Pernah lihat video ustad pesantren yang memecahkan smartphone dengan cara di pukul menggunakan palu, yang banyak menimbulkan pro dan kontra.
Dengan komentar "sayang handphone... Di hancurin begitu saja"... atau " Masa ustadnya kurang kerjaan banget, bagai mana anak mau komunikasi dengan orang tua nya".
Pengalaman ini jadi teringan dengan Ayuk beberapa hari waktu lalu saat melakukan pengambilan skhu dan raport terakhir, di mana dia dan ke 4 temannya ketahuan membawa handphone itupun di sita sama pihak pondok pesantren padahal mereka secara nota bene adalah "alumni" Dari pondok tersebut, sehingga baru bisa di ambil saat bada isya melalui orang tua masing-masing.
Memang tidak heran lagi untuk kehidupan pondok terkesan kuno dan terbelakang, padahal tidak begitu juga untuk penggunaan handphone memang menjadi larangan utama di karenakan akan mengganggu konsentrasi santri terutama yang berkaitan dengan hapalan, untuk TV sendiri terkadang hanya di perbolehkan 1 minggu 1 kali itupun dengan acara yang sudah di tentukan.
Begitu juga makan tidak boleh sembaranga, pernah melihat kehidupan santri di pulau Jawa malahan bisa di bilang prihatin tinggal di gubuk kayu, mandi seadanya, makan seadanya bahkan minum menggunakan kaleng cat plastik yang bisa di minum beberapa orang.
Jadi kalau pesantren merupakan "restric area" Dari dunia moderen juga tidak seluruhnya benar atau pun salah, tetapi dunia pesantren terutama pesantren tradisional lebih mengedepankan pengaplikasian nilai-nilai agama & juga pendidikan dengan mencoba menahan pengaruh dari dunia luar pesantren seminim mungkin..
No comments:
Post a Comment