tenggorokannya.

Tuesday, 14 January 2020

Cemong & Cimon

Si cemong on action

Cemong & Cimon begitulah nama anak kucing yang baru berumur 5 bulan, yang merupakan anak-anak si belly yang lahir di bulan Agustus tahun yang lalu tidak lama setelah kepulangan kami dari Yogyakarta. 

Belly saat itu melahirkan 4 ekor anak yang lucu-lucu,  2 ekor berwarna orange yang di adopsi oleh om Diki pada umur 2 minggu yang berkelamin jantan dan betina dan 2 ekor berwarna tabbies yang saat ini masih tinggal di rumah kami, cemong itu panggilan kami untuk anak kucing jantan dan cimon untuk anak kucing betina.

Si Cimon yang pemalu
Dari keseluruhan anak kucing yang lahir dari belly tidak ada yang mirip dengan belly secara fisik yang merupakan ras anggora, mungkin karena pejantan yang kawin dengan belly merupakan kucing kampung yang memang banyak berkeliaran di dekat rumah kami.

Si cemong kucing jantan ini lebih lincah ketimbang si cimon mungkin karena sedari kecil si cimon sering di takut-takuti oleh adek, sehingga saat mendengar suara keras sedikit dia akan langsung bersembunyi. Bunda yang memberi nama cemong karena melihat muka anak kucing jantan ini ada warna hitamnya yang mengambarkan kucing jantan, berbeda dengan cimon yang di hiasi warna putih di muka, dada sampai ke kaki , saat berjalan seperti sedang memakai kaus kaki.

Untuk makanan sendiri bagi cemong dan cimon ikan laut yang sudah di rebus menjadi menu makanan mereka sehari-hari, karena memang karakter kucing kampung lebih kental bagi mereka, walupun untuk makanan lain seperti telur dadar, atau dry food mereka pun masih lahap untuk menyantap. Kalau urusan makanan nya kucing bunda yang berperan rutin tiap minggu membeli ikan laut tersebut.

4 ekor bayi si belly ( Agustus 2019 )
Tetapi seperti inilah resiko jika mempunyai kucing betina, terkadang banyak kucing jantan yang bertandang ke rumah untuk sekedar menyambangi belly sehingga lahir lah si cemong dan cimon yang entah siapa bapaknya. Inilah effek dari pergaulan bebas si belly yang bisa pergi ke manapun, karena saya tidak pernah menaruh si belly di dalam kandang, sedari kecil orang tua saya mengajarkan kalau kucing itu harus bebas bukan hidup di kandang, dahulu saat kami masih kecil orang tua saya pernah mengurus hampir 24 ekor kucing di rumah baik memang peliharaan kami atau pun menolong kucing dari jalanan.

Sang Induk Si belly yang sudah kami rawat sejak umur 2 minggu
Berurusan dengan binatang peliharaan terkadang juga menimbulkan masalah seperti saat kita akan bepergian jauh, pernah suatu saat si belly tidak ketemu disaat kita mau menghadiri pernikahaan sepupu di Rangkasbitung, Banten, yang ternyata si belly tertidur dan terkunci di kamar ( Baca : Mahalnya Melayang Di Udara ).

Tetapi saat terakhir kita bepergian ke kota Lampung, kami hanya menyiapkan tempat tidur berupa kardus beralas kain yang di letakan di samping rumah yang lumayan tertutup untuk dia dan anak-anaknya yang masih menyusui tersebut. Tetapi untuk makananya tetap kami titip di tetangga sebelah.

Sunday, 5 January 2020

Menjajal Si Kereta Api Ringan, Setelah Lebih Dari Setahun

Di Stasiun LRT Terpadu Pasar 16 Ilir Palembang
Setelah hampir satu tahun lebih setelah di resmikannya moda transportasi teranyar di kotta ini, baru hari ini bisa menjajal di kereta api ringan, di mana pada awal peresmian sempat di gratiskan untuk penumpang sehingga tidak heran kalau penumpang membeludak untuk mencoba moda transportasi baru ini, penumpangpun bukan berasal dari kota Palembang saja bahkan dari kabupaten yang ada di Sumatera Selatan bahkan dari provinsi tetangga.

Begitu juga saat hari jadi kementerian BUMN ke 21, banyak menarik perhatian penumpang karena , penggratisan ticket untuk angkutan LRT ini pun di terapkan pada hari itu, tetapi dengan keseruan semua itu  kami sekeluarga pun belum pernah mencoba untuk sarana transportasi ini, hanya ayuk yang pernah berkesempatan naik  pada bulan November yang lalu. ( Baca : Ku Tunggu Engkau Di Stasiun LRT )

Stasiun transit LRT
Dengan membayar ticket sebesar 5 ribu per orang di stasiun LRT Pasar 16, untuk tujuan stasiun asrama haji karena merupakan jarak terdekat untuk menuju ke rumah. Ada 2 penerapan tarif yang di kenakan untuk LRT Palembang ini yaitu tarif 5 ribu yang di kenakan untuk perjalanan dari titik Depo Jakabaring ke stasiun transit tanpa menuju bandara ataupun antar stasiun lain tanpa ke stasiun bandara SMB II, dan tarif 10 ribu yang di kenakan jika menuju ke stasiun bandara SMB II ataupun sebaliknya.

Hal ini merupakan pengalaman pertama kali bagi kami untuk menjajaki moda transportasi ini, transportasi yang murah meriah dan berjalan melalui rel yang ada di atas jalanan kota Palembang, kereta commuter line yang pernah kami naiki dengan dengan susunan kursinya yang hampir mirip dengan yang ada di kereta LRT. ( Baca : Kembali Ke Rangkas Bitung Dengan Sejuta Koper ).

Adek memperhatikan awan senja yang mulai merapat ke bumi.
Senja semakin merapat ke bumi, decit rem LRT berbunyi saat melintasi beberapa pengkolan, ternyata yang menggunakan LRT ini lumayan banyak hal ini bisa di lihat dari banyaknya penumpang dengan turun di beragam tujuan, walaupun pernah membaca di beberapa media kalau moda angkutan ini merugi sampai 8.5 milyar per bulan, walaupun menurut menteri perhubungan bahwa untuk sejenis moda transportasi seperti ini masih di subsidi oleh pemerintah sehingga bisa lebih berpihak kepada kepentingan rakyat. Seperti awal penerapan MRT di Singapura juga banyak menghabiskan jutaan dolar Singapurnya untuk subsidi angkutan masal di negara tersebut.

Adek yang tidak bisa diam, naik turun kursi walaupun sudah di tegur beberapa kali, tetapi sepertinya di kalahkan dengan perasaan senang adek saat naik LRT ini, kakak yang duduk di dekat bunda duduk dengan manisnya dengan jarinya yang terus meluncur di layar handphonenya.


Ada pertanyaan mengapa masyarakat Palembang masih belum banyak menggunakan moda angkutan masal seperti LRT ini padahal dengan harga yang terjangkau ?, hal ini di sebabkan karena kota Palembang sendiri bukan kota yang tingkat kemacetannya parah seperti ibu kota, jalanan kota ini waktu tempunya masih bisa di prediksi, sehingga salah satu penyebab ke engganan masyarakat untuk naik LRT, dan sarana parkir yang ada di setiap stasiun LRT masih harus di maksimalkan dan di perbaiki lagi bagik dari sisi kenyamanan dan keamanannya. Berbeda dengan menggunakan bus trans musi yang haltenya bisa lebih dekat dengan tempat tinggal kami, sehingga tidak heran kalu bus trans musi ini lebih di padati penumpang ketimbang LRT.

Tetapi semoga kedepan sarana angkuta ini tidak hanya menjadi sarana angkutan tetapi bisa juga menjadi salah satu objek wisata seperti MRTnya Singapura yang di incar para pelancong dan merasa kurang pas kalau belum naik MRT saat berkunjung ke sana. Integrasi dengan moda angkutan trans musi walaupun sudah terprogram tetapi tidak berjalan dengan maksimal, semoga di tahun 2020 ini akan menjadi tahun perbaikan integrasi angkutan yang ada di kota ini.



Wednesday, 1 January 2020

Liburan Awal Tahun, Kami Di Sini Saja


Selepas liburan dari kota Lampung kemarin, kami pun melakukan aktivitas seperti biasa di sela-sela  anak-anak yang masih beberapa hari lagi mengakhiri liburannya, tahun barupun kami hanya berdiam di rumah saja tanpa kegiatan, pagi tadi kami sempat ke kawasan talang jambe untuk bersih-bersih rumah di sana yang sudah lama tidak di kunjungi dan sebelum bada zuhur kamipun sudah kembali lagi kerumah.

"yah, ayuk besok mulai masuk sekolah " kata ayuk sembari menunjukan wa di hpnya
"Jadi kenapa ?"tanyaku
"Hari ini kita  jalan-jalanlah mumpung libur" kata ayuk lagi
"Macet yuk, tempat wisata biasanya juga penuh kalau hari ini"jawabku

Karena berdasarkan pengalaman dari beberapa tahun ini macet dan membeludaknya pengunjung di pusat perbelanjaan dan tempat wisata pasti mewarnai hari di awal tahun ini, termasuk punti kayu, jakabaring, PS Mall, Palembang Icon, PTC  dan lainnya.


Menyusuri jalanan kota ini memang tampak sepi, tetapi saat melintas di taman wisata alam punti kayu tampak antrian kendaraan mengular sampai ke jalan raya sebelum memasuki objek wisata tersebut, tujuan kami saat ini adalah PS Mall selain enak untuk cuci mata dan nongkrong, di mall ini juga banyak wahana permainan untuk anak.

Setelah menuju parkiran akhirnya prediksi ku benar kalau penumpukan kendaraan dan macet terjadi, lebih dari 30 menit akhirnya kami bisa bebas dari jalan menuju tempat parkir, itupun dengan memutar melalui jalan lain, tanda parkir penuh tampak di pasang di areal mall yang memang saat itu sedang padat dengan pengunjung. Begitupun mall-mall lainya yang kami lihat mengalami ledakan pengunjung pada awal tahun ini.

"Macet kan.... jadi bagaimana ?"tanyaku 
"Cari tempat lainlah ya...."kata ayuk

Sambil berpikir kemana tempat yang tidak terlalu ramai saat hari libur seperti ini.
"kalau ke IP saja bagaimana yuk ..?"tanyakku, ayuk yang hanya mengganguk kecil terapi justru adek dan kakak yang semangat
"Iya.. yah ke IP saja.. bisa main bom-bom car"kata kakak dan adek
"Mudah-mudahan nggak macet"kata bunda


Akupun mengarahkan kendaraan ke arah IP,  ayuk yang sedari tadi diam entah apa yang di pikirkannya. ternyata parkiran mall ini cukup ramai juga walaupun begitu tidak seperti mall sebelumnya yang antrinya kebangetan.

Kakak dan adek segera berlari menuju ke tangga berjalan, satu persatu tangga berjalan kami lalui  akhirnya kamipun tiba di arena permainan bom-bom car yang ternyata kalau sore hari lumayan rame tidak seperti pada pagi hari seperti kunjungan kami pada beberapa bulan yang lalu. (Baca : Bom Bom Car IP, Mainan Jadul Yang Tetap Di Rindu).

Setelah membeli koin kamipun harus antri dengan pengunjung lainnya agar dapat menikmati permainan di wahana ini, dengan koin plastik yang ada di genggaman, ayuk mulai nampak antusias untuk bermain permainan ini.

Mobil yang di kendarai di lantai berplat besi, berbelok kiri dan kanan terkadang bertabrakan satu dengan lainnya, walaupun bom bom carnya hanya 4 yang masih bisa di pergunakan tapi lumaya untuk, ayuk, kakak dan adek tampak semangat, bergantian mengendarai mobil mainan tersebut tetapi saat ayah akan mencoba mobil mainan tersebut ternyata dapat yang "kura-Kura", di mana sudah tidak bisa berjalan cepat lagi, padahal petugas nya sudah bilang kalau bom bom car nya lambat. Setelah melalui beberapa kali permainan, akhirnya kamipun menyudahi hari ini, es cream yang terletak tepat di depan bisokop 21 menyita perhatian kami untuk mengakhiri liburan tahun yang baru ini.