Saturday, 13 July 2019

Dragon Snack, camilan yang membuat mulut berasap.


Dragon Snack
Konsep molecular gastronomy atau teknik membuat makanan yang menggabungkan ilmu fisika dan kimia. Teknik gastronomi dengan nitrogen cair kerap dilakukan restoran mewah. Sebut saja es krim, yang dibekukan menggunakan nitrogen cair, yang menjadi salah satu panganan camilan ini menawarkan sensasi unik “dragon breath”, yang membuat asap dari es akan menyembur keluar mulut saat menyantapnya. Di kawasan pedestarian sudirman pun terlihat penjual snack dengan tehnik gastronomi nitrogen cair ini dengan mengusung merek dragon_snack.

Adek lagi melihat proses pembuatan Dragon Snack
Kakak & adek yang sudah lama penasaran dengan camilan yang satu ini, akhirnya bisa merasakan nya juga dengan harga 25 ribu per porsi, kita bisa menyaksikan uap dingin yang keluar dari selang nitrogen cair dengan suhu -197°.

Untuk rasa nya sama seperti snack biasanya tetapi sensasi uap yang keluar dari mulut itu membuat unik, tetapi ada juga snack tersebut yang menempel di lidah, Langit-langir mulut atau di pipi karena saking dingin nya.

Berdasarkan informasi yang saya baca makanan yang mengandung nitrogen cair ini tidak di anjurkan terutama orang yang ada asma, atau gangguan pernafasan.

Untuk camilan yang satu ini bisa di dapatkan di kawasan pedestrian Sudirman pada saat malam Minggu tepat di depan JM Plaza atau di kawasan Kambang Iwak Besak saat Minggu pagi.
Keluar asap dari mulut saat memakan scank nya

Pedestarian Sudirman, Edukasi yang berbalut hiburan.


Malam minggu tadi (13/7) kami mengunjungi lagi kawasan pedestarian sudirman, kali ini selain kami sekeluarga plus nyai dan abang zaki.

Awalnya hanya berfikir anak-anak akan berfoto-foto dengan para "cosplayer", tapi ternyata yang lebih menarik bagi anak-anak malam ini adalah permainan tradisional seperti engrang, bakiak dan hula -hop.


Cukup lumayan lama anak-anak bermain di sini, seluruh permainan tradisional di coba baik yang sendirian atau pun team seperti bakiak.


Setelah selesai anak-anak pun melanjutkan menuju ke arena mewarnai dengan material dari spon yang sudah ada sketsa gambar dan cat air, karakter spiderman yang di pilih adek, bo bo boy karakter yg di pilih abang zaki, sedangkan kakak lebih memilih karakter komik Jepang.

Lima belas ribu perorang lumayan membuat sibuk mereka bertiga selama kurang lebih 1 jam, dan kebetulan di seberang tempat anak-anak mewarnai terdapat stan sablon pakaian yang menarik perhatian ku, sedangkan ayuk lebih tertarik pada festival pedestarian sudirman yang menyajikan beragam hiburan dan kuliner.



Saat anak-anak selesai mewarnai jam di tangan sudah menunjukan pukul 23:30 sedangkan kawasan ini belum ada tanda-tanda sepi bahkan tambah ramai. 

Karena mengeluh pada lapar maka saat di tawarkan mau makan apa, pilihannya adalah martabak har yang terletak tepat di seberang pedestarian sudirman, saat menuju ke toko martabak Har kirain sudah mau tutup tetapi mereka masih buka.



Sunday, 7 July 2019

Pasar Burung Palembang, wisata hewan peliharaan dari ikan aduan sampai burung beharga jutaan

Kakak & Adek saat melihat ikan hias
Setelah selesai dengan timbangan jadul makan kami lanjutkan dengan berjalan kaki di sepanjang trotoar sebelah kiri dj jalan yang terlerletak di Jl Beringin Janggut ini, palang ramai jika Minggu Pagi karena para penjual unggas juga menempati jalan masjid lama.

Tidak hanya menjual jenis ikan, ayam, burung, kura-kura tetapi juga ada monyet, tupai, marmut, kucing hias, kelinci hias bahkan ada juga hewan liar.

Kakak & adek juga melihat berbagai jenis satwa baik ikan, kura-kura, marmut, kucing hias, burung bahkan sampai ayam aduan, bagi penggemar ikan ataupun unggas baik burung atau ayam bisa mencapai harga jutaan Rupiah bahkan lebih.

setelah matahari cukup tinggi kamipun menyudahi wisata hewan dj kawasan pasar burung ini dengan 2 kantong kue pukis seharga 5 ribu per kantong dan minuman dingin.

Melihat burung lovebird
Kucing Anggoranya Tidur
Tanganya jangan di masukin ke baskom dek nanti di gigit kura-kura


Timbangan Jadul, Dari Bapak Hingga Anak

Kartu Timbangan yang berisi kata-kata mutiara
Setelah sampai di parkiran di kawasan pasar burung tujuan pertama kami tujuan kami adalah timbangan badan jadul yang sudah ada mungkin sejak era tahun 1980-an, timbangan yang hanya dengan memasukan koin dapat mengeluarkan kartu berisi berat badan kita dan di sisi lainnya adalah kata-kata mutiara. 

Dulu saat masih ABG era tahun 90-an paling sering menimbang berat badan karena mau baca kata-kata mutiara yang ada di belakang kartu yang keluar dari mesin tersebut, berbekal uang 100 perak dulu sudah bisa menimbang berat badan plus membaca kata-kata mutiaranya, terkadang menimbang 2 sampai 3 kali biar kata-kata mutiaranya bagus.

Saat ini timbangan badan ini masih tersisa 2 unit yaitu yang berlokasi di pertokoan Megariah & di sebelah toko serbu  arah ke pasar burung yang sama mematok tarif 1.000 perak  untuk sekali menimbang, jika tidak ada koin bisa di tukar di penjaga timbangan ini atau kasir toko pasti di kasih tukaran koin.

Hari ini kakak & adek melakukan penimbangan badan terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke pasar burung.


Saturday, 6 July 2019

Smartphone & Restricted Area


Pernah lihat video ustad pesantren yang memecahkan smartphone dengan cara di pukul menggunakan palu, yang banyak menimbulkan pro dan kontra. 

Dengan komentar "sayang handphone... Di hancurin begitu saja"... atau " Masa ustadnya kurang kerjaan banget, bagai mana anak mau komunikasi dengan orang tua nya".

Pengalaman ini jadi teringan dengan Ayuk beberapa hari waktu lalu saat melakukan pengambilan skhu dan raport terakhir, di mana dia dan ke 4 temannya ketahuan membawa handphone itupun di sita sama pihak pondok pesantren padahal mereka secara nota bene adalah "alumni" Dari pondok tersebut, sehingga baru bisa di ambil saat bada isya melalui orang tua masing-masing.

Memang tidak heran lagi untuk kehidupan pondok terkesan kuno dan terbelakang, padahal tidak begitu juga untuk penggunaan handphone memang menjadi larangan utama di karenakan akan mengganggu konsentrasi santri terutama yang berkaitan dengan hapalan, untuk TV sendiri terkadang hanya di perbolehkan 1 minggu 1 kali itupun dengan acara yang sudah di tentukan.

Begitu juga makan tidak boleh sembaranga, pernah melihat kehidupan santri di pulau Jawa malahan bisa di bilang prihatin tinggal di gubuk kayu, mandi seadanya, makan seadanya bahkan minum menggunakan kaleng cat plastik yang bisa di minum beberapa orang.

Jadi kalau pesantren merupakan "restric area" Dari dunia moderen juga tidak seluruhnya benar atau pun salah, tetapi dunia pesantren terutama pesantren tradisional lebih mengedepankan pengaplikasian nilai-nilai agama & juga pendidikan dengan mencoba menahan pengaruh dari dunia luar pesantren seminim mungkin..